Bagian 04 : Perasaannya

9K 1K 141
                                    

Revisi ver
.
.
.

Pemuda itu yang tengah menikmati soju di kedai pinggir jalan itu terdiam dengan tatapan kosong dan wajah datarnya. Kendati angin malam terasa dingin menusuk kulit, tetapi pemuda itu—Min Yoongi, masih dengan mata sayu dan wajahnya yang selalu datar itu tetap terduduk di sana tanpa menghiraukan dingin yang menusuk.

Kembali lagi, ingatan akan pertemuannya dengan sang Mama beberapa waktu lalu masih menganggu pikirannya. Ia ingat bagaimana senyum hangat Mama menyambutnya, bagaimana wajah berseri sang Mama saat membuatkannya cokelat panas yang bahkan tidak ia sentuh sedikitpun.

"Paman! Beri aku satu botol lagi!" Yoongi berteriak dengan mata terpejam.

"Hei nak. Kau sudah mabuk. Lebih baik kau pulang saja." Si pemilik kedai berujar pelan sambil menghampiri Yoongi dan menatapnya iba.

Kepala Yoongi mendongkak, menatap kesal pada pemilik kedai tersebut dengan mata sayunya.

"Tidak usah—"

"Permisi, Paman."

Paman pemilik kedai itu menoleh, mendapati sosok Jimin yang tengah menghampiri pemuda mabuk di hadapannya.

"Aku adiknya, Paman." Jimin membungkuk sopan. Lalu tangannya mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya untuk ia berikan pada pemilik kedai tersebut. "Ini untuk makanan dan minuman milik kakak ku."

Paman pemilik kedai itu menerima uang Jimin. Lalu beralih menatap Yoongi yang sibuk meracau dengan kepala terantuk. Bahkan wajah putihnya kian memerah saking terlalu lama kedinginan, pun dengan lima botol soju yang ia teguk sendirian.

"Baiklah. Beri kakak mu sup pengar besok pagi."

Jimin tersenyum tulus. Lalu memapah Yoongi yang sedikit berontak sambil meracau.

"Terimakasih paman. Kami pamit dulu, sampai jumpa."

Setelahnya, Jimin memapah pelan tubuh Yoongi. Menyusuri jalan setapak dengan cuaca dingin angin malam dengan langkah pelan. Netra sipitnya berkali-kali melirik sang kakak, yang sibuk meracau tak jelas. Beberapa kali bahkan tubuhnya oleng karna Yoongi yang terus berontak.

"Kenapa kalian harus kembali—hik."

Jimin kembali menoleh, menatap sendu kakaknya yang kembali meracau. Tentang dirinya, juga keputusan Mama yang ingin kembali bertemu Yoongi

"Maafkan aku kak."

Jimin berujar lirih, membuat Yoongi sendikit menoleh ke arahnya. Hingga tiba-tiba tubuh Yoongi menjauh dan mendorong Jimin.

"Kau sialan!"

Jimin bingung, meski hampir setiap hari menghadapi orang mabuk, tetap saja posisi Jimin yang tidak pernah minum membuatnya kelimpungan mengatasi orang mabuk.

"Kak, ayo kita pulang. Nanti kakak sakit." Jimin berujar pelan, berusaha kembali memapah Yoongi, namun sang pemilik tubuh justru meringsut menjauh.

"Kak—"

"Kau!"

Yoongi menunjuk Jimin, netra sayunya menatap Jimin tak suka. "Kenapa kau datang lagi! Aku sudah cukup bahagia bersama Jungkook dan Ibu.  Kenapa kau dan Mama harus kembali saat aku hampir berhasil melupakan kalian.

Jimin terpaku di tempatnya. Meskipun hampir setiap hari Yoongi melontarkan kata-kata pedasnya yang tak jarang menyakiti relung hati Jimin, tapi tetap saja Jimin selalu merasa sesak yang menjerat. Terlebih dirinya lah yang menjadi penyebab  bagaimana hancurnya kehidupan kakaknya membuat Jimin di liputi rasa bersalah.

Melodious [Sibling Brother] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang