Ia tak berusaha untuk menggali masa lalu. Jika iya, sama saja ia menggali makanan yang sudah membusuk. Namun, begitu ia memijakkan kakinya di pelantaran rumah yang catnya sudah kusam, ia sudah merasa memegang sekop dan siap untuk menggali makanan busuk tersebut.
Setelah tiga jam penuh melakukan perjalanan untuk sampai pada tujuannya di Jeolla Utara, hari mulai gelap. Ia memberi instruksi pada pasukan inti empat orang untuk menunggu diluar sementara, ia akan memberi instruksi berikutnya lewat earpiece. Tak ada alasan khusus, kemungkinan Yoongi menyandera gadis itu disini yaitu 50:50, dilihat dari halaman rumah yang banyak dedaunan berserakan yang tak tersentuh, kemungkinan mereka tak ada disana jadi naik perlahan.
Jimin melangkah dengan tenang. Boots yang dikenakannya khusus untuk bertugas sehingga tak menimbulkan bunyi yang berarti. Sampailah ia pada depan pintu kayu rumah tersebut, terlihat usang dan tua. Ia meraih kenop pintu dan sesusai perkiraannya, kuncinya rusak dan pintunya berderik terbuka dengan lebar.
Yang membuatnya tercenung kali ini, ia tak merasakan adanya tanda kehidupan. Dilihat dari penglihatannya pun tak ada jebakan sekecil apapun. Rumah ini benar-benar... Sepi.
Ketika ia masuk lebih dalam, hanya merasa sekopnya patah, hingga ia harus menggali tanah dengan tangannya hingga terluka. Suasananya masih sama sejak ia tinggalkan 11 tahun lalu. Masih ada beberapa barang yang tertinggal, seperti bingkai foto yang menunjukan seorang wanita yang tersenyum lembut. Kacanya retak serta foto yang menguning membuatnya terlihat miris.
Jimin menggeleng kuat, mengembalikan kesadarannya yang sempat melayang. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mengecek seluruh ruangan, memastikan presensi Yoongi. Ia menyisir seluruh ruangan, menahan sekuat tenaga nostlagia masa menuju remajanya yang kelam.
"Rumah ini kosong, sampaikan pada yang lain" selesai melapor, ia turun dari tangga dengan tenang.
"Kami juga mendapat informasi, laboratorium tidak dihuni siapapun. Sepertinya Yoongi sudah kembali berpindah tempat ketika kita dalam perjalanan."
Ia terpaku ketika sampai di pintu dapur. Rumah ini tak pernah disentuh lagi sejak kejadian itu. Mejanya masih rusak, tergores sana-sini, lantanya juga, ada retakan yang cukup telihat dalam jarak 5 meter. Dan juga, ada bercak cokelat disekitarnya.
"Darah... Ibu."
XXX
"Apa racun itu akan bekerja lebih lama lagi?"
Seseorang berbicara, aku hanya bisa mendengar.
"Sudah beberapa jam, seharusnya sebentar lagi."
"Sayang sekali, padahal aku masih ingin menyiksanya tanpa teriakan darinya."
Oh, sialan. Apa orang itu berharap aku kesakitan? A-aku juga tak bisa menggerakkan kedua tangan dan kakiku. Heh, tunggu dulu.
"Kalaupun dia sadar, tak akan menjadi bencana bagimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GWTN I; Bonds ✔
FanficBegini, Jimin tak pernah menganggap Yoongi selama hampir sepuluh tahun. Tak peduli dengan eksistensinya yang mulai hilang dari Gewetensvol hingga kasusnya dilebur. Hanya saja saat Yoongi mengancam kehadiran detektif dengan kode panggilan A3 010 J. R...