Revisi ver.
.
.
.
Jimin kecil disana, sedang bersembunyi disebalik pintu mengintip Yoongi yang tengah di angkat tinggi-tinggi oleh papa, sebab Yoongi pulang dengan membawa raport dirinya yang menjadi rangking satu dikelas."Anak papa memang pintar! Papa bangga dengan Yoongi."
Yang Jimin kecil lihat, Yoongi tersenyum malu-malu saat papa mengecup keningnya.
"Sudah ya, minta mamamu untuk memasakkan makanan kesukaanmu, dan..." Papa mengeluarkan sekotak susu pisang dan memberikannya pada Yoongi. "Ini untuk Yoongi, supaya semakin pintar dan hebat."
"Terimakasih Papa!"
Jimin kecil meremat pensil digenggamannya. Tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang selembar kertas hasil karyanya yang mendapat nilai A di hari pertama sekolahnya.
Jimin kecil ingin sekali seperti Yoongi, Jimin kecil juga selalu belajar dengan giat supaya mendapat nilai bagus dan papa juga bangga padanya, lalu Jimin akan mendapat kecupan hangat dan sekotak susu pisang dari papanya.
"Lho, Jiminie kenapa disini."
Jimin terlonjak lucu saat papa tiba-tiba menghampirinya. "Uhm, Papa."
"Itu apa?" papa menunjuk selembar kertas ditangan Jimin. "Sini Papa lihat," Papa langsung menarik kertas tersebut, membuat Jimin gugup seperti hari pertamanya tadi ditaman kanak-kanak.
"Wah, Jimin pintar menggambar ya!" papa berseru, membuat pipi bulat Jimin memerah malu, "Belajar lebih giat lagi ya. Supaya semakin pintar."
Sudah. Hanya seruan terlampau singkat yang papa berikan atas pencapaian pertama Jimin. Dan setelah itu papa berbalik, hendak melangkah pergi.
"Jimin tidak dapat susu pisang juga ya, pa?"
Papa menghentikan langkahya, saat suara cicitan pelan itu terdengar mengiba. Papa berbalik, menatap sepasang mata sipit Jimin yang mengharap penuh.
"Susu pisangnya sudah untuk kak Yoongi semua. Jimin mengalah dulu ya, kak Yoongi harus banyak minum susu supaya pintar."
Tapi harapan di sepasang mata kecil itu Papa luruhkan seketika. Saat lagi-lagi, Jimin kecil di tuntut untuk mengalah, agar Yoongi pintar katanya.
Papa kembali melangkah, mencoba mengabaikan tatapan sendu si bungsu yang ia runtuhkan binar harapnya.
"Tapi kalau kecupan? Jimin harus mengalah juga ya, Pa?"
Tanya itu hanya tersahut oleh hening juga desir angin yang membaur. Papa justru memilih abai dengan berbalik meninggalkan Jimin kecil yang menatap sang Papa dengan binar polosnya yang menyendu.
Setelah duabelas tahun, Min Kyunsoo masih terlihat sama di mata Jimin. Masih menjadi sang Papa yang sulit ia dapatkan perhatiannya. Masih berwibawa dan terlihat tegas seperti dulu—hanya kerutan saja yang bertambah di wajah tegas papa— masih terlihat canggung saat bersitatap dengan manik sabit Jimin, juga masih belum memberi apa yang Jimin harapkan dari Papa kandungnya itu.
Sampai sekarang pun, Jimin masih belum mendapatkan apa yang Yoongi dapatkan dari sosok itu. Jimin masih belum merasakan kecupan hangat Papa, Jimin belum menyicipi susu pisang yang di janjikan untuknya duabelas tahun lalu. Hanya hangat rengkuhan singkat yang Jimin dapatkan untuk pertama dan terakhir kalinya saat 6mama membawanya pergi dulu.
Jimin tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, sampai Papa terlampau membedakannya dengan sang kakak sejak dulu. Tapi jika dibandingkan dengan Yoongi, Jimin memang kalah jauh dalam segala aspek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin