Bagian 16 : Kelalaiannya

9K 1K 269
                                    

Revisi ver!
.
.


Nyaring bel yang menggema di seluruh gedung sekolah membuat siswa-siswi berhamburan keluar. Mereka berlomba menjadi yang pertama menuju parkiran setelah bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Pun sama halnya dengan Jimin yang juga sedikit berlari dengan tergesa-gesa.

Anak itu tampak memutuskan untuk berjalan kaki. Ia merapatkan jaketnya saat hawa dingin itu menembus pakaian tebalnya. Sekolah sudah sepi sejak Taehyung pergi. Hanya sisa klub basket Jungkook yang sedang latihan tambahan. Jungkook juga sudah menyuruh Jimin pulang lebih dulu karna latihannya memakan waktu lama.

Jimin terlihat fokus berjalan karna salju di pinggir jalan yang membuat jalanan licin. Sampai suara klakson mengejutkannya hingga ia berjengit kaget.

"Astaga jantungku!" Seru Jimin sambil memegangi dadanya saat dirinya hampir mencium salju jalanan.

"Masuk!"

Jimin menoleh ke arah sumber suara. Mendapati presensi Yoongi yang tengah menatap datar dirinya dari kursi kemudi. Jimin mengerjap heran, wajahnya tampak seperti manusia kebingungan setengah mati.

"Apa kau ingin membeku dulu di luar?"

Jimin cepat-cepat menggeleng lalu bergegas membuka pintu belakang. Duduk dengan tenang di belakang dengan wajah kakunya.

"Ck, kau pikir aku supirmu! Cepat pindah ke depan!" Yoongi kembali menyentak ketus tanpa menoleh pada Jimin.

Jimin kembali gelagapan, buru-buru ia membuka pintu mobil dan memutar arah duduk di depan setelah mendapat sentakan keras dari Yoongi. Ia duduk di depan dengan pandangan lurus ke depan, takut menatap wajah Yoongi.

Yoongi melirik sekilas, lalu kemudian wajad datarnya kembali berdecak gemas. "Astaga apa aku perlu memberitahumu semuanya!"

Rasa-rasanya berbicara dengan Yoongi memang butuh kesabaran ekstra. Selain bisa membahayakan kesehatan jantungnya juga bisa memperpendek usianya. Jimin masih ingin mengejar mimpinya sebagai atlet lari.

"Ya ampun kak, ada apa lagi?"

Yoongi tidak menjawab, malah kembali berdecak setelahnya. Detik selanjutnya waktu seolah terhenti bagi Jimin. Pemuda itu mematung atas apa yang Yoongi lakukan. Dia tidak bisa menyembunyikan debar menggila saat Yoongi tiba-tiba maju dan memasangkan sabuk pengaman padanya.

Demi tuhan jantung Jimin benar-benar perlu di kondisikan.

"Lain kali patuhi presedur keselamatan. Aku tidak mau masuk penjara karna membuat anak orang celaka." suara ketus Yoongi kembali keluar. Namun entah mengapa Jimin dapat menangkap cemas dalam penggal kalimatnya.

"Terimakasih, Kak."

Yoongi tak membalas setelahnya. Hanya diam menatap lurus ke depannya, dan mulai menjalankan mobilnya tanpa berujar sepatah katapun.

Kemudian saat sepi di sana sudah cukup jenuh bersemayam, Yoongi melempar sebuah paperbag kecil ke pangkuan Jimin. Yang membuat Jimin mengernyit bingung dengan memandang heran paperbag tersebut.

"Itu ponsel untukmu," ucap Yoongi tiba-tiba. Pemuda itu melirik sekilas pada sang adik yang masih terlihat kebingungan.

"Jungkook bilang kau belum memiliki ponsel. Jaman sekarang tidak ada anak sekolah yang tidak memiliki ponsel." Yoongi kembali berujar tanpa mengalihkan atensinya pada jalanan di depannya.

"T-terimakasih Kak Yoongi!" seru Jimin dengan antusias. Bocah itu menatap berbinar ponsel baru pemberian Yoongi yang masih terbungkus dengan apik.

Mungkin terlihat sepele, dan mungkin ponsel pemberian Yoongi bukanlah ponsel keluaran terbaru seperti kebanyakan milik remaja seumurannya. Tapi untuk Jimin, ini ponsel pertamanya. Dan Yoongi yang membelikannya untuknya.

Melodious [Sibling Brother] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang