03; Consequence

363 41 0
                                    

Jimin masuk ke area Gewetensvol, ia perlu berjalan agak jauh untuk mecapai ruangannya. Inilah kenapa ia lebih suka tidur di asrama Gewetensvol daripada harus ke apartemennya yang bisa dibilang agak jauh. Namun, hari ini ia harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan bahu kirinya yang masih tertancap benang, luka peluru tak main-main.

Langkahnya terhenti ketika ia berada di ujung koridor, dimana ruangannya berada di lorong sebelah kirinya. Ia melihat Flows sedang menempelkan ponselnya di telinga. Ia heran kenapa orang itu bisa seenaknya melepon di waktu rawan seperti ini dan membuka peluang terlacaknya Gewetensvol yang tak pernah dimasuki orang kecuali anggotanya.

"Tidak seperti itu Marc... Aku sudah menolak setengah mati dokumennya."


XXX


"Marc, tempat ini aneh..."

Seunji memutar tubuhnya dan membiarkan punggungnya bersandar pada pilar besar. Proses adaptasinya sangat sulit sehingga ia menelpon rekannya di Paris, sekaligus sahabatnya.

"Kau tahu ini bukan soal mengungkit luka lama atau aku yang menghindar, tap-"

"Tidak Janele, aku tahu kau menghindari itu."

Janele, nama panggilan yang diberi Marc sendiri pada Seunji. Katanya, Seunji adalah sumber kebahagiaannya sejak ia mengenal dia 3 tahun lalu. Saat ia berusia 16 tahun. Berlanjut hingga Janele adalah nama panggilan kesehariannya di Paris.

Seunji menghela napas. Ia tahu ini sangat berat untuknya tetapi ini adalah jalan terbaik untuknya saat keberadaannya kini terancam di Paris.

"Dengar Janele, Seoul adalah tempat Gewetensvol teraman dan penjagaan tererat supaya kau selamat. Aku akan menyelesaikan masalah ini segera supaya kau bisa kembali lagi ke Paris."

"Berapa lama? Bulan atau tahun? Mereka bahkan tidak bisa menjamin bahwa aku akan kembali lagi ke Paris. Oh tuhan lihatlah, aku terjebak di kota kecil bernama Seoul, lagi."

"Tak akan lama janele. Perlawananmu terhadap kepala bagian akan kulanjutkan, agar kita bersama lagi."

"Marc-"

"Seoul tidak sekecil yang kau pikirkan."

Tubuhnya seketika menegang, Seunji dengan cepat memutus sambungan teleponnya. Ia berbalik, membungkuk untuk memberi hormat. Dilihatnya mata sipit atasannya—yang rumornya akan menjadi rekan kerjanya selama di seoul dan tentunya setelah mendapat pelatihan—menatapnya datar, terlihat tidak senang dan mengintimidasi. Masalah telepon? Seunji tahu dirinya akan begitu bodoh jika berhubungan dengan adaptasi sosialnya, menelpon Marc tanpa peduli apa akibatnya.

Anggota Gewetensvol tentunya dilarang memakai ponsel di jam tertentu. Walaupun mereka sudah difasilitasi ponsel yang dimodifikasi tak bisa terlacak oleh teknologi apapun, namun tetap saja mereka tak diperbolehkan memakainya sembarangan seperti untuk urusan pribadi. Itu sebabnya orang-orang di Gewetensvol hampir seluruhnya memiliki 2 ponsel.

Bodohnya, Seunji menelpon dengan ponsel pemberian Gewetensvol dan posisinya tepat di ujung lorong tempat dimana pintu-pintu ruangan jabatan Alpha—termasuk dirinya—berada. Mati saja.

GWTN I; Bonds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang