11. Setitik Rasa Rindu

2.6K 271 15
                                    

"Aku mencoba memahami rasa, mencoba merasakan apakah rasa itu adalah cinta?"
BLACKPINK

❤❤

"SOOYA EONNI!!"

Sooya menoleh ke bawah. Hanya beberapa detik sebelum dia mengabaikannya. Dengan cepat diusapnya bekas-bekas air mata, menghapus jejak.

Sahabatnya Rosie ada di bawah. Bagaimana bisa gadis itu tahu dia ada disana? Padahal tidak ada siapapun yang dia beritahu tentang keberadaannya.

Rosie yang melihat Sooya acuh, dengan kesal menaiki tangga rumah pohon. Dia akan menerapkan nasihat Jane eonninya tadi. Yaps, masalah ada untuk di selesaikan bukan diacuhkan.

Perlahan Rosie mendudukkan diri di sebelah Sooya. Dia ikut terdiam, karena atmosfer canggung di antara mereka.

Lama berdiam diri membuatnya memikirkan sesuatu. Sekelebat ingatan indah tentang rumah pohon ini memenuhi pikirannya. Bagaimana dirinya, Sooya, Jane, dan Lalice menggunakan uang tabungan mereka untuk membangun rumah pohon BLACKPINK. Bercanda ria di tempat ini. Hingga membuat syukuran penetapan rumah pohon BLACKPINK sebagai markas pusat keempatnya.

"Eonni, kamu ingat? Dulu Lalice membunyikan musik sangat keras untuk menciptakan tarian baru ala-nya, tapi sayang di hadiahi teriakan Jane eonni karena mengganggu kegiatan membacanya, haha..." Rosie tertawa dengan pandangan menerawang masa lalu.

Sooya menarik tipis kedua sudut bibirnya, "Jangan lupakan sikap tidak pedulimu yang justru mencomot sate ayam yang aku bakar"

Rosie menoleh, "Iya, kita menciptakan tren baru, membakar sate di bawah teriknya matahati, haha..."

Dua sahabat itu tertawa, melupakan sejenak masalah mereka.

"Maaf," satu kata meluncur dari bibir Rosie setelah dia berhenti tertawa.

"Maafkan ibuku," lanjutnya dengan kristal bening mengalir di sepanjang pipinya.

"Aku memohon maaf atas nama ibuku padamu," lanjutnya lagi tanpa mengalihkan perhatiannya dari Sooya.

"Ma--"

Ctakk..

Sooya menjitak dahi Rosie, lalu menertawakannya. Namun, berbeda dengan Sooya, Rosie justru menangis lebih kencang. Sooya kaget, karena respon yang di berikan gadis bermarga park itu tidak sesuai ekspetasinya.

"Heyy...kemana sikap coolmu itu? Kamu jadi gadis cengeng sekarang." Sooya memeluk Rosie, menenangkannya.

Setelah bermenit-menit Sooya menunggu Rosie berhenti menangis. Akhirnya malam itu keduanya membicarakan masalah mereka dengan tenang. Mencari titik temu tentang tindakan apa yang seharusnya di lakukan. Karena mau bagaimana pun perdamaian lebih indah dari pertengkaran.

"Kalau memang benar terjadi, aku harap om Kim bisa merubah ibuku," harap Rosie tulus, sesudah meredakan tangisannya.

Pelukan mereka juga telah terlepas.

Sooya menghela nafas, "Jika ibumu bisa membuat ayahku bahagia, aku pasti bahagia."

"Kita jadi calon saudara? Hahaha....akan aku pastikan ibu meminta izin dulu padaku dan Rosa eonni." Rosie tertawa renyah, mengadahkan kepala memandang bintang.

"Kuharap ayah juga melakukannya." Mengingat kondisi keluarganya menimbulkan rasa pesimis pada diri Sooya. Dia rindu kehangatan.

Sekarang giliran Rosie yang merangkul Sooya, memeluknya dari samping. Mengajak gadis Kim itu melihat bintang.

"Oh, iya. Bagaimana kamu bisa tahu aku disini?" tanya Sooya memecah keheningan.

"Kan kita punya jembatan penghubung antar hati, kemanapun ketiga sahabatku pergi pasti aku tau dimana mereka."

Sooya mengangguk lucu, "Tapi, kenapa Jane dan Lalice tidak tau aku disini?" Sooya mengerucutkan bibir sambil berfikir. Sebenarnya siapa yang berusia lebih tua?

Yeah, pada akhirnya tidak ada siapapun yang melihat air mata Sooya.

Maaf, aku berbohong eonni, Oppa yang memberitahuku.

"Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap seorang laki-laki di tempat yang cukup jauh dari rumah pohon, lalu tersenyum sebelum berjalan pergi.

❤❤

"Haiss...Rosie nggak bisa dihubungi. Sooya juga." Jane gelisah di tempat. Mengingat pesan Rosie tadi supaya mereka berdua tidak ikut mencari Sooya, karena gadis tinggi itu ingin berbicara berdua dengannya.

"Apa kita kesana aja?" Tanya Lalice yang jadi ikutan gelisah melihat Jane yang grusak-grusuk sedari tadi.

Jane menghela nafas panjang, mulai duduk manis di tempat. Suasana cafe yang sepi cukup mampu menenangkan hatinya. Marilah serahkan semuanya kepada Tuhan, Rosie, dan Sooya.

Teh yang sedari tadi di anggurkan mulai diminumnya. Jangan tanya Lalice. Dari kue, orange jus, kentang goreng, bahkan makanan berat seperti nasi goreng seafood spesial khas cafe ini pun telah habis ludes di perut gadis berponi itu.

Jane geleng-geleng kepala. Tapi, akhirnya mengendikkan bahu acuh, toh mereka bayar sendiri-sendiri.

Setelah lima belas menit keduanya mengobrol, mereka memutuskan meninggalkan cafe. Masih belum ada kabar dari gadis Kim dan gadis Park, tapi mereka yakin kedua sahabatnya akan baik-baik saja.

"Lice?"

Sapaan dari depan mengalihkan perhatian Lalice dan Jane yang sedang mengobrol. Terlihat dua orang laki-laki berdiri di depan mereka. Tentu saja merasa tak asing karena kedua laki-laki itu adalah Jungkook dan Bam. Satu anggota Bangtan dan satu lagi anggota para mantan.

Lalice gugup di tatap Jungkook seperti itu. Tangannya bahkan sibuk menggenggam erat tangan Jane, menyalurkan kegugupan.

"Gue akan bawa lo mempertanggungjawabkan janji lo ke gue. Sekarang!" Tidak menunggu jawaban, Jungkook menarik Lalice menjauh. Lalice juga hanya bisa pasrah, di otaknya sibuk memikirkan jawaban.

"JAGA ADEK GUE!! ANTAR DIA KE RUMAH DENGAN SELAMAT SENTOSA. UDAH MALAM INI. HATI-HATI LICE." Teriakan Jane melengking di parkiran cafe. Bam menatap tidak percaya Jane, karena setahunya Jane adalah sosok gadis kalem dengan kata-kata tajam, tapi fakta.

"Berhubung gue nggak bawa kendaraan sendiri, lo anterin gue pulang" Bam sadar dari lamunannya.

Jane berjalan mendekati motor ninja putih dengan percaya dirinya, "Motor lo ini, 'kan?"

"Yang merah," jawab Bam kikuk.

Mencoba berlagak tetap cool, Jane memutar arah ke motor ninja warna merah, "Yaudah, cepetan. Keburu malam ini!" Jane memerintah layaknya boss.

Bam tertawa, lalu segera berjalan menyusul gadis yang berusia setahun lebih tua darinya.

"Lucu lo, noona"

Oke, saat ini wajah Jane memerah karena malu.

W a k t u T i m e








Haloha>o<

Up 2 chapter, huahhh...

Pendapat tentang part ini?

Kok aku kangen kejahilan BLACKPINK ya, wkwk...ada yang kangen juga nggak?

Terimakasih udah baca+vote+comment

Tinggalkan jejak!! (Gratis kok_*)

callmeRIES

WaktuTime (BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang