Bagian 18 : Kepeduliannya

8.5K 1K 195
                                    


          •••        

Bayang semu itu masih tampak mengabur di netranya. Ia masih melawan rasa kantuknya sendiri agar matanya terbuka. Pejamnya terbuka saat silau itu membuatnya mengerjap pelan.

Lalu saat netra sipitnya mampu menangkap jelas pemandangan sekitarnya, tubuhnya langsung tersentak dan melompat spontan dari kasur tanpa perkiraan.

"Aduh sakit!"

Sampai gerakan spontan itu membuatnya tersungkur mencium lantai dengan posisi tidak elit. Tubuhnya yang terbalut selimut membuat kakinya terlilit dan langsung terjatuh.

Matanya memerah, hampir menumpahkan tangis saat kakinya berkedut-kedut. Di tambah lagi, fakta bahwa ia tertidur di kamar sang kakak membuatnya takut.

Sampai suara pintu yang di buka dan langkah tergesa menarik atensinya. Ia menoleh, mendapati presensi Yoongi dan Jungkook yang tengah menatap heran dirinya.

"Kak Jimin, kenapa bisa terjatuh?" Jungkook yang pertama merespon. Ia mendekati Jimin yang terlihat menahan tangis.

Duh, pipinya menggemaskan sekali saat memerah. Untung saja bukan Hanna yang melihatnya.

"Orang bisa terjatuh ya karna jatuh dong. Bagaimana sih kau ini." Jimin merengut saat kakinya semakin berkedut.

Dan melihat tatapan datar Yoongi membuatnya semakin ingin menangis. "K-kak, aku tidak tahu kenapa bisa tidur dikamarmu, sungguh kak. Semalam Jungkook dan aku menonton film. Aku tidak sembarangan masuk kamar—"

"Aku yang membawamu ke kamarku. Kau tertidur seperti orang mati semalam." Yoongi memotong cepat dengan tangan bersidekap dan wajah datarnya.

Jimin mengerjap bingung setelahnya, otaknya masih mencerna ucapan ketus Yoongi barusan. Jimin tidak salah dengar, kan? Jadi Yoongi yang membawanya ke kamar.

"Astaga, jadi Kak Jimin hampir menangis karna itu. Aku pikir kau kesakitan karna terjatuh." Jungkook ikut menimpali dengan raut herannya. Dia pikir Jimin kesakitan sampai hampir menangis. Ternyata anak itu hanya takut terkena omelan Yoongi.

"Enak saja. Ini juga sakit tahu tidak. Kakiku nyut-nyutan nih." Jimin menyanggah cepat, tangannya memegangi kaki kanannya yang berdenyut nyeri.

"Eh, biar kak Yoongi pijatkan saja. kak Yoongi itu salah satu tukang pijit terbaik lho." Seruan Jungkook membuat Yoongi cepat-cepat mendelik kesal. "Kak Yoongi, sepertinya kaki Kak Jimin terkilir. Waktu itu kau bisa menyembuhkan kakiku yang terkilir juga 'kan?"

"Aku tidak—"

"Kak Jimin ada latihan hari ini. Kalau dia gagal lolos seleksi  untuk turnamen nanti hanya karna terkilir 'kan sayang."  Jungkook lagi-lagi menjawab cepat, membuat Yoongi mendengus namun tak urung tetap berjongkok di hadapan Jimin dan Jungkook.

"Kalau begitu pastikan dia tidak menangis. Aku benci suara berisiknya." ucapan datar Yoongi membuat Jungkook mengangguk mantap. Berbeda dengan Jimin yang justru hampir menumpahkan tangisnya.

Yoongi mulai meraih kaki kanan Jimin. Membuat sang empu meringis tertahan. Tangan Jimin sibuk mencengkram erat baju Jungkook. Berusaha mati-matian menahan isak tangisnya saat Yoongi memijit kakinya. Lalu, gerakan tiba-tiba Yoongi sukses membuat Jimin meraung keras.

Bunyi gertakan tulang yang mengerikan terdengar setelahnya.

"Huaaaaaa!!!!"

Jimin terisak kuat dengan wajah yang ia benamkan pada dada bidang Jungkook. Ia mencengkram erat baju Jungkook sambil terisak.

Jungkook sendiri hanya bisa meringis melihat Jimin. Dia pikir kaki kanan Jimin mungkin akan patah saking kerasnya suara yang Yoongi timbulkan. Dia masih berusaha menenangkan Jimin yang terisak tanpa menunjukkan wajahnya.

Melodious [Sibling Brother] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang