14. Kode Alam

700 80 20
                                    

Menunggu sang fajar, Airin berdiri pada balkon kamar. Tubuhnya masih terselimuti oleh mukenah panjang.
Hembusan angin subuh membawa Airin pada rasa damai. Sisa-sisa air wudhu seperti masih terasa di wajahnya hingga kini. Tangannya ikut terasa dingin kala ia memegang pagar besi pembatas balkon

Langit Seoul masih cukup berkabut, udara dingin dan wajah yang beberapa menit lalu terkena air wudhu berkolaborasi membawa rasa sejuk yang menerpa pipi Airin. Seketika itu juga Airin menutup mata, membiarkan dirinya lebih hanyut kan suasana subuh yang memang paling di sukainya

fa bi ayyi aalaa irabbikumaa tukadziban?” lirihnya membaca sepengggal ayat dari Surah Al-Rahman.

Sendu Airin semakin menjadi-jadi, ayat yang baru saja dia lirihkan mempunyai arti maka nikmat  TuhanMu  yang manakah yang kamu dustakan? Itu membuat hatinya menghangat. Sungguh, hamparan nikmat Allah tampak jelas sepanjang matanya memandang.

Lalu Airin mengarahkan satu tangannya ke atas, ke arah langit yang masih berwarna gelap keunguan, di sana masih terdapat bintang yang  belum pamit. Senyum Airin kembali terbit karena itu “pagi tuan langit, kokohlah terus menaungi kami yang kadang lupa menengokmu untuk sekedar mengucap syukur”

Saat itu Sera datang dan ikut bergabbung menghirup udara “kamu bicara sama langit?” tanyanya jenaka

Airin menoleh, lalu melempar senyum singkat pada Sera “mereka bagiku seperti hidup”

Sera menilingkan kepalanya dan menghadap Airin, lalu menggerakkan kepalanya sekali, kode agar Airin melanjutkan ucapannya yang jelas masih terdengar ambigu. Airin sendiri kembali menghadapkan tubuhnya ke depan. Menatap pada julang bangunan yang mulai mendapat sinar mentari

“mereka hidup dan melakasanakan tugas setiap hari sesuai peritah Tuhannya. Matahari akan terus terbit dari ufuk timur dan tenggelam di Barat, langit akan terus kokoh bahkan tanpa tiang penyangga, Awan akan tetap melakukan tugasnya untuk membawa hujan, dan gunung akan tertanam kokoh ke pusat bumi untuk menahan agar bumi tidak goyah”

“semuanya melakukan tugasnya berulang setiap harinya sampai waktu yang di janjikan tiba. Selama itu pun, manusia bisa, bahkan sangat bisa dan berpotensi menjadikan mereka bahan telaah untuk memikirkan kekuasaan Sang pencipta. Sangat bisa, tapi sayang sering di abaikan” lanjut Airin

Sera tersenyum kecil, dia tertarik dengan kata-kata Airin. Dia akui,  kehadiran Airin yang baru beberapa hari ini, membawa semangat dan  charge untuk dirinya yang kadang malas-malasan beribadah. Kehadiran Airin juga kadang mengupgrade imannya seperti ini.

“menarik. tapi aku belum menangkap intinya.  Abai? Aku rasa tidak seperti itu.  setiap orang kurasa selalu mengagumi itu Airin. Langit, laut, gunung, dan segala jenis keindahan alam adalah spot paling menarik dan di sukai manusia. Secara umum hati manusia akan tersentuh, senang, bahagia dan suka ketika melihat hamparan alam yang indah. Mereka mengagumi itu, kita mengagumi itu, bukan melupakan seperti katanya barusan. Apalagi abai”

Airin mengangguk “tapi hanya sebatas kagum. Selesai!”

Sera menekuk alis “harusnya seperti apa?”

Airin kembali menengok ke Sera “Airin tanya, menurut kak Sera seseorang atau sesuatu bisa terlihat eksistensinya  karena apa?”

“karena… karena kebaikannya?” jawab Sera sekaligus bertanya balik

Airin menyatukan jari telunjuk dan Ibu Jarinya lalu berkata pelan “sedikit lagi, itu benar juga, tapi bukan yang paling umum”

Sera kembali berpikir. Pada detik ke empat puluh lebih, dia menjetikkan jarinya semangat "like an idol? Terkenal karena karyanya tentunya! Karena apa yang dia hasilkan. Right?”

ASSALAMUALAIKUM SEOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang