Jimin membuka mata dengan nyeri di sekujur tubuhnya. Menggerakkan tangannya gelisah, meraba apa yang ia pegang saat ini. Penglihatannya tampak kabur, telinganya berdenging hebat, ia hampir-hampir berpikir bahwa saat ini ia sedang berhadapan dengan dunia lain. Tapi tatkala seseorang meneriaki namanya serta merta mengguncang bahunya, ia tahu ia belum mati. Ia mencoba menenangkan dirinya, kembali menutup mata dan menarik napas dengan kesulitan.
Ketika ia membuka matanya kembali, obsidiannya mulai menyesuaikan sekitar. Penglihatannya perlahan mulai kembali, indra rabanya kini mulai mengenali apa yang dipegangnya. Ketika ia mengerjap dengan berat, pada akhirnya penglihatannya kembali sepenuhnya.
“Jimin-ah! Kau merasakan sakit? Kau dapat mendengarku ‘kan?” Kesadarannya disambut oleh celotehan Hoseok yang terlihat sangat cemas, Hoseok terus-terusan berucap syukur karena Jimin sudah siuman. Disana juga ada Namjoon, diam memantung dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, seperti ada sesuatu yang ia pendam saat ini. “Astaga, aku panik setengah mati menyetir ke Jeolla bersama Namjoon tapi kau sudah pergi ke tempat lain, jadi aku panik dua kali karenamu. Tapi kepanikanku terbayar karena kau siuman dengan cepat.”
“Tae—hyung…”
Hoseok mengangkat alis saat samar ia mendengar Jimin bergumam. Ia pun mendekat untuk mendengarnya lebih jelas.
“K—im—Tae—hyung.”
Hoseok mendadak merenung. Energi positif yang sejak tadi menguar dari dirinya hilang begitu saja. Dirinya memaksakan senyum kaku walau sangat canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia melirik Namjoon meminta bantuan mengutarakan pikirannya.
Namjoon menunduk melirik ujung sepatunya. Untuk kali ini ia merasa ciut padahal hanya mengatakan sederet kalimat saja. “Kim Taehyung, dia...” Belum sempat Namjoon selesai berbicara, dirinya diinterupsi oleh Jimin yang tiba-tiba memaksakan dirinya untuk bangkit.
Jimin sadar sepenuhnya sekarang. Ia bertemu dengan rumah sakit lagi, dengan mengenakan pakaian bodoh pasien lagi, ia tak suka berada disini. Ia baru menyadarinya sekarang, banyak kain kasa yang menempel ditubuhnya, tetapi yang paling menganggu berada di lehernya. Belum lagi Taehyung, Taehyung, Taehyung. Dipikirannya hanya ada orang menjengkelkan yang entah kenapa bisa menjadi temannya selama bertahun-tahun hingga sekarang. Bagaimana dia? Dimana sekarang dia? Apa dia… benar meninggalkannya? Seumur hidupnya ia takkan pernah memaafkan Yoongi jika Taehyung benar-benar mati. Walau tubuhnya nyeri tak tertoleransi, ia turun dari ranjangnya yang membuat panik kedua sejoli yang berada diruangan itu.
Jimin berhasil turun, begitu pula dengan tubuhnya yang langsung terhuyung. Kaki kanannya terasa berat, sakit yang luar biasa juga langsung didapatnya sehingga kakinya tak dapat menopang tubuhnya dengan baik, tubuhnya dengan serta merta ambruk ke lantai. Jika saja tak segera ditangkap Hoseok, dagu Jimin tak mendarat dibahunya melainkan di lantai. Lagi, seluruh tubuhnya merasa sakit dan perih secara bersamaan.
“Hei, kau gila ya? Kau akan semakin kesakitan jika memaksakan begitu!” Kata Hoseok. Tapi Hoseok kembali dibuat terkejut ketika merasakan bahu Jimin bergetar, begitupun dengan bahunya yang terasa basah. “J—Jimin?” ucapnya pada akhirnya kembali terlihat cemas.
“Taehyung…Kim Taehyung…”
Ia tercenung ketika mendengar suara rintihan ditelinganya, seketika membuatnya merasa iba. Tak pernah ia melihat Jimin seperti ini sebelumnya, karena Jimin hanya terlihat jahat dan garang serta tengil saat mabuk. Kali ini, ia menangis, benar-benar menangis.
Hoseok kembali mengerutkan kening khawatir, ia mendongak menatap Namjoon yang berjongkok disampingnya. Namjoon hanya menggeleng ragu, karena memang situasinya tak memungkinkan untuk mengantar Jimin pada Taehyung sekarang. “Jimin, maaf…kami tak bisa mengantarmu,” kata Namjoon dengan hati-hati. “Tapi, aku akan menunjukan sesuatu padamu.”
![](https://img.wattpad.com/cover/123555241-288-k354302.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GWTN I; Bonds ✔
FanficBegini, Jimin tak pernah menganggap Yoongi selama hampir sepuluh tahun. Tak peduli dengan eksistensinya yang mulai hilang dari Gewetensvol hingga kasusnya dilebur. Hanya saja saat Yoongi mengancam kehadiran detektif dengan kode panggilan A3 010 J. R...