11; Scars

217 24 0
                                    

"Perubahan formasi sementara ditetapkan, tetap berada di tempat dan jaga pandangan kalian untuk tetap awas. Tertdanda, A5 012 N. Astin."


Jimin memencet tombol di in-earnya. Ia menghela napas panjang. Matanya menyapu seluruh area parkir basement yang ramai oleh mobil. Melihatnya sudah sangat bosan, dan ini bukanlah yang ia harapkan saat waktunya bertugas. Ia menautkan kedua tangannya dan berdiri tegap di depan pintu keluar masuk. Disampingnya juga berdiri Jungkook dengan posisi di sisi lain pintu. "Memang benar perubahan formasi, tetapi aku tak menyangka akan ditaruh pada posisi ini."

Jungkook mengulum bibir. "Jika tak ada alasan kuat, ia tentu tak akan mengganti formasi. Jadi terima saja." Ia tahu Jimin tak suka jika dirinya harus berjaga tanpa kepastian. Memang benar Namjoon mengubah formasi, Jungkook dengar, ada alasan kuat untuk berjaga-jaga Jimin tak diikut sertakan dalam pertemuan yang terjadi di lantai atas. Ia tak tahu secara spesifik tapi itulah Namjoon, walau tiba-tiba ia tahu yang dilakukannya benar dan tak akan menghancurkan atau mengusik rencana awal yang telah dibagun.

"Jung, tetap berhati-hati."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Ada beberapa orang yang berjaga di basement, namun tak satupun dari mereka yang berani buka suara.

"Kami sedang menuju lantai atas. H. Mallon, apakah target sudah bisa terlihat?"

"Belum, dia belum menyibak tirainya."

Jimin menajamkan pendengarannya ketika suara percakapan terdengar di telinganya. Sudah hampir di puncak, semua orang harus bersiap untuk segala resiko penyerangan secara tiba-tiba.

"Kami akan segera masuk, semua bersiap."

Pandangan mereka menajam ketika terdengar suara langkah kaki yang berat sedikit terseok. Dibalik mobil, muncul seorang pria dengan seragam kantor biasa berlajan menghampiri Jimin dan Jungkook. Tak ada yang mencurigakan, pria-yang sepertinya belum setengah baya-itu berhenti di hadapan Jungkook.

Jungkook memiringkan kepalanya, matanya menyipit. "Ada yang bisa saya bantu, pak?" Tanyanya kemudian.

"Maaf mengganggu, tapi saya memerlukan bantuan anda." Pria itu terlihat memijit bahunya.

"Ya?"

"Saya minta bantuan untuk mengakut kardus-kardus berisi kertas itu ke dalam mobil saya jika anda berkenan. Bahu kiri saya sepertinya kambuh."

Jungkook pikir mungkin itu tak akan memakan waktu lama, jadi ia segera mengangguk dan mengikuti pria itu dari belakang.

Jimin melihatnya, Jungkook menjauh dari pandangannya. Pria itu walau terlihat seperti karyawan normal biasa, tetap terlihat mencurigakan. Pasalnya, hanya pria itu yang berkeliaran di basement saat ada orang penting yang mengunjungi kantornya. Bagaimanapun juga, Jimin tak merasa aman saat melihatnya.

"Bravo, tolong gantikan posisiku sebentar."

Setelah mendapat jawaban di telinganya dan seorang dari pangkat Bravo tiba di posisi Jimin, buru-buru ia mengekori Jungkook dari kejauhan. Pria itu membawa Jungkook semakin jauh. Bahkan tak akan terlihat dari pintu masuk.

Pria itu berhenti, begitu pula Jungkook. Jimin tak dapat mendengar dengan pasti apa yang Jungkook bicarakan, namun dilihat dari gurat wajahnya ia pasti bingung. Kalau dilihat dari sekitarnya, tak ada sama sekali boks berisi kertas-kertas berkas yang harus di akut. Dan pria yang meminta pertolongannya tadi juga diam tanpa kata. Jimin masih melihatnya dari jauh, sedikit menghalangi tubuhnya di balik mobil yang terparkir.

GWTN I; Bonds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang