"Gimana, girls?"
Dua teman kost-ku, Binda dan Tisa, memandangku dengan serius."Bagus. Top. Kalau gak ada reaksi, berarti si Rakean itu buta!" Tisa mengacungkan dua jempolnya. Sejujurnya, aku gak terlalu percaya diri sih dengan tampilanku.
"Ini gak lo banget sih sebenernya..." Binda mengernyitkan wajahnya, "Cantik sih. Tapi bukan lo banget..."
Glory keluar misuh-misuh menyusulku dari dalam kamar. Dialah yang bertugas mendandani aku untuk malam ini, dan dari tadi dia puas banget melihat perubahan penampilanku. "Ah, kau ini Bin. Sudah jelas Madda cakep banget aku dandanin no-make-up-make-up gini! Kurang kece apa? Kau meragukan aku..."
Sementara Glory dan Binda berdebat, aku buru-buru balik kamar dan memandang bayanganku di cermin. Insecure.
Sebagai perempuan usia 25 tahun, aku seriiiiing banget dikira anak SMA. Dan, berlawanan dengan apa yang dikira orang, sebetulnya ada juga kerugiannya keliatan selalu muda.
Yang paling sering adalah diminta KTP saat nonton film dewasa atau nonton pameran, atau dikira anak magang SMK di kantor. Selain tinggi badanku yang cuma 158 cm, tubuhku yang kategorinya tipis rata dimana-mana (alias gak ada curve nya sama sekali!), aku juga diberkati dengan rambut berantakan yang sulit dijinakkan. Persis lah kayak anak sekolahan baru selesai bimbel. Tinggal ditambah bau matahari, sudah cocok aku jadi objek razia siswa-bolos-main-game-di-warnet.Hari ini, aku berniat banget untuk tampil lebih cantik dan classy. Jadi aku memakai dress hitam selutut dan heels, plus minta tolong anggota kost paling hits dalam dunia kecantikan (yap that's Glo!) untuk memoles wajahku. Hasilnya...well, not bad at all. Dengan lipstik merah dan sedikit maskara, aku kelihatan anggun tapi gak too much kayak mau kondangan juga. Pokoknya yang cocok untuk kencan.
Eh aku bilang kencan ya.
Aku berharap sih ini kencan. Tapi bukan. Ini adalah makan malam "normal" dengan sahabatku, Ken. Sekali atau dua kali sebulan, Ken biasanya ajak aku dinner berdua. Lebih kayak hang-out aja sih. Tapi kami udah gak ketemu hampir dua bulan gara-gara tugas liputan luar kotaku dan karena dia ada pelatihan di luar negeri, sooo... I miss him like crazy.Dan, aku juga berniat mengungkapkan perasaanku padanya. Yang sudah kupendam beberapa waktu terakhir...kira-kira 10 tahun belakangan deh.
Aku memutuskan kalau penampilanku sudah oke banget, lengkap pula dengan messy bun yang menyamarkan rambut separo ikal-separo lurusku. Jadi aku mengambil tas dan keluar kamar lagi.
Binda dan Glory masih heboh berdebat. Tapi sekarang mereka sudah bahas topik lain, menenggelamkan suaraku berpamitan.
"Kabarin gue yes," Tisa melambaikan tangan.
"Sip!"
"Goodluck confessing your love!" tambahnya.
Yesss. I need all the luck in the world!***
Bukannya aku gak pernah mencoba mengungkapkan rasa pada Ken. I did! All the time. Tapi ya gitu. Pertama kali aku bilang, "I love you"...dia membalas dengan, "I love you tooo!!"--lalu mengacak rambutku dan meneruskan main PS. Padahal aku bayangin dia bakal menjawab, lalu memelukku erat dan...
Yah gitu deh.Tahu kalau perasaanku mungkin gak berbalas, aku juga sudah mencoba banyak cara untuk meredam rasa. Aku menyibukkan diri, gak balas chat atau terima telpon, mencoba biasa-biasa aja. Tapi tiba-tiba dia muncul di depan kelas, di kampus, di kantor, lalu peluk aku dan bilang, "Kangen banget!!".
Gimana coba?Malam ini, setelah pemikiran panjang dan perencanaan matang (termasuk beli dress cantik dan pinjam heels dari salah satu teman kantor) aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku sedetail-detailnya. Aku bahkan sudah niat untuk membuat dia diam sampai aku selesai bicara. Ini adalah kesempatan emas mengingat (akhirnya) dia single juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
RomanceFriendzoned kelamaan oleh tetangga masa kecilnya, Ken, sejak mulai remaja sampai jadi pekerja, akhirnya Madda memutuskan untuk move on dan punya pacar betulan. Gebetan terbaru Madda, seperti yang banyak orang impikan: koki yang ganteng, baik, dan ro...