•••••
Dulu, Yoongi kerap kali marah akan perbedaan sikap kedua orangtuanya. Dia sering mengeluh saat Jimin harus merelakan sepotong ayam goreng hanya untuk Yoongi, kendati Jimin hanya mengangguk pasrah menurutinya. Dia selalu marah saat sang Mama lebih memilih menemaninya tidur ketimbang merawat Jimin saat demam.
Yoongi tidak tahu, kenapa Mama dan Papa memperlakukan Jimin terlampau berbeda darinya. Dia yang merawat Jimin saat Jimin di serang demam. Dia yang selalu melawan anak-anak nakal yang sering membully Jimin di taman bermain.
Bahkan mungkin, Jimin tidak akan pulang sebelum Yoongi datang menjemputnya dari taman kanak-kanak. Sang Papa lebih sering melupakan jika ia masih seorang ayah bagi putranya yang lain. Lalu sang Mama, sejak Jimin lahir hanya memberi Jimin asupan sayang seadanya.
Dan sekarang, saat menyadari tubuh yang dulunya selalu ia jaga di penuhi luka mengerikan, Yoongi merasa perlu tahu penyebabnya. Ia merasa tak terima saat si bungsu yang dulu sempat menjadi kesayangannya itu mendapat kekerasan fisik.
Kendati ego yang mengakar dalam dirinya terlampau sulit di runtuhkan.
"Daripada kau pusing memikirkannya, lebih baik minta saja Haesung untuk mencari tahu. Lagipula seminggu ini dia belum memberimu kabar apapun bukan?"
Ah, benar. Kenapa tidak Yoongi terpikirkan sejak awal. Dia punya Haesung yang bisa di andalkan untuk menguak informasi akurat, bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun.
Hanya saja, karena tumpukan pekerjaan yang tertunda pasca kecelakaan kecilnya kemarin, yang untungnya tidak menarik perhatian awak media, Yoongi tidak sempat berkomunikasi dengan Haesung beberapa hari belakangan ini.
"Kau benar," ucap Yoongi seraya menatap Hoseok, "aku bisa meminta Haesung untuk mencari tahu."
Berdecak keras, Hoseok bertopang angkuh dengan wajah congkaknya seraya menatap Yoongi. "Lihat, bukan? Aku ini solusi dari semua masalahmu. Dan dari pendapatku tentang luka yang Jimin dapat itu, ku rasa ..."
Yoongi kembali menoleh pada Hoseok saat pemuda itu menggantungkan kalimatnya. Dia menatap lekat Hoseok, menunggu penjelasan Hoseok selanjutnya.
"Aku rasa, aku perlu ke kamar kecil." Hoseok beranjak setelahnya. Meninggalkan Yoongi yang hampir mengumpatinya dengan lantang. Lalu ekor mata Yoongi melirik pada menu makan di meja mereka yang susah raib ke perut Hoseok.
Yoongi menghela napas sabar. Lalu mengalihkan atensinya. Niat awalnya tadi mengajak Hoseok ke Cafe adalah untuk membicarakan tentang project barunya. Tapi Yoongi justru kelepasan membahas tentang luka yang ia lihat di tubuh Jimin. Sampai membuat manusia cerewet bernama Jung Hoseok itu mengambil kesimpulan sendiri.
Riuh di luar sana teredam oleh sunyi yang membentang di meja itu. Hanya meja itu yang terlihat hening tanpa riuh obrolan yang menyapa. Sebab Yoongi terlalu fokus pada laptop di hadapannya.
"Hei! Bukankah turnamen musim semi nanti, Jimin yang akan mewakili sekolah?"
"Sungguh? Bukankah sebelum Jimin masuk, Jinyoung sudah lebih dulu mewakili sekolah setiap tahun?"
"Aku dengar sih, si Park Jimin itu mampu mengalahkan rekor tercepat Jinyoung. Dia bahkan bisa menjadi kesayangan Seungmin saem."
Lalu suara desas-desus yang mengikutsertakan nama Jimin membuat Yoongi mengernyit heran. Dia sedikit menoleh, melirik pada segerombol remaja yang duduk tak jauh dari mejanya. Yoongi mengamati seragam mereka, sama persis seperti seragam Jimin dan Jungkook.
Apa mereka teman Jimin?
"Bukankah seharusnya, Jinyoung lebih pantas daripada anak rendahan itu? Benar tidak, Jinyoung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious [Sibling Brother] ✔
FanfictionBagi Park Jimin, Min Yoongi adalah kakak terbaiknya. Dan bagi Min Yoongi, Park Jimin adalah sumber melodinya. Melodi kebencian yang ia tuangkan dalam sebuah lirik lagu. _____________ Brothership Min Yoongi & Park Jimin