17; library

169 24 0
                                        

Keringat dingin mengalir bak biji jagung di pelipisnya, tangannya memasukkan pil dan kapsul ke dalam mulutnya dengan tergesa. Ia mengambil botol minum dan meneguknya dengan tak sabaran. Setelah itu kepalanya bersandar pada setir mobil, terdiam, menunggu pengaruh obat sepenuhnya. Setelah dirasanya sakit sudah sedikit mereda, ia mengusap bahu kirinya. Ia begumam lirih, "Kali ini kau berhasil membuatku cacat dan menderita." Sebelum akhirnya ia turun dari mobil.

Jimin membawa tungkainya melewati orang yang berlalu lalang di trotoar hingga kakinya menginjak bagian depan gedung. Perpustakaan yang cukup untuk dibilang berumur. Tembok yang kusam bahkan dibiarkan begitu saja, pintu kayu yang bagian ujungnya sudah retak masih di pakai. Pintu itu terbuka lebar dan banyak orang keluar masuk, yang ia perhatikan sedari tadi tak ada remaja masuk ke dalam perpustakaan tua ini.

Ia masuk dan langsung di sambut bau buku-buku usang yang tersusun di rak-rak tinggi yang berjejer rapi di depannya. Dirinya hanya merasa terkagum, walau sudah telihat tua dan usang perpustakaan ini butuh waktu lama untuk mendapatkan suasana lawas yang melekat. Sepertinya pemiliknya tidak berniat untuk merenovasinya hingga ia lebih memilih untuk meninggalkan suasana vintage pada gedungnya.

Tak mau membuang waktu, Jimin langsung menelisik setiap rak untuk menemukan buku yang akan ia pinjam-yang sebenarnya ia meminjamkan Namjoon. Butuh waktu cukup lama sampai ia membawa lima biku di pangkuannya, ia membawanya ke meja resepsionis untuk diberi tanda terlebih dahulu. Tak ia sangka, disana ada antrian yang cukup panjang. Mau tak mau, ia harus menunggu.

"Penggemar buku-buku mystery?"

Seseorang berceletuk di balik meja resepsionis. Pustakawan ini terlihat sibuk dengan rekapan di hadapannya. Namun sepertinya atensinya tertarik dengan buku yang dibawa Jimin. Tentunya Jimin dengan cepat memberi ngelengan. "Tidak, ini untuk temanku."

Pustakawan wanita itu mengangguk. "Temanmu suka tulisan berbobot. Tapi ia mempunyai selera yang bagus."

Jimin mengangkat bahu. "Memang. Ia bahkan mengerti kata-kata tersembunyi yang ada di balik kalimat pendek."

Pustakawan itu tersenyum kecil lalu melanjutkan pekerjaannya. Ia menyeletuk, "Daya peka tinggi. Dia pasti tidak kesulitan saat memecahkan sebuah kode."

Jimin seketika tercenung. Sesuatu yang mengganjal muncul di dalam pikirannya. Pikirannya kembali ke beberapa hari lalu saat sebuah pesan muncul dengan disandingi kode panggilannya. The past : Adjective, bisa saja judul sebuah buku. Jadi, saat antrian mulai maju, ia membiarkan orang di belakangnya untuk maju lebih dulu sembari meletakkan buku-buku yang dipegangnya di atas meja resepsionis. Ia bertanya, "Maaf, apakah disini ada buku yang berjudul The Past : Adjectives?"

Dilihat dari reaksi yabg di berikan pustakawan, Jimin menyimpulkan bahwa ia berbicara omong kosong. Pustakawan wanita itu menaruh penanya, terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng kecil. "Jika kau mencarinya di perpustakaan kami, kami tidak memilikinya," lalu ia tersenyum simpul. "Kalau kau membutuhkannya, kami bisa mencarikannya untukmu."

Jimin menggeleng dengan cepat. Ia jadi merasa segan akan keramahan pustakawan yang satu ini. "Tidak perlu, hanya sekadar bertanya." Ia melihat wanita itu mengangguk kecil dan kembali berkutat dengan catatannya.

"Saya baru dengar judul buku seperti itu," Lelaki itu tercenung dikala pustakawan itu kembali berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya. "Tapi jika judul buku itu disatukan, the past dalam adjektif artinya Jinan(지난). Mungkin Jinan adalah nama lain dari buku itu?"

Jimin seketika mengambil buku-bukunya. "Baiklah, terimakasih atas informasinya." Ia melesat ke sisi meja resepsionis lainnya untuk peminjaman buku. Setelah itu, ia dengan tergesa keluar dan memasuki mobilnya.

GWTN I; Bonds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang