15; Pain

211 25 2
                                    

Hari-hari dimana Jimin masih berada di bawah pengawasan dokter begitu membosankan. Ia merasa bosan setengah mati ketika harus menghabiskan tiga minggunya di dalam kamar rawat yang luas ini bersama Taehyung atau Seunji yang biasa menemaninya bergantian. Jungkook juga suka datang berkunjung setelah masa trauma kecilnya dilewati dengan mudah, ia juga terlihat lebih berenergi lagi.

Setelah kejadian di basement, semua pelaku diamankan dan diselidiki. Berdasarkan data yang di dapat dari markas, mereka menahan lima orang. Semua wajahnya terlihat tidak asing dan tak tahu menahu apa yang mereka lalukan. Setelah di wawancara lebih lanjut, salah satu dari mereka mengaku mengikuti perintah seseorang yang nantinya mereka akan mendapatkan yang mereka inginkan kelak. Tak mengetahui identitas orang tersebut, mereka hanya bertemu dengan anak buahnya yang membawa koper berisi keinginan mereka.

Disisi lain, Seunji mulai sibuk menggantikan posisi Jimin untuk sementara, maka Jimin bisa beristirahat dengan tenang selama masa penyembuhannya. Selama tiga minggu ini, Seunji selalu menyempatkan diri mengunjunginya barang lima menit.

"Baguslah melihatmu mulai beradu mulut dengan Taehyung seonbaenim lagi, itu tandanya kesembuhanmu mulai datang." Seunji mengetuk-ngetukkan sepatunya. "Jujur saja ternyata banyak pekerjaanmu yang harus kujalani dengan tubuh ringkih ini, aw." Seunji memeluk tubuhnya dan berpura-pura merasa sangat kesusahan dan letih. Sejak tiga minggu terakhir, kecanggungan diantaranya memudar dan berganti dengan suasana akrab. Seunji yang sudah tahu kalau Jimin benci bahkan kemusuhan dengan makanan rumah sakit, begitu juga dengan Jimin yang sudah tahu kalau gadis di hadapannya memaksa maka tak ada jalan lain selain mengikutinya.

Jimin mengusap keningnya dan menghembuskan napas berat. Ia mengulum bibirnya sembari menyeletuk dan menatap plafon rumah sakit dengan nyalang. "Aku juga tak meminta untuk sakit. Kalau bisa, sekarang aku akan lakukan seluruh pekerjaanku."

"Dalam mimpimu!"

Saat itu, Seunji menarik selimut hingga menutup dada Jimin dan memaksanya untuk tidur. Ia bahkan mematikan lampu sebelum pergi keluar kamar.

Hingga selang satu bulan, Jimin merasa dirinya baik-baik saja dan kembali ke markas Gewetensvol. Ia melaksanakan tugas seperti biasanya. Betukar sapa dengan karyawan atau detektif lain.

Namun, Namjoon menyuruhnya untuk tetap berada di dalam ruangan dan meminimalisir aktivitas lapangan untuk sementara. Namjoon akan membatasinya sampai surat pernyataan dokter bahwa Jimin boleh beraktivitas lebih mendarat ke meja kerjanya.

Inilah sebab mengapa sekarang Jimin tengah duduk nyaman di sofa sembari memandang keluar kaca besar yang mengarah pada area lapangan rumput. Semua pekerjaannya telah dibabat habis oleh Seunji dan ia hanya perlu merevisi beberapa bagian. Untuk misi lapangan, ia masih terikat pada kasus Yoongi, dengan itu, ia tak bisa memegang kasus lain.

Seketika Jimin merasa bahunya nyeri tak tertahan, keningnya berkerut dalam ketika lengan kirinya mulai mati rasa. Nyerinya sudah ia alami sejak sebulan terakhir, jika saja obat tak segera ia telan maka rasa nyeri ini akan terus berlangsung.

Pintu terbuka ketika Seunji masuk membawa segelas air serta wadah kecil berisi pil dan kapsul yang siap ditelan. Gadis itu meletakkannya pada meja kopi di hadapan Jimin, ikut duduk disisi lain sofa. Dilihatnya pria itu menelan pil dengan sedikit terburu-buru dengan bantuan air mineral. Lelaki itu terpejam dan menghembuskan napas ketika ia merasa sedikit tenang dan hanya tinggal menunggu obatnya untuk bereaksi dan memudarkan nyeri di bahunya.

"Apakah aku datang terlalu lama, seonbaenim?"

Jimin membuka matanya, suara lembut gadis itu tersirat sedikit rasa bersalah serta kecemasan. Ia mengusap bahunya, "Tidak, kau datang tepat waktu," Ia tersenyum singkat lalu melanjutkan, "Terimakasih sudah membantu dalam masa pemulihanku."

GWTN I; Bonds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang