Preview chapter 32 : Book Version
.
."Aku ... salah lagi, ya?"
Jimin kembali berujar lirih, lalu tersenyum miris setelahnya. "Ah, aku lupa. Apapun yang aku lakukan memang selalu salah. Aku sekarat dulu baru di anggap benar."
"Jimin!"
"Aku benar kok," ucap Jimin tanpa mempedulikan wajah mengeras Yoongi yang siap meledakkan amarahnya kapan saja. "Kakak juga jadi bersikap baik padaku saat tahu tentang sikap Ayah. Kalau kakak tidak pernah melihatnya, atau kalau aku tidak sekarat, Kakak pasti tidak akan sudi menganggapku adik. Kak Yoongi hanya kasihan padaku."
Yoongi mendadak bungkam. Saat netranya menangkap luka menganga pada manik sayu Jimin. Hatinya kembali mencelos, sebab kata-kata Jimin kembali menampar telak dirinya. Seperti ada benang tak kasat mata yang melilit dadanya.
"Aku juga tidak ingin terus-terusan sok kuat. Memangnya siapa yang tahan terus-terusan ditolak? Tidak di inginkan siapapun. Dulu Papa dan Mama, lalu Kakak juga ikut menolakku. Bahkan Mama selalu menuntutku untuk lebih kuat, tanpa peduli seperti apa perasaanku." satu tangan Jimin terkepal kuat. Berusaha mati-matian menahan untuk tidak menumpahkan dukanya.
"Aku juga ingin berteriak kak. Selama lima tahun, Ayah selalu memukuli aku dan Mama. Aku takut setiap pulang, aku takut setiap Ayah mabuk. Aku ingin lari dari Ayah, tapi terlalu takut dengan ancamannya."
Detik setelahnya, Jimin sukses menumpahkan dukanya. Menyeka berkali-kali airmatanya yang terus tumpah saat mengingat seberapa menyedihkan hidupnya.
"Sakit sekali rasanya saat punggungku dipukuli dengan penggaris besi. Aku ingin berteriak saat kepalaku dibenturkan berkali-kali. Aku--" Jimin memejam sebentar, berusaha bernapas saat oksigen disekitarnya menipis.
"--Aku pernah ditenggelamkan saat musim dingin. Aku pikir aku akan mati saat itu." Jimin menarik napas dalam, dadanya sesak bukan main saat memorinya kembali jatuh ketika sang Ayah benar-benar berniat menghabisinya. Menenggelamkannya berkali-kali ke dalam air yang hampir membeku karna musim dingin.
Jimin ingat sekali bagaimana sulitnya ia bernapas saat itu.
"Aku juga takut, kak. Aku tidak ingin seperti ini."
Tangis Jimin yang menyesakkan sudah cukup mendatangkan kembali rematan kuat yang membuat Yoongi merasa sesak. Ungkapan menyedihkan Jimin sukses mematik kembali api di dadanya.
Di perlihatkan sisi rapuh Jimin, Yoongi tidak bisa lagi menahan dirinya untuk menarik lembut kepala Jimin, membenamkan tangis Jimin dalam dekapannya.
"Sakit, kak. Sakit sekali rasanya... "
•••••
Versi lengkapnya bisa kamu baca di novel Melodious
Untuk info pemesanan bisa langsung DM IG : @mycasa.books
Dan jangan lupa follow IG ku @lalanaraya
Bagian selanjutnya setelah chapter 25 tidak akan aku publish di wattpad atau di manapun, ya. Hanya tersedia di versi cetak melodious nanti
Maafkan aku mengecewakan kalian 🙏
Aku benar-benar merasa nggak enak buat kalian yg sudah menunggu cerita ini di wattpad.Aku minta maaf sebesar-besarnya ya, teman-teman🙏
Dan, tolong nantikan cerita-ceritaku lainnya! Semoga kalian gak kapok baca karyaku 🤭
Aku sayang kalian semua, tolong jaga kesehatan, dan jangan lupa mencintai diri sendiri❤
Terimakasih sudah mencintai si sulung dan si bungsu sebanyak ini ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin