"Aku bukan malaikat, kalianlah malaikatku."
BLACKPINK❤❤
Dalam keheningan di tengah keriuhan kantin SMA YeGe, dua orang gadis sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Di detik-detik tertentu secara kebetulan mereka bersamaan saling menatap, lalu di detik berikutnya kembali menatap kosong. Ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan secara privasi, tapi tidak tahu kapan waktu yang tepat karena hati mereka terselip rasa ragu.
"Udah dibolehin dance?" Jane mengawali meski sedikit canggung.
Lalice tersentak, kemudian tersenyum setelahnya.
"Itu yang gue tunggu-tunggu, eon. Harus berapa ribu kali gue nunjukin prestasi di bidang dance untuk mendapatkan pengakuan dari mereka?" Lalice menghela nafas pelan.
Di pikir-pikir sejak saat itu dia jarang membuat masalah dengan keluarganya. Masuk khursus masak, meski tidak suka. Menghentikan aktivitas dancenya, meski di kamar selalu latihan sedikit-sedikit. Oh, iya Lalice juga menjadi anak perempuan penurut untuk beberapa hari ini, dengan kata lain selalu meng-iyakan apa yang mereka minta.
Sedikit mencondongkan tubuhnya, tangan Jane menepuk-nepuk puncak kepala Lalice, tersenyum hangat layaknya kakak kepada adiknya.
"Gue yakin lo bisa meyakinkan orang tua lo. Tetep semangat, Lice. Tapi, lo jangan lupa kalau alur kehidupan nggak selamanya sejalan sama yang manusia perkirakan, saat nanti jalan lurus lo berubah jadi jalan buntu dan satu-satunya cara untuk melanjutkan adalah mencari jalan lain, lo harus tetep beri seratus keyakinan untuk jalan baru di takdir lo. Okayy"
Lalice terharu mendengar nasihat dari eonninya. Dengan yakin Lalice mengangguk.
"Seperti kejadian beberapa waktu ini yang bukannya selesai, tapi tambah rumit. Jalannya udah berkelok-kelok, tergantung yang lewat bisa yakin atau nggak buat ngelewatinnya." Lanjut Jane sambil menerawang jauh. Pikirannya tertuju pada dua orang.
Lalice terdiam, dia tahu siapa yang dimaksud Jane. Sangat tahu karena mereka sangat dekat.
"Kita harus ngebantu mereka, eon. Tapi, gimana caranya?"
Jane mengernyit bingung, disatu sisi dia tidak menyangka jika gadis yang lebih muda darinya itu bisa langsung mengenal situasi. Lalice sudah tumbuh lebih dewasa ternyata.
"Nggak perlu, lagian juga nggak ada cara. Hanya mereka sendiri yang bisa menyelesaikannya. Justru kalau kita ikut campur, apa hak kita ikut campur? Selalu ada untuk mereka, itu yang bisa kita lakukan sekarang."
"Tapi, gue tetep pengen bantu, eon."
"Bantu apa?"
"Bantu doa."
Hahaha....Jane tertawa melihat ekspresi Lalice yang begitu polos.
"Dasar maknae, haha."
Huh..huh..
Seorang perempuan telah berdiri di samping meja mereka dengan nafas ngos-ngosan.
"Ja-jane, Lice gue tadi lihat...Rosie ngejar Sooya ke arah rooftop."
Tawa Jane seketika terhenti. Dua pasang mata saling menatap serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
WaktuTime (BLACKPINK)
Fiksi Penggemar[Only on Wattpad!] "Disaat nanti kamu tidak lagi menemukan senyuman di bibirku itu artinya yang lama telah menjadi masa lalu." - Sooya "Lo baik gue baikin. Lo jahat gue baikin. Sesimple itu, tapi sesusah itu juga lo menghargai gue." -Jane "Titik ter...