"Jika bulan memiliki matahari, kendaraan memiliki bahan bakar, dan sampah memiliki tong sampah. Maka, kamu memiliki kami."
BLACKPINK❤❤
BRAKK!!
Meja kayu itu bergetar setelah merasakan hantaman tangan seseorang. Menggebraknya berulang kali, tanpa peduli rasa sakit yang di rasakan telapak tangannya.
"APAAN SIH LO? WARAS?" Lalice yang tersulut emosi kini membentak ke arah gadis di depan bangkunya.
"Justru gue yang tanya temen sebelah lo itu, waras nggak dia jadi perusak hubungan orang? Wajahnya aja kelihatan alim, lah kelakuan? Bullshit!" Gadis ber-nametag Choi Nana marah-marah sambil menunjuk tepat ke wajah Rosie yang hanya diam, fokus membaca.
"Salah pacar lo aja, kenapa bukain pintu? Jelas-jelas masih ada orang di dalam?" Lalice menjawab tenang.
Nana semakin tersulut emosi karena perkataan gadis berponi itu, tapi dia sadar jika urusannya dengan Rosie, bukan Lalice.
"Kenapa lo? Nggak berani jawab? Merasa bersalah ya? Tapi, gue nggak butuh maaf lo. Sekali perusak hubungan, selamanya perusak hubungan! Oh, atau kelakuan lo itu titisan ibu lo?"
Langsung setelah Nana menyelesaikan kalimatnya, orang-orang yang sedari tadi menonton mulai berbisik-bisik membicarakan hal tersebut. Nana yang tahu tersenyum miring.
Srett...
Rosie mengarahkan kepala Nana mendekat ke arahnya. Semakin waktu berlalu, semakin kuat Rosie menarik rambut Nana.
"Butuh kaca?"
"Tapi, masih hinaan mana sama orang tua kamu yang nyuruh anak sendiri macarin orang-orang kaya? Masih hinaan mana sama orang tua kamu yang nggak peduli sama status pernikahan mereka, dan tetap menjalin hubungan dengan orang-orang berduit lalu mengeruk harta mereka?" lanjut Rosie.
Rosie menatap tajam Nana yang terdiam, gadis bermarga choi itu melupakan rasa sakit yang di terima kulit kepalanya.
Rosie tersenyum remeh dan semakin mengencangkan cengkeraman tangannya, sebelum melepaskan dengan kasar.
"Aw!"
Setelah tersadar Nana berlari pergi meninggalkan kelas. Menahan rasa malu yang sekarang menyerangnya. Sedangkan Rosie terduduk diam tanpa ekspresi. Melanjutkan bacaan, meski pikiran memikirkan hal lain.
Lalice merangkul pundak Rosie, memeluknya dari samping. Hingga dari luar menampakkan Jane dan Sooya, sahabat mereka.
"Gue boleh minta tolong nggak?" tanya Jane yang masih berdiri di depan dengan titik fokus mata ke arah tiga orang disana. Sooya sudah mendekati Rosie dan Lalice terlebih dahulu.
"Bo-boleh sunbae" jawab para adik kelas yang masih stay di dalam, meski kejadian telah berlalu beberapa menit.
"Kami mohon jangan viral-in kejadian barusan. Gue tau kalau nggak semua disini tuh suka sama kami, tapi kami benar-benar memohon untuk itu." Jane berucap tulus, pandangannya menelusuri ke setiap sudut, menatap orang-orang sekitar.
Para adik kelas pun merasa simpati pada BLACKPINK. Sebegitu kuat persahabatan mereka, sampai-sampai rela memohon ke orang lain untuk melindungi salah satunya.
"Iya sunbae kami janji!" jawab serentak semuanya.
"Kalian bisa pegang janji kami!" Laki-laki di pojok sana semangat menjawab, Taehyung.
Jane tersenyum, lalu mengangguk. Berterimakasih pada semua orang. Lalu kedua kakinya berjalan mendekati Sooya, Rosie, dan Lalice.
Jane menghela nafas, kemudian mengulurkan tangan sebagai pertanda jika mereka butuh waktu untuk bicara berempat. Satu persatu anggota BLACKPINK keluar kelas.
Ada tanda tanya besar di benak murid-murid lain, tapi pada akhirnya mereka tidak peduli. Menganggap angin lalu, karena janji yang telah di buat. Dan sejujurnya mereka juga malas mengurusi urusan orang lain.
❤❤
"Kita bolos pelajaran sampai pulang." Dalam keheningan lapangan basket itu Sooya bicara pelan.
Suasana sungguh canggung bagi mereka. Membuka mulut seakan tertimpa beban teramat berat, yang membuatnya enggan mengutarakan. Rosie menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan, Sooya, Jane, juga Lalice tahu gadis itu tengah menangis.
Gadis cengeng di antara keempatnya. Gadis rapuh di balik sikap coolnya. Gadis butuh sandaran di balik kesabaran menyelesaikan masalah. Dia Rosie, Roseanne Park.
"Ros, lo punya kami" celetukan Lalice membuatnya mengambil atensi tiga sahabatnya.
"Di depan maupun di belakang, di sekitar lo ada kami Ros" Jane menambahkan.
"The FOUR of us" sambung Sooya.
Hikss..hikss
Akhirnya Rosie menangis di depan sahabat-sahabatnya. Jane, Lalice, dan Sooya memeluk Rosie erat. Saling menguatkan.
"Aku benci dia Lice, eonni. Aku benci keluarganya. Aku benci ibu. Aku benci ayah. Aku benci diriku sendiri."
"Aku be-benci...."
Pelukan keempatnya semakin erat dan erat.
"Sssssttt...masih ada kami, masih ada Rosa eonni." Bisik Jane ke telinga Rosie.
W a k t u T i m e
Haloha >o<
The FOUR of us ❤
Pendapat tentang part ini?
Terimakasih yang udah vote+comment+baca
Tinggalkan jejak!!
callmeRIES

KAMU SEDANG MEMBACA
WaktuTime (BLACKPINK)
Fanfiction[Only on Wattpad!] "Disaat nanti kamu tidak lagi menemukan senyuman di bibirku itu artinya yang lama telah menjadi masa lalu." - Sooya "Lo baik gue baikin. Lo jahat gue baikin. Sesimple itu, tapi sesusah itu juga lo menghargai gue." -Jane "Titik ter...