Revisi ver.
.
.
.Dedaunan-dedaunan kering sedikit berterbangan terbawa angin musim gugur yang seolah membekukan. Meski dingin menusuk, di taman dekat kompleks elit sana seorang remaja tengah memacu langkah kakinya mengitari taman bahkan sebelum fajar menyingsing.
Park Jimin, remaja yang sesekali bertumpu pada lututnya itu seakan tuli. Tak menghiraukan teriakan sahabatnya yang menyuruhnya berhenti berlari. Yang Jimin lakukan selama dua jam terakhir hanya berlari hingga berpuluh putaran mengitari taman tersebut.
Langkah itu semakin menggila tidak peduli dengan peluh yang menetes meskipun angin musim gugur masih terasa dingin. Jimin kembali mengayunkan langkahnya, dengan napas memburu juga mata memerah.
"Kenapa kau harus kembali!"
Jimin lah penyumbang luka terbesar di hidup Yoongi. Bahkan melihat wajahnya pun sudah membuat Yoongi amat tersiksa. Dirinyalah penyebab kakaknya begitu menderita.
Jimin tidak tahu, jika keputusannya dulu akan membawa dampak besar bagi kehidupan kakaknya. Nyatanya, Jimin hanya mengikuti perkataan Hyemi untuk membuat hidup Yoongi lebih baik. Namun tidak tahu jika akhirnya justru menorehkan luka bagi kakaknya itu.
Dengan napas memburu serta dada yang bergemuruh sesak. Ia kembali memacu langkahnya mengitari taman tersebut.
"Hei Park bodoh Jimin! Sudahi dulu lari-larimu itu! Aku kedinginan disini!"
Jimin menoleh, menatap sahabatnya yang sejak tadi meneriakinya terus-terusan. Jimin mendengus, salah sendiri memaksa ikut. Toh Jimin tidak mengajak si mulut petasan itu untuk ikut dengannya.
"Yak!! Aku akan benar-benar membeku bodoh!"
Merasa bahwa sang sahabat tidak akan berhenti mengoceh. Dengan langkah gontai Jimin menghampiri sahabatnya itu, mengambil sebotol mineral lalu meneguknya hingga tandas.
Kim Taehyung, satu-satunya sahabat Jimin itu menatap malas sahabatnya dengan jengah. "Aku tidak tahu kalau kau bisa segila ini sahabatku. Jika ingin mati tidak usah mengajakku. Aku masih betah berjuang hidup."
"Aku juga tidak tahu kalau kau secerewet ini sahabatku. Telingaku sampai sakit mendengar ocehanmu." Jimin berujar malas hingga Taehyung berdecak sebal, lalu merapatkan jaket tebalnya saat angin pagi hari di pukul empat berhembus kencang, sesekali terbatuk kencang sambil mengusap tangannya.
Jimin mengulurkan sebotol mineral yang masih utuh pada Taehyung, "Maaf. Aku kan sudah bilang sedang ingin berlatih. Kau yang memaksa ingin ikut."
"Aku hanya takut besok mayatmu di temukan mengapung di sungai Han." Taehyung menceletuk asal setelah meneguk air mineralnya. "Kau punya kebiasaan buruk saat banyak pikiran. Kebiasaan seperti...,"
"——Menyiksa dirimu sendiri, mungkin."
Jimin termenung menatap sepasang kakinya yang terasa kebas dan ngilu dengan binar sendu.
Tengah malam tadi, usai mengantar Yoongi pulang Jimin sempat merawat kakaknya yang demam sebab tidak ada siapapun di rumah keluarga Min malam itu. Lalu setelahnya, Jimin tidak langsung pulang. Ia memilih untuk menghampiri Taehyung untuk melupakan perkara ucapan kakaknya saat mabuk semalam.
Kim Taehyung mungkin satu-satunya yang mau menerimanya setelah ia pindah ke Ibu kota. Awal pertemuan mereka dulu di bumbui pertengkaran sebelum Jimin menyelamatkan Taehyung yang hampir meregang nyawa saat penyakitnya kambuh di sekolah.
Setelah kejadian itu pun Jimin menjadi dekat dengan Taehyung bahkan keluarganya sendiri. Jimin bahkan yang di percaya oleh kakak Taehyung untuk menjaga Taehyung saat di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin