Hai, Jangan lupa singgah di lapak semicolon ya
******
"Yoongi akan tinggal denganku! Kau bawa saja Jimin! Dan jangan harap bisa kembali kerumah ini lagi!"
"Aku tidak akan kembali. Anak-anak harus bersamaku!"
"Cih! Apa kau bisa menghidupi mereka. Aku sudah baik menyuruhmu membawa Jimin!"
Jimin kecil di sana, sedang memandang pertengkaran kedua orangtuanya dengan mata sipit yang berkaca-kaca. Jimin kecil tidak tahu kenapa Papa dan Mama saling membentak. Kalau kak Yoongi yang membentak sih, itu karna Jimin yang selalu jahil dan nakal.
Apa Mama nakal, sampai-sampai di bentak seperti itu oleh Papa. Tapi kenapa Mama membawa koper dan tas besar, boneka beruang kesayangan Jimin juga ada disana. Apa mama akan mengajak Jiminie piknik.
"Jiminie sayang, ikut mama ya. Kita pergi dari sini, hanya berdua. Mama dan Jimin. Mau ya?" Jimin kecil hanya diam memandang mamanya yang berlutut di hadapannya. Mendadak Jimin ingin ikut menangis melihat mata sembab Mama.
"Mau kemana Mama? Mau piknik ya? Kenapa kak Yoongi tidak di ajak, kenapa papa tidak ikut?" Jimin kecil terus bertanya pada mamanya dengan tatapan polos kedua mata beningnya.
"Jiminie benar, kita akan piknik." Mama mulai terisak, ia bawa tangannya mengelus pipi tembam si bungsu dengan lembut, "Dengarkan Mama ya, Jiminie. Kak Yoongi harus bersama Papa supaya bisa jadi orang hebat. Dan Mama tidak bisa mengajak Yoongi piknik, Kak Yoongi sedang demam. Jiminie saja ya, yang ikut piknik. Mau kan?"
Jimin kecilpun menganggukan kepalanya patuh. Sejak kecilpun ia akan selalu mengangguk patuh untuk menjadi anak penurut.
Sepersekian detik berikutnya, Papa datang memghampiri, ikut berjongkok menyamakan tingginya dengan Jimin dan mengusap lembut kepala si bungsu.
"Papa tidak ikut piknik bersama Jimin dan Mama? Nanti enak lho, kita bisa memancing bersama." Jimin kecil berujar polos membujuk sang Papa, barangkali Papa akan terbujuk jika di iming-imingi kata memancing.
Kendati ajakannya ia gaungkan dengan sungguh-sungguh, yang Jimin kecil dapatkan hanya usapan lembut juga tatapan sendu Papa untuknya.
"Maafkan Papa ya. Papa tidak bisa ikut Jiminie, Papa harus menjaga kak Yoongi . Nanti Jimin mau kan menjaga Mama kalau Papa tidak ada?" Jimin kecil hanya mengangguk polos mengiyakan.
"Jiminie sudah besar kan?" Kembali lagi, Jimin kecil hanya mengangguk antusias tanpa tahu makna tersirat dari ucapan sang Papa untuknya.
"Kalau sudah besar harus kuat, tidak boleh cengeng. Anak laki-laki harus bisa menjaga Mamanya."
"Hu'um!" Jimin kecil bergumam antusias.
"Nanti saat pulang, Papa belikan Jiminie susu pisang ya? Kemarin kak Yoongi di belikan, tapi Jiminie tidak. Jiminie juga ingin susu pisang dari Papa." Jimin kembali berujar antusias dengan mata bulan sabitnya yang berbinar.
Tatapan polos Jimin kecilpun meruntuhkan dinding beku Papa. Ia terisak-isak sembari membungkus tubuh mungil Jimin dalam pelukan erat dan menghujaninya beribu kecupan sayang. "Maaf, maafkan Papa, Papa terlalu pilih kasih dengan Jiminie, ya? Papa janji, Papa janji akan belikan susu pisang yang banyak untuk Jimin."
Mata sipit itu berbinar senang. "Sungguh?" dan anggukkan dari Papa setelahnya membuat Jimin berjingkrak senang.
Lalu detik berikutnya, bibir mungil Jimin mengecup hangat pipi berkerut Papanya. "Terimakasih, Pa. Jiminie sayang Papa. Kak Yoongi dan Mama juga," katanya sambil kembali memeluk papanya.
Jimin pikir akan sangat menyenangkan melakukan piknik berdua dengan Mama. Jimin pikir ia bisa membagi cerita serunya dengan kak Yoongi setelah pulang. Jimin pikir, ia bisa mengajak Papa untuk ikut piknik di lain waktu.
Tapi apa yang ia pikirkan semua itu tidak pernah terjadi saat Mama mengajak Jimin kecil pergi dengan menaiki kereta. Jimin kecil pikir tempat pikniknya jauh sekali sampai naik kereta. Ah, Jimin kecil kembali berpikir untuk menceritakannya pada Yoongi . Tapi saat ia bertanya pada Mama, Mama hanya menangis sambil menatap sepasang sabit terang dengan binar polos itu.
"Mama, —Mama lupa jalan pulang ya? Rumah kita bukan disini, Ma. Nanti Papa dan kak Yoongi mencari kita. Ayo pulang, Ma, Jiminie tidak suka disini." Mama Jimin terisak kuat sembari mendekap tubuh Jimin kecil. Tidak menjawab atau berusaha menenangkan tangis si bungsu.
"Ayo kita pulang. Papa sudah berjanji akan membelikan susu pisang yang banyak untuk Jimin." Jimin kecil mulai terisak memikirkan papanya yang akan membelikannya susu pisang untuk setelah selama ini ia hanya mendapatkan bagian sisa milik kak Yoongi.
"Nanti Papa marah Jimin tidak pulang. Ayo ma, kita pulang. Bertemu papa dan kak Yoongi"
Nyatanya, apa yang Papa janjikan padanya pun, tak pernah sampai pada Jimin.
Dan kata pulang yang selalu Jimin kecil teriakan kala itu tak pernah Mama wujudkan hingga ia beranjak remaja.
.
.
.
.
.
.To be continued
Luv you all☂
ada yang rindu si sulung dan si bungsu ini?
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin