Bagian 23 : Kemarahannya

8.8K 1.1K 350
                                    

Revisi!
.
.
Absen dong buat para sepuh yg menantikan chapter ini:)

••••



Pekat angkasa di luar sana sudah cukup menjelaskan bahwa waktu sudah cukup larut untuk terjaga. Akan tetapi, di sisi ruang tunggu yang bersisihan didepan unit gawat darurat itu, tiga presensi tetap terjaga dengan cemas yang tak kunjung menghilang.

Hanna, yang sebelumnya langsung di hubungi Yoongi masih terisak pelan meski tangisnya tak sehebat saat Yoongi memberitahunya bahwa alergi Jungkook kambuh.

Lalu Jimin, yang memutuskan untuk menyusul Yoongi sendiri menaiki bus menuju rumah sakit. Namun sejak tiba, Jimin hanya diam tanpa berani mengurai kata.

Yoongi sendiri sejak tadi hanya terdiam dengan jelaga hitamnya yang tertutup tirai kelopaknya Tangan bergerak gusar dengan bibir yang tak henti menggumamkan doa. Masih ingat bagaimana Jungkook yang jarang sakit bahkan hampir tidak pernah masuk rumah sakit harus berakhir di ruang gawat darurat malam ini.

Pejam yang menenggelamkan jelaga hitam Yoongi kian terbuka bersama tajam tatapnya yang langsung terarah pada Jimin, yang sejak tadi hanya terdiam dengan kepala tertunduk dalam. Yoongi mengepalkan tangannya dengan emosi liar yang meletup-letup saat kembali mengingat kecerobohan Jimin yang membuat Jungkook berakhir seperti ini.

Segera setelahnya, Yoongi bangkit dengan menarik kasar tangan Jimin tanpa menguraikan tajam tatapnya. "Ikut aku!"

Tubuh itu dibawa dengan kasar melewati lorong temaram. Meninggalkan Hanna yang terlihat linglung sebab masih dilingkupi cemas saat pintu gawat darurat itu tak kunjung terbuka.

Yoongi yang masih dikuasai emosi menarik kasar tangan Jimin, tidak peduli bagaimana Jimin meringis hingga kesulitan menyamai langkah besarnya. Jimin takut. Sebab aura Yoongi saat ini benar-benar tak bersahabat. Lebih mengerikan dari kemarahannya di sungai Han kala itu.

Yoongi .... seperti bukan sosok kakak yang Jimin kenal dulu.

Sampai di taman rumah sakit yang benar-benar sepi tanpa satupun entitas disana, Yoongi menghempaskan tubuh Jimin hingga merapat ke dinding rumah sakit hingga bocah itu meringis pelan. Jimin mendongak hingga sekembar manik ambernya bisa menangkap bagaimana tatapan Yoongi begitu berapi-api menatapnya, tajam tatap Yoongi seolah bak belati yang mampu mengoyak Jimin hingga berdarah.

Sejenak. Jimin mulai berpikir untuk memadamkan api di kedua netra kakaknya itu, barangkali ia masih mampu untuk membuat sang kakak luluh. Kendati hal tersebut terdengar mustahil.

"Kak Yoongi, aku-"

"Apa maumu sialan!"

Namun bibir Jimin kembali terkatup rapat saat sentakan keras Yoongi memotong ucapannya. Segera saja kepalanya kembali tertunduk dengan bibir yang ia tekan kuat-kuat. Jimin sangat tahu seperti apa pentingnya sosok Jungkook di mata Yoongi, dan ia yakin setelah ini Yoongi tidak akan sungkan menghadiahinya kata-kata pedas yang kembali menoreh luka di relungnya.

"Aku sudah bilang, 'kan. Jangan beri Jungkook minumanmu! Dia alergi pisang, mengecap apapun yang berhubungan dengan alerginya bisa membuatnya seperti ini!" Yoongi tak bisa menyembunyikan kecewanya, pun dengan amarah meluap yang coba ia tahan, tetapi tetap gagal saat kembali menatap wajah Jimin.

Sejak dulu, Yoongi sangat payah dalam mengolah emosinya saat sedang dikuasai amarah. Terlebih setelah lepas dari obat-obatan, Yoongi kerap kali melakukan hal-hal diluar batas untuk meredakan emosinya.

"Apa kau sengaja? Iya, kan! Kau sengaja memberikannya pada Jungkook?!"

Detik itu Jimin mengangkat kepalanya dengan netra sabitnya yang membulat terkejut, manik ambernya yang berbingkai kaca seolah tak mampu menyembunyikan kecewanya saat kalimat Yoongi sarat akan ketidakpercayaan. Singkatnya, Yoongi menaruh curiga padanya.

Melodious [Sibling Brother] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang