Revisi!
.
Follow IG @lalanaraya
.Jalanan lenggang di kota Seoul tampak tenang tanpa bising kendaraan yang biasa terdengar. Hanya beberapa mobil yang terlihat melintas pelan di sepanjang jalanan licin yang di penuhi salju. Pun dengan sisa-sisa salju yang masih menjatuhkan entitasnya dibumi.
Di sana, di pingiran jembatan Mapo yang membentang di sungai Han sana, terlihat sosok Jimin yang berjalan dengan langkah terseok. Pun juga tatapan kosong yang seolah tanpa nyawa sebab remaja itu baru saja kehilangan pijakannya.
Jimin masih bisa mengingat jelas penggal kalimat yang Yoongi lontarkan di rumah sakit beberapa waktu lalu. Ia bahkan masih merekam jelas bagaimana Yoongi menatapnya rendah dan seolah menyudutkannya.
Jimin kembali berpikir, memang sejak kapan ada bahagia yang mampir padanya secara cuma-cuma. Rasa-rasanya baru kemarin hubungannya dengan Yoongi mulai membaik, bahkan Yoongipun mulai hangat padanya. Tapi detik setelahnya, semesta kembali menghempaskannya pada kubangan luka yang membuatnya mati rasa. Hatinya sekarat sampai tidak bisa merasakan apa-apa.
Jimin hancur, benar-benar hancur hingga keping terkecil seolah tidak ada yang tersisa selain raganya yang juga mulai mencapai batas lelahnya.
Arah pandang Jimin kini tertuju pada tenang air sungai Han yang mengalir di bawah jembatan Mapo. Jimin pandangi cukup lama hingga kata-kata Taehyung tiba-tiba terlintas di benaknya.
Anak itu selalu melarang Jimin melintasi sungai Han, sebab takut Jimin frustasi akan hidupnya dan memilih melompat dari sungai Han, yang membuat sekolah gempar nantinya, sebab salah satu atlet larinya di temukan mengapung di sungai Han. Dulu, Jimin akan terkekeh sendiri setelah mendengar pemikiran tolol sahabatnya itu.
Tapi sekarang .... kenapa Jimin ingin mencobanya.
Jimin penasaran bagaimana rasanya jika dirinya jatuh membentur riak air yang cukup tenang di bawah sana. Jimin penasaran bagaimana air yang tenang itu menenggelamkan raganya hingga jiwanya perlahan terenggut menyisakan raga tanpa nyawa.
Langkah kaki mungil itu perlahan semakin mendekat pada pagar pembatas antara jembatan dan tenang air sungai di bawah sana. Hal yang bocah itu lakukan setelah terdiam cukup lama adalah mendekati kotak telepon seluler yang tersedia, yang merupakan SOS Line atau layanan pencegahan bunuh diri yang memang disediakan untuk mencegah aksi tersebut.
Remaja tujuhbelas tahun itu mengarahkan gagang telepon tersebut pada telinganya. Hingga sepersekian detik setelah suara berat lelaki menyapa pendengarannya.
"Halo, ini dari layanan pencegahan bunuh diri."
Bocah itu masih terdiam hingga jeda cukup lama membentang setelah mendengar bait kalimat yang terdengar dari gagang telepon ditelinganya. Ada tamparan tak kasat mata yang seolah membuat raga Jimin yang semula kosong terisi kembali.
"Aku .... sepertinya, aku melihat seorang remaja yang ingin melompat dari dari jembatan."
"Apa kau sedang berada di jembatan Mapo, nak?"
Lagi, suara di seberang sana terdengar berat namun seolah terbiasa menenangkan jiwa-jiwa yang tersesat dan hampir kehilangan asanya.
"Ya, dan aku melihat remaja itu sedang berdiri di pinggiran jembatan. Sepertinya, remaja itu baru saja mendapat takdir buruk atau dunianya sedang tidak baik-baik saja sampai berpikir untuk mengakhiri hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin