Bagian 17 : Kesabarannya

8.5K 1K 191
                                    

Revisi.
.
.

         •••       

Pukul sembilan malam Jimin baru sampai di kediaman keluarga Kyungsoo. Di luar salju masih turun dengan lebat, dan dia berkali-kali menggosokkan tangannya mencari sedikit hangat yang bisa ia dapat. Beberapa kali ia memencet bel rumah itu. Namun belum ada tanda-tanda pintu itu akan di buka.

Demi tuhan Jimin kedinginan sekali. Tulang kakinya seakan mati rasa. Dia benar-benar sensitif terhadap dingin. Telinganya sudah memerah dengan gigi saling beradu.

Jimin kembali memencet bel tersebut. Bersyukur pintu itu akhirnya terbuka bersama kemunculan Hanna yang terlihat terkejut melihatnya.

"Astaga Jimin!"

Wanita cantik itu berseru cukup keras. Wajahnya kentara terkejut. Lalu detik berikutnya ia tersadar dari keterkejutannya dan langsung menarik Jimin untuk masuk kedalam.

"Ya ampun Jim, darimana saja kau. Kenapa baru pulang? Kau tahu Ibu sangat cemas tadi. Di luar sedang ada badai dan kau belum pulang." wanita itu masih mengeluarkan kecemasannya. Tangannya menangkup wajah dingin Jimin dengan panik.

"Uhm, a-aku baik-baik saja, Bibi. Hanya sedikit dingin." Jimin berusaha menjawab dengan santai kendati bibirnya tak berhenti bergetar.

Hanna lantas membawa Jimin ke ruang tengah, lalu menyuruh Jungkook mengambil selimut tebal. "Tunggu di sini. Ibu buatkan minuman hangat. Oh lihat betapa dinginnya tanganmu nak."

Wanita itu mendudukan Jimin di kursi sofa, lalu dia bergegas menuju dapur dan membuatkan minuman hangat untuk Jimin. Jungkook ikut berseru sambil membawa beberapa potong selimut tebal setelahnya.

Sudut hati Jimin menghangat saat diperlakukan dan dicemaskan dengan begitu hangatnya. Jarang sekali Jimin dicemaskan seperti bagaimana Hanna mencemaskannya. Ruang kosong di hati Jimin seolah di sinari lentara hangat hingga membuat sekembar manik ambernya berbingkai kaca.

"Pasti dingin sekali." Jungkook  membungkus tubuh Jimin dengan selimut yang ia bawa. Melilitnya berkali-kali sampai membuat tubuh Jimin menyerupai bola salju.

"Masih dingin tidak?"

Jimin mengangguk pelan. Memang dinginnya belum mereda kendati berpasang-pasang selimut telah membungkus tubuhnya. Lalu ia sedikit meringis saat merasa keram di kakinya.

"Uh, Jungkook kakiku keram sekali rasanya."

"Aku gosok saja ya. Biar lebih hangat. Tubuhmu dingin sekali," kata Jungkook dengan cemas dalam penggal kalimatnya. Jimin hanya mengangguk ringan sambil merapatkan selimutnya.

Keduanya memilih membiarkan hening bersemayam. Jungkook sibuk menggosok bagian kaki Jimin dengan Jimin yang setia berpejam mata.

Hingga suara langkah mendekat membuat Jimin membuka matanya. Dia pikir itu Hanna yang telah selesai membuatkan minuman hangat untuknya. Tapi saat ia membuka pejamnya, pekat irisnya langsung beradu dengan iris tegas Kyunsoo.

Jimin lantas meneggakan tubuhnya meski harus meringis pelan.

"Papa."

"Darimana saja kau? Kenapa baru pulang jam segini?" suara berat Kyunsoo membuat Jimin diam seketika. Ia merunduk tanpa berani menatap manik tegas papanya.

Melodious [Sibling Brother] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang