Revisi ver.
.
.
.
Gemuruh kristal putih berjatuhan menghujani bumi. Dedaunan kering yang gugur kini berganti beku tetes salju dimusim dingin yang menyambut. Bagaimana suasana di luar sana dingin dan membekukan sama seperti bagaimana suasana hati Yoongi yamg benar-benar mampu membekukan hatinya."Ya, kurasa hatimu memang sudah rusak."
Yoongi menoleh sinis, menatap tajam pada Hoseok yang baru selesai merampok isi nampan makanannya pagi ini, membuat Yoongi muak sampai rasanya ingin mengubur Hoseok di tengah badai salju.
Karna luka yang Yoongi dapat tak begitu parah, maka pagi ini Yoongi sudah menduduki ranjang dikamarnya sendiri. Yoongi tidak tahu darimana Hoseok tahu jika dirinya kecelakaan hingga secepat kilat mendatangi rumahnya yang hanya beberapa meter dari rumah Hoseok.
"Apa kau benar-benar bosan hidup Jung Hoseok-ssi." Lirih kalimat penuh penekanan itu nyatanya tak membuat Hoseok gentar. Bertahun-tahun saling mengenal satu sama lain membuat Hoseok terbiasa dengan sifat dingin dan keras kepala Yoongi.
Hoseok tergelak pelan sebelum dengan tidak tahu malunya kembali memasukan sepotong apel dalam mulutnya. "Ku pikir malaikat maut baru saja mengunjungimu semalam. Sampai wajahmu ringsek begitu. Mungkin karma karna menjadi kakak durhaka."
"Berisik!" Yoongi membanting kesal buku yang tengah ia baca. Menghadapi seorang Jung Hoseok memang benar-benar menguras kinerja jantung, Yoongi sampai takut mati mendadak saat berdebat dengan Hoseok.
"Hahaha, baiklah-baiklah. Kali ini aku akan serius." Hoseok berujar dengan tawa yang semula renyah mengudara berganti wajah serius dengan raut intimidasi dari bagaimana matanya menajam.
"Jadi, apa yang kau dapatkan sampai berakhir seperti ini? Apa Haesung berhasil mendapatkan apa yang kau cari?" tanya Hoseok tanpa nada lelucon atau raut cerahnya.
Bagaimana Hoseok mematai kamar Yoongi sebelum bertanya demikian membuat siapapun paham bahwa apa yang mereka bahas adalah yang cukup serius.
"Tidak ada, aku masih belum mendapatkan apa yang aku cari," jawab Yoongi tanpa nada emosi kendati sekembar jelaga hitamnya di penuhi berbagai emosi. "Tapi aku menemukan satu fakta kecil yang cukup membuatku terkejut, sampai aku tidak sadar menabrakkan mobilku pada tiang pembatas."
Ingatan Yoongi kembali pada malam di mana dirinya terlibat perselisihan dengan Jimin di malam pertama salju turun. Di mana ia yang tidak mampu mengendalikan emosinya akhirnya menumpahkannya pada sosok yang telah membuat resah harinya.
"Aku cukup yakin ada yang Mama sembunyikan selama ini. Dan Papa juga mengetahui apa yang Mama sembunyikan," ucapnya dengan wajah tanpa ekpresi.
Yoongi ingat bagaimana ia yang kembali meresah setelah meninggalkan Jimin di pinggiran sungai Han saat salju turun dengan lebat malam itu. Saat dirinya akhirnya memutuskan untuk memutar kemudi untuk kembali menjemput sang adik, ponsel pintarnya berdering bersama nama Jo Haesung yang muncul di layar ponselnya.
Pun setelah ia mengangkat panggilan tersebut, bagaimana informasi yang sosok suruhannya itu paparkan cukup membuat Yoongi terkejut hingga tanpa sadar membuat kemudinya menabrak tiang pembatas jalan.
Bersyukur malam itu jalanan cukup ramai hingga beberapa orang menolongnya. Dan yang membuat Yoongi memutuskan untuk menghubungi Hyemi adalah karna hal yang ingin ka tanyakan setelah mendengar fakta dari orang suruhannya.
Bahwa, Jimin adiknya, bekerja sebagai karyawan part-time di sebuah toserba 24jam. Dan setelah ia mengulik lebih dalam, Yoongi ketahui bahwa ayah tiri Jimin itu telah cukup lama di PHK dari tempatnya bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin