9. Hanya Sebagian

2.7K 288 13
                                    

"Bisakah kamu mengucapkan salam perpisahan? Kumohon..."
BLACKPINK

❤❤


"Ikut gue!"

Yoongi menarik lembut pergelangan tangan Jane, menuntunnya mengikuti kemana dia pergi. Jane terdiam, merasakan kehangatan cengkraman tangan milik pria berwajah dingin itu.

Jane berfikir. Andaikan, andaikan hal itu tidak terjadi, mungkin mereka berdua akan saling memberikan kehangatan sampai sekarang.

Keduanya tiba di ruang musik. Yoongi menutup pintu, sebelum berjalan ke kursi pianis. Genggaman tangannya telah terlepas, dan jika Jane boleh jujur, dia tidak rela.

Perlahan, kesepuluh jemari Yoongi menari di atas tuts-tuts piano, menghasilkan serangkaian nada yang mengalun indah. Ditambah wajah seriusnya yang tampan, membuatnya dilingkupi aura mengagumkan. Jane menikmati alunan itu sambil memejamkan matanya, sebagai penikmat Jane menikmatinya.

Kelopak matanya terbuka saat tidak lagi mendengar bunyi piano di indra pendengarannya. Melihat Yoongi yang serius menatapnya.

"Gue rindu lo Jane."

Jane terdiam.

"Kenapa lo hukum gue seberat ini?"

Jane mengalihkan pandangannya.

"Lo tau gue cin--"

"Bagaimana keadaan beliau di rumah?" Potong Jane tidak menunggu penyelesaian kalimat Yoongi. Gadis itu mulai berkeliling ruang musik, sebagai upaya mengalihkan atensinya dari pemuda di seberang sana.

"Gue nggak tau. Gue nggak peduli," jawab Yoongi mengalah. Dia mulai beranjak dari duduk. Mendekati Jane tanpa sepengetahuannya.

Grepp...

Plak!!

Jane menepis pelukan Yoongi yang tiba-tiba, lalu berbalik. Menatap sinis laki-laki di depannya.

"Gue bersikap biasa aja bukan berarti lo bisa berlaku seenaknya."

Yoongi membalas tatapan Jane. Namun, ada yang berbeda. Sudut mata Yoongi berair. Setetes air mata jatuh dari sana. Yoongi menangis.

Jane terdiam lagi, dia benci situasi ini.

"Lupakan perjanjian bodoh itu!"

Dengan sekuat perasaannya, Jane menahan kepalan tangan yang beberapa senti lagi menubruk wajah tampan anggota Bangtan itu. Dia tidak suka laki-laki yang bersikap kekanakan.

"Aneh, ya? Lo yang benci, lo juga yang cinta. Lo yang buat, lo juga yang hancurin. Dan lo yang janji, lo juga yang mengingkari. Segampang itu lo mandang kehidupan Yoon." Jane menurunkan tangannya.

"Oke, gue bikin simple. Lo perbaiki otak lo dulu, baru datang ke hadapan gue." Lanjutnya, lalu meninggalkan Yoongi yang bergelut dengan pikirannya.

Apakah salah mencintai saudaranya sendiri?

❤❤

"Jennie?" Namjoon berputar arah menyamakan dengan Jane.

Jane melirik sekilas, dan tetap berjalan tanpa menjawab. Laki-laki yang menjabat sebagai Ketua Osis itu tetap mengikuti langkah Jane, meski tidak di pedulikan.

"Jen--"

"Jangan panggil gue Jennie, Joon."

Namjoon menaikkan sebelah alis. Apa yang salah dengan memanggil nama asli seseorang. Lagipula dia suka memanggil Jennie, dengan Jennie.

"Itu nama lo, apa yang salah? Lo habis dari mana? Tenang gue udah maafin lo kok."

Jane menghentikan langkahnya. Menarik nafas dalam sebelum berbalik dan menatap pengganggu(?)

"Harus banget gue jawab pertanyaan lo? Satu lagi, gue nggak punya niat untuk minta maaf, karena gue nggak salah."

Disaat Jane berbalik, tangannya di cekal Namjoon.

"Please, jadi Jennie Kim yang dulu lagi. Lo terlalu banyak berubah Jen."

Namjoon memeluk Jane. Untung saja keadaan sedang sepi, kalau tidak papan pengumuman akan penuh dengan berita gosip tentang mereka besok pagi.

Jane mendorong Namjoon, dia menggeleng pelan, "Jangan dekat sama gue, kalau nggak nasib lo akan sama kaya Chan, dan gue nggak mau itu terjadi. Untuk pernyataan lo tadi, keadaan yang merubah gue Joon. Tapi, lo tenang aja, gue bahagia kok." Jane mengakhirinya dengan senyuman.

Lalu Jennie Kim benar-benar pergi dari tempatnya berdiri.

❤❤

"EONNI!!" Teriakan melengking Lalice mengintrupsi langkah Jane memasuki kelasnya. Jane berjalan mendekat dengan rasa penasaran.

"Kok lo berdua di kelas gue sama Sooya?" Tanya Jane setelah mendudukkan diri di kursinya.

"Jamkos," jawab singkat Rosie.

Jane ber-oh ria.

"Kemana kamu tadi?" Sooya membuka suara.

Bola mata Jane bergerak liar, mengalihkan tatapan dari ketiga sahabatnya. Dia bingung ingin menjawab apa. Karena yang dia tahu dirinya tidak akan pernah bisa berbohong di depan sahabatnya.

Menggembuskan nafas panjang, Jane menjawab, "Gue nggak apa-apa." Yang diakhiri dengan senyuman.

Seperti biasanya.

Itulah yang dipikirkan Sooya, Rosie, dan Lalice. Jika diibaratkan dengan persen, maka pengucapan wajib seorang Jennie Kim adalah 75% nggak apa-apa dan 25% kenapa-napa. Jane jarang sekali membagi segala penderitaannya kepada ketiga sahabatnya. Tapi, dia akan menjadi orang nomor satu saat sahabatnya ada apa-apa.

"Udahlah, gue mau latihan soal OSN dulu"

Berakhirlah percakapan antara Jane dengan Sooya, Lalice, dan Rosie. Sedangkan ketiga orang itu hanya bisa pasrah.

"Em, Rosie" panggil Jisoo berhati-hati setelah keheningan beberapa saat.

"Iya, eon?"

"Aku melihat ibumu bersama ayahku kemarin, me-mereka terlihat memiliki hubungan. Tidak apa-apa, hanya saja

aku takut ibumu akan--"

W a k t u T i m e






Haloha>o<

Pendapat tentang part ini?

Akhirnya Up juga, hehe

Rencananya mau Up 2 chapter

Keknya masalah member BLACKPINK rumit-rumit yak?
Semoga Jenchulichaeng-ku diberi ketabahan menghadapi masalah nya

Terimakasih udah baca+vote+comment

Tinggalkan jejak!! (Gratis kok_*)

(Sedih masa, B.I keluar iKON😭
Stay strong IKONIC, BLINK selalu mensupport KALIAN, AllFandom selalu mensupport kalian 💪)

callmeRIES

WaktuTime (BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang