Setelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk teringat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi.
*
*
*
a fanfiction by Erika
[24 Juli 2019]###
"Suster Prilly!"
Gadis berprofesi perawat itu menoleh, tersenyum lembut ke arah seseorang yang memanggil namanya. "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya ramah.
Pria blasteran Indonesia-Jerman itu berjalan menghampiri Prilly, membalas senyuman perawat cantik yang ia panggil namanya lalu menatap bola mata indahnya. Dari matanya tersirat sesuatu, bahwa ia menyimpan kagum kepada Prilly.
"Banyak pasien fisioterapi yang mengadu ke saya---"
"Mereka tidak suka dengan pelayanan saya ya, Dok? Duhh.. maaf ya kalau saya kurang baik dalam menangani pasien. Tapi saya janji akan lebih baik lagi dalam menjalankan tugas saya." Prilly tertunduk malu.
Laki-laki itu terkekeh pelan. "Dengerin dulu hehehe, justru mereka mengadu karena Suster Prilly membimbing terapi berjalan mereka dengan sangat baik. Mana mungkin kalau pelayanan kamu tidak baik tapi pasien-pasien yang keluar dari rumah sakit ini langsung lancar berjalan? Jadi saya ingin mengucapkan terima kasih karena kamu cukup membantu saya, pertahankan ya!" ucap dokter tersebut sambil mengusap bahu Prilly dan bergegas pergi.
"Dokter Xafer!" panggil Prilly, membuat langkah pria itu terhenti.
"Ya?"
"Lusa datang ya ke rumah saya.." kata Prilly. Dokter Xafer merasa senang, ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum malu-malu.
"Ada acara apa, Pril?" tanyanya.
"Acara pertunangan saya. Saya harap dokter bisa hadir, jangan lupa bawa partner ya hehehe." jawab Prilly kemudian berlalu pergi.
Entah mengapa tiba-tiba Dokter Xafer merasa bahwa jantungnya baru saja mengalami serangan kecil, rongga dadanya sakit, dan kakinya terasa lemas. Suster Prilly yang sejak lama ia kagumi sebentar lagi akan diikat oleh orang lain. Siapa laki-laki yang beruntung itu?
***
Prilly akhirnya sampai di rumah, laki-laki di hadapannya kini mengacak rambutnya yang telah tergerai indah kalau sudah tidak bertugas di luar rumah sakit. Kemudian Prilly menahan tangannya, menyubit pelan lalu merengek tak suka.
"Liiii!"
"Kenapa? Udah sana masuk, langsung mandi ya." ujar Ali, laki-laki yang akan segera bertunangan dengannya lusa nanti. Ali menutup hidungnya dan hal itu membuat Prilly jengkel.
"Ih najis banget dah, emang aku sebau apa, sih?!" sengitnya.
"Hehehe, bercanda. Gih masuk, abis mandi langsung istirahat ya, babe." ucap Ali.
"Siap, bosQ!" sahut Prilly dengan gerakan memberi hormat.
"Dah, aku pulang ya."
"Hati-hati, babe." Ali mengacungkan ibu jarinya, lalu menyodorkannya ke jidat Prilly sampai kepalanya sedikit terdorong ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll (Never) Love Again
FanfictionSetelah tragedi itu, Prilly berjanji bahwa ia tidak akan pernah mencintai Ali lagi. Tapi skenario Tuhan memaksa dirinya untuk terus mengingat masa lalu meskipun rasanya mustahil untuknya kembali lagi. ~ a fanfiction by Erika [24 Juli 2019]