"Pada akhirnya aku menyerah."
BLACKPINK❤❤
Suasana ruang tamu di suatu kediaman dilingkupi dengan rasa canggung. Dua manusia yang seharusnya sudah saling kenal, saat ini sama-sama diam seolah tidak mengenal satu sama lain. Kepala mereka menunduk dengan raut tanpa ekspresi. Sedangkan dua orang lain berbicara serius mengenai sebuah acara."Undangan telah disebar dan persiapan sembilan puluh lima persen selesai, selain kami kalian juga harus bersiap."
Sooya menoleh ke arah ayahnya.
"Sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, otomatis Rose dan Jisoo menjadi saudara. Kalian yang akur ya, saling menjaga." Nasihat Ny.Park yang sebentar lagi menjadi Ny.Kim.
Rosie menoleh ke arah Sooya.
Sooya dan Rosie tetap diam dengan segala kegelisahan mereka. Mereka terlalu bingung mau menjawab apa. Sehingga respon yang keduanya berikan hanya anggukan kecil.
"Mas, dimana Jissa?"
"Dia di kantor, sebentar lagi perusahaanku jatuh ke tangannya, sudah menjadi kewajibannya untuk belajar memimpin dari sekarang."
Ibu Rosie mengangguk disertai senyuman terukir di bibirnya. Diumurnya sekarang Ny.Park masih terlihat cantik dan awet muda.
"Jisoo, ayah ingin bicara empat mata denganmu. Kau juga bicaralah dengan Rose." Tn.Kim menatap Sooya lalu Ny.Park.
Tetap diam Sooya mengikuti langkah sang ayah, dan Rosie stay di tempat.
Ayahnya mengajaknya ke taman belakang. Menuntun keduanya untuk duduk di bangku taman sebelum Tn.Kim memulai pembicaraan.
"Kau bahagia dengan pernikahan ayah, 'kan?" Tanya ayahnya lembut.
Sooya terkejut, karena untuk pertama kalinya ayah kandungnya berbicara layaknya ayah kepadanya. Berbeda dengan sebelumnya yang seakan mereka tidak memiliki hubungan darah.
"Jika ayah bahagia Jisoo juga bahagia." Jawab Sooya senantiasa menunduk.
"Maafkan ayah Jisoo. Tidak seharusnya kesedihan karena kematian ibumu ayah lampiaskan kepadamu. Menganggapmu pembunuh padahal kau tidak tau apa-apa. Maafkan ayah."
Tn.Kim menatap anaknya lekat. Tangan kirinya mengelus puncak kepala Sooya dengan penuh rasa bersalah. Bahkan, setetes air mata mengalir di wajahnya yang terdapat keriput.
Di tempatnya Sooya sudah menangis sejak sang ayah mengucapkan kata maaf.
Ditariknya tubuh Sooya ke dalam dekapannya. Bolehkah gadis itu jujur? Dia teramat bahagia sekarang.
"Izinkan ayah menebus semua kesalahan ayah padamu."
Sooya mengangguk.
Tn.Kim menarik nafas dalam sebelum kembali mengucapkan sesuatu, "Ayah tau tidak seluruh hatimu menerima ibu Rose menjadi ibumu. Tidak apa-apa Jisoo, ayah tidak melarangnya. Tapi, tetap hormati dia di masa depan."
"I-iya ayah." Dengan sesenggukan Sooya menjawab.
"Dan jangan tinggalkan ayah." Ucap lagi ayahnya dengan suara kecil, yang pastinya tidak dapat didengar orang lain.
Perlahan pelukan itu terlepas lalu saling tersenyum menenangkan.
"Ayo kita kembali ke depan."
Sooya dan Tn.Kim bangkit dari duduk. Kemudian berjalan beriringan.
Drrtt...drrtt
"Kau duluan, ayah akan menyusul."
Menuruti perintahnya, Sooya pun berjalan dulu menuju ruang tamu.
"Ada apa Jissa?"
"Seminggu lagi, 'kan? Jissa tepati janji Jissa dan ayah tepati janji ayah."
"Ayah menyesal Jissa. Tidak adakah kesempatan untuk ayah?"
"Kuanggap ayah menjawab 'iya', aku akan datang di hari-H. Ku tutup teleponnya."
Tn.Kim menatap kosong ponselnya. Sepertinya tidak ada lagi harapan.
❤❤
Rosie menatap ibunya yang juga menatap ke arahnya. Tatapan lembut seorang ibu menggores sedikit hati Rosie. Tatapan yang sangat dia rindukan sekaligus mengingatkannya dengan rasa sakit.
"Ibu berharap kau juga bahagia."
"Perubahan ibu menjadi alasan terbesar kebahagiaan Rose. Setidaknya cukup Rose dan Rosa eonni yang ibu sakiti jangan keluarga orang lain."
Raut wajah ibunya langsung dipenuhi dengan penyesalan. Sebegitu tercelanya perbuatan dia di masa lalu.
"Ibu jaga Tn.Kim jangan jadikan beliau sebagai korban ibu selanjutnya." Rose kembali bersuara. Nada bicaranya jelas sekali mengatakan itu adalah peringatan.
"Tn.Kim yang merubah ibu menjadi lebih baik, menerima ibu apa adanya di balik semua kesalahan masa lalu yang ibu lakukan. Bagaimana mungkin ibu menyakiti orang sebaik dia? Ibu berjanji padamu Rose, ibu--"
"Aku tau. Rose percaya pada ibu. Rose bahagia kalau ibu bahagia, Rosa eonni pun pasti juga bahagia."
Ny.Park segera memeluk putrinya. Mungkin ini jalan dari tuhan untuk menebus segala dosanya, terutama kepada kedua anaknya.
"Eh, Jisoo."
Pelukan ibu dan anak itu perlahan terlepas setelah kedatangan Sooya.
"Dimana ayahmu Jisoo?"
"Masih di taman belakang." Sooya menjawab kaku, Ny.Park memahaminya. Semua memang butuh waktu.
"Baiklah, kalian berdua di sini ya, ibu mau ke taman belakang dulu."
Rosie dan Sooya mengangguk. Setelah itu di ruang tamu hanya tersisa mereka.
Sooya duduk di seberang Rosie. Mereka saling terbungkam beberapa menit sebelum Rosie mengawali pembicaraan.
"Em, bagaimana k-kabarmu eon?"
"Baik."
Kembali hening.
"M-masalah kita,--"
"Kamu sudah bahagia Rosie, aku pun juga sudah bahagia. Jadi jangan bahas masa lalu, bukankah kamu dan aku telah melupakannya."
"Y-ya."
Rosie menghela nafas dalam diam, "Sepertinya sudah tidak mungkin." Gumannya.
W a k t u T i m e
Haloha>o<
Waww, UP 2 chapter dong :)
Mencium bau-bau 'resolusi' nih, hehe
Happy 9k+ pembaca dan 1k+ vote 🎉🎉
Ngga pernah lelah aku mengucapkan terimakasih pada para pembacaku. Apresiasi kalian sangat-sangat memberiku semangat untuk ngetik, yah meskipun kalau UP sering telat :(
Sekali lagi terimakasih, tetep tungguin cerita ini yaa
Papayy
callmeRIES
KAMU SEDANG MEMBACA
WaktuTime (BLACKPINK)
Fanfic[Only on Wattpad!] "Disaat nanti kamu tidak lagi menemukan senyuman di bibirku itu artinya yang lama telah menjadi masa lalu." - Sooya "Lo baik gue baikin. Lo jahat gue baikin. Sesimple itu, tapi sesusah itu juga lo menghargai gue." -Jane "Titik ter...