Revisi ver!
.
.Bagian 14
.
.Sepulang sekolah Jimin di buat bingung dengan Hyemi yang terlihat sibuk memasukan baju-bajunya dalam sebuah koper yang cukup besar. Ayahnya belum terlihat ada di rumah saat ini, pun tidak ada bekas pertengkaran yang biasa Jimin lihat.
Lalu, mengapa Mamanya mengepak beberapa barangnya?
Apa Mamanya akan pergi? Tapi kemana? Dan kenapa tiba-tiba sekali. Jimin tidak di beritahu sedari kemarin.
Mendadak, ingatan tentang dirinya yang hampir di tinggalkan di pasar malam oleh Hyemi duabelas tahun lalu kembali menghantui kepalanya. Demi apapun, Jimin lebih rela tubuhnya di siksa berkali-kali oleh ayahnya daripada harus di tinggalkan oleh Mama.
"Oh! Jimin-ah, kau sudah pulang, Nak."
Jimin mendekat saat suara lembut Hyemi memanggilnya. Ia melangkah mendekati Hyemi dan mengambil duduk disebelahnya.
"Mama sedang apa?"
Terdiam sesaat, Hyemi tersenyum sekilas menatap Jimin lembut. "Mama sedang mengepak beberapa barangmu. Mama berencana akan ke Busan untuk beberapa hari. Nenekmu sakit, dan di sana tidak ada yang merawatnya."
"Jadi, kita akan pergi ke Busan?"
Hyemi tersenyum sekilas seraya menggeleng pelan, mengusak surai pekat Jimin dengan lembut. "Hanya Mama yang akan pergi. Jimin harus sekolah, Mama tidak mau sekolahmu terganggu karna mungkin Mama akan cukup lama di Busan."
Jimin terdiam sesaat, merasa sedikit gelisah karna akan di tinggal oleh sang Mama.
"Mama— tidak akan meninggalkanku seperti malam itu, kan?" tanya Jimin dengan lirih serupa bisikan.
Hyemi lekas menatap lekat Jimin, meninggalkan aktivitas mengepaknya dan beralih menggenggam jemari Jimin.
"Nak, maafkan Mama untuk kejadian malam itu. Mama sangat menyesal dan tidak akan sanggup tanpa Jimin. Mama tidak mungkin meninggalkan Jimin saat Jimin sudah berhasil membuat Mama mulai menyayangi Jimin sepenuhnya," ucap Hyemi dengan iris kelamnya yang menatap tepat pada manik amber si bungsu.
"Mama berencana membawamu pada Papamu. Mama juga tidak mau Jimin sendiri bersama Ayah Jungwoo. Karna itu, Mama akan menitipkanmu pada Yoongi untuk beberapa waktu."
Detik berikutnya Jimin kembali di buat bungkam. Otaknya masih mencerna ucapan Mamanya barusan. Ia tentu mendengar jelas penggal kalimat yang Hyemi ucapkan. Tapi rasa-rasanya, ucapan Hyemi begitu ganjil di telinga Jimin.
Hyemi, yang menyadari gelisah dalam raut wajah Jimin itu lantas mengusap lembut telapak tangan Jimin, membuat sang anak kini menatapnya. "Ada apa, hm? Kau tidak suka tinggal dengan kakakmu sendiri?"
Jimin menggeleng pelan, matanya bergerak liar dengan wajah gelisah. "Bukan begitu, Ma. Hanya saja, aku takut Kak Yoongi terganggu denganku. Dia perlu waktu untuk istirahat, aku tidak mau mengganggu Kak Yoongi. Lagipula, aku juga tidak mau merepotkan Papa dan Bibi Hanna."
Hyemi paham betul jika Jimin akan berujar demikian, dia juga sudah memikirkan bagaimana reaksi kakak-beradik itu.Tapi Hyemi harus melakukannya. Selain untuk menghindari Jimin dari amukan suaminya, dia juga berharap hubungan Yoongi dan Jimin bisa membaik nantinya.
Jadi setelahnya, Hyemi mengusap lembut pekat surai Jimin dan menatapnya penuh keyakinan. "Jim, biar bagaimanapun juga, Yoongi dan Papamu masih keluargamu. Tidak ada yang akan merasa terganggu karna kehadiranmu. Justru Mama berharap, kau bisa memperbaiki hubunganmu dengan Yoongi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin