Revisi ver.
.
.
"Papa, lihat! Jimin dapat nilai terbaik dikelasnya!"Kyunsoo menoleh, menatap netra kecil putra sulungnya yang berujar menggebu, lalu beralih menatap selembar kertas nilai milik si bungsu.
"Bagus. Kalau begitu suruh Jimin lebih giat belajar lagi, ya," katanya dengan senyum tipis, lalu kembali fokus membaca laporan pekerjaannya.
Yoongi kecil menurunkan bahunya lemas, menoleh pada Jimin yang hanya mengintip disebalik tembok, lalu menatap sendu pada kertas nilai Jimin yang sama sekali tak di lirik oleh papa.
"Jimin tidak dapat hadiah juga, Pa?"
Yoongi kecil kembali bertanya lirih, membuat papa menghentikan aktivitas membacanya. "Kalau Yoongi mendapat nilai tinggi, papa selalu belikan susu pisang. Kenapa Jimin tidak dapat?"
Kyunsoo menghentikan bacaannya, lalu menatap lekat si sulung.
"Papa sibuk, Yoongi," ujarnya dengan tubuh yang beranjak memasuki ruang kerjanya.
Yoongi menatap sendu kepergian Papa, kaki kecilnya berlari menghampiri Jimin yang menatapnya penuh binar. Pipi tembamnya mengembang lucu dengan kedua mata kecilnya yang ikut menghilang saat tersenyum.
"Kak, susu pisangnya?"
Jimin kecil bertanya dengan kerlingan polos, juga binar penuh harap dikedua mata kecilnya. Yang membuat Yoongi tak sampai hati meruntuhkan binar harap tersebut.
"Papa hanya memberikan uang. Katanya Jimin disuruh memilih sendiri supaya puas. Ayo, kakak belikan susu pisang!"
Dusta itu dengan terpaksa Yoongi suarakan, sebab demi apapun dirinya tidak akan sanggup melunturkan binar harap di manik sang adik yang begitu lugu dan polos.
"Yeayyy!!! Terimakasih kakak! Sayang Jiminie semakin besaaarr deh buat kak Yoongi!" bocah itu berseru lantang dengan binar ceria sembari membentuk lingkaran sebesar mungkin dengan tangan mungilnya.
Yoongi tersenyum senang. Mengacak gemas surai sang adik yang masih mengoceh dengan wajah polosnya. Biar sudah, mungkin Yoongi harus menguras sebagian tabungannya untuk membahagiakan adiknya.
Sejak dulu, Yoongi tidak sedikitpun menutup mata tentang perbedaan sikap yang Papa berikan padanya juga Jimin. Ia terlampau paham jika papa tak terlalu peduli pada presensi Jimin dan justru menaruh afeksi berlebih pada Yoongi.
Getar ponsel Yoongi yang tergeletak di atas meja kerjanya membuat Yoongi mengalihkan atensinya pada benda persegi tersebut, sebelum ia arahkan jemarinya untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Hm?"
Senyum misterius tersemat tanpa siapapun sadari saat mendengar informasi yang ia dapatkan dari sang penelfon.
"Bagus, jangan sampai penyamaranmu terbongkar dan laporkan apa yang kau dapatkan darinya."
Panggilan tersebut berakhir setelah Yoongi mendengar jawaban yang membuatnya puas. Sepersekian detik setelahnya ponsel Yoongi kembali bergetar bersama pesan masuk yang di kirim dari sang penelfon tadi.
Pesan berisi foto restoran tempat kerja Hyemi juga sosok Hyemi yang terlihat sibuk mengantar pesanan.
"Apa yang akan kau lakukan pada ibu kandungmu? Sampai kau mengirim Haesung untuk bekerja di sana?"
Yoongi mengangkat kepalanya, menangkap presensi Hoseok yang baru saja memasuki ruang latihannya sambil tersenyum misterius.
"Bukan apa-apa," jawab Yoongi dengan singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin