Aku masih ngawang-ngawang saat kembali ke kantor sore itu. Pengennya langsung balik kost dan browsing gila-gilaan soal Sam Tarendra yang baru saja mengajakku makan siang PALING EPIC seumur hidup...tapi tasku masih di locker. Dan aku belum tap-out absen. Sooo...
"Madda, ada tamu..." tiba-tiba sekred memanggilku saat aku melintasi mejanya.
"Tamu? Siapa? Dimana?"
"Di waiting room. Kayaknya temen lo sih... Udah lumayan lama, tadi dia bilang mau tunggu..."
"Oks!"Aku memutar langkahku ke ruang tunggu. Dan menemukan Ken sedang baca koran. Jantungku mendadak berhenti berdetak.
"Hai," ia tampak kaget, tapi tersenyum melihatku.
Aku lebih kaget lagi. Aku gak siap menemui Ken sejak...hari itu. Aku bahkan gak membalas semua chat dan angkat telponnya. Jadi melihat dia saat ini, di kantorku, dengan senyumannya, rasanya kayak ice-bucket challenge."Surprise!! Aku mau ajak kamu makan malam! Gimana presentasi hari ini? Lancar?"
Aku mesti bilang gak sih kalau aku sekarang sudah jadi produser junior dan dapat program dengan host cowok paling cute dan sweet yang pernah kukenal?"All good." Aku mengacungkan dua jempol dengan awkward.
"Yuk pulang," ajaknya sambil rapi-rapi koran. Aku memandangi Ken, dengan setelan rapi di tubuh atletisnya, rambutnya yang mulai lebih gondrong di beberapa sisi, dan ekspresi kalem yang selalu kukagumi. Hari ini dia memakai kacamatanya yang berbingkai tebal dan mengundang ingatanku tentang masa SMA kami. Hatiku meleleh sedikit tanpa kusadari. Ah damn.
"Tunggu ya. 15 menit."
Kata-kata yang jarang banget kulontarkan pada lelaki yang kuidam-idamkan sejak jaman puber.
Aku buru-buru kabur dari sana, berlari ke newsroom."Tis, ada Ken!" Aku memekik setengah berlari ke meja kerja Tisa, yang memang sekantor denganku. Dia adalah editor news, baru menyelesaikan shiftnya di bulletin jam 17, lagi nongkrong depan komputer sambil makan popmie dan nonton drakor.
"Whaaat??? Ken? Disini?"
"Iyaaa! Gue mesti gimana?"
"Ngapain dia?"
"Ngajak gue makan! Dia kayak gak ada apa-apa aja gitu, surprise katanya. Ah sial, gue mesti ngapain nih..."Beberapa menit kami cuma duduk sambil mikir. Kusadari semua kemarahanku pada Ken seminggu belakangan menguap begitu saja. Dan sejujurnya aku agak kesal pada diri sendiri karena reaksi awalku melihat Ken bukannya judes tapi excited dan malah lemes.
"Lo tau, gue abis makan siang ama talent gue di program baru..." aku memberitahu Tisa, "Dan dia kece banget Tis. Dan dia baik banget juga. Gue ngrasa ge-er parah saat gue nyampe kantor. Gue niat banget pengen fan-girling dia, stalkingin dia sesorean. Tapi trus sekarang si Ken muncul, cuma 3 menit doang liat dia mendadak gue lupa semuanya..."
Tisa memandangku iba sambil mengusap-usap bahuku. "Pergilah dulu sana sama Ken. Gue yakin dia pasti mau ngobrol sesuatu sama lo. Mungkin bisa bikin lo ngrasa lebih baik kalau lo hadapi aja dulu. Toh terakhir kali kalian ketemu, dia gak sempat jawab apa-apa kan? Hit and run?"
True. Aku cuma marah-marah sembari mewek dan kabur lalu menghilang. Ya sih.
***
Jadilah, 15 menit kemudian, aku dan Ken, mendadak canggung, duduk di mobilnya.
"Mau ke mana kita? Aku gak bisa pulang malem-malem..."
...karena aku masih ngerasa punya hutang untuk googling tentang Sam. Selain kepo juga karena aku kan mesti riset buat kerjaan."Sejak kapan?" Ia bertanya bingung.
Pertanyaan yang tepat. Dari dulu aku gak pernah minta dipulangin cepet sih. Menjelang UAN SMA dulu aja kita pernah sneak out nonton Maliq n D'Essentials di bazaar sekolah tetangga."Aku mau nyiapin kerjaanku minggu depan..."
Gak bohong. Dan sedikit jutek. Ken cuma mengangguk."I'm thinking...Oey? Trus kita bisa nonton atau main bowling di mana gitu..." akhirnya Ken menjawab.
"Aku gak lapar..." Jujur nih. Aku makan BANYAK BANGET siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
RomanceFriendzoned kelamaan oleh tetangga masa kecilnya, Ken, sejak mulai remaja sampai jadi pekerja, akhirnya Madda memutuskan untuk move on dan punya pacar betulan. Gebetan terbaru Madda, seperti yang banyak orang impikan: koki yang ganteng, baik, dan ro...