Aku masih gak percaya, aku ada di pesawat untuk pergi ke Bali dan ketemu sama orangtuanya Sam! Gila banget sih nih rasanya. Tapi seru. Tapi gila sih.
Aku melirik ke Sam yang terlihat kalem dan santai, membaca majalah pesawat, minum, dengar musik dari headphone...
Oke, walau kedengarannya norak...tapi INI PERTAMA KALINYA AKU NAIK KELAS BISNIS DI PESAWAT! Tadi kami dapat kursi ekonomi tapi entah gimana di upgrade.
Jadilah, sejak take-off, aku heboh sendiri over-excited geser-geser kursi yang bisa recline jauh. Pesan makanan, minuman, bantal, nonton film ganti-ganti, dengar lagu ganti-ganti... Sampai akhirnya ada pengumuman kalau kita hampir sampai di tujuan.
Bali. Rumahnya Sam.
Belum sempat tegang mau ketemu sama orangtuanya dia, kami sudah dijemput dan melaju ke arah Ubud, hampir dua jam dari bandara. Rumahnya Sam.
"Orangtuaku punya penginapan di Ubud sejak lima tahun lalu. Ada bisnis lain juga. Ayahku lagi gak dirumah. Doesn't matter, yang penting kamu ketemu ibuku...", Sam berkata saat kami beli tiket.
Kami masuk halaman berbatu kira-kira jam 23 waktu Bali. Bertamu malam-malam gini, kalau ibuku sih...mau calon mantu atau bukan, gak bakalan dibukain pintu deh. Pintu sudah terbuka saat kami tiba di teras. Mamanya Sam yang ternyata mirip Elsa di film Frozen menyambut kami di depan rumah.
"Finally!!! Hello! I'm Mama Brie!" Ia menarikku ke pelukannya akrab. Mirip anaknya, ia juga ramah, suka ngobrol, ceris dan sangat hangat.
Rumah Sam di sini adalah versi "Bali"nya rumah di Jakarta. Dengan bangunan lebih modern, tapi bernuansa sama: sedikit oldies, ultra homy dan punya kebun. Mama Brie menempatkan aku di kamar tamu di paviliun dekat kebun. Ukurannya mungil tapi kayak muncul dari katalog Ikea.
"Kita ngobrol-ngobrol lagi besok ya!" Mama Brie mengusap kepalaku sambil tersenyum manis setelah bantu aku nunjukin ini itu di kamar.
"Kalau butuh sesuatu chat ya," tambah Sam.
Keduanya berlalu, jalan ke rumah utama sambil berangkulan. My heart warms instantly.
Aku segera unpacking barang-barangku yang memang cuma sedikit lalu mandi. Setelah sendirian baru deh kerasa capeknya. Gak pakai lama, aku merayap ke balik selimut di atas ranjang empuk dan memejamkan mata.
***
Aku bangun dan mendapati baki isi sarapan di meja samping tempat tidur. Dari notes yang ditinggal, kutahu kalau Sam dan Mama Brie lagi belanja ke pasar. Aku santai-santai sarapan, lalu mandi, dan saat terdengar suara ribut di rumah utama, barulah aku keluar kamar.
"Haloooo..." Mama Brie menyapa, masih pakai helm kuning stabillo, saat aku melangkah ke sink untuk cuci piring bekas sarapan. Dia sedang bongkar belanjaan di depan kulkas.
"Belanja apa Mama Brie?" Tanyaku sambil mencuci.
"Banyak... Harus pergi pagi kalau mau beli ikan soalnya. Nanti malam aku ada dinner party tapi sedikit kok orangnya..."
"Mama kalau aku pulang kerjaannya nyuruh aku masak banyak-banyak..." sambung Sam, mendadak muncul, juga menjinjing banyak kantong besar.
"I love to brag how good his cooking is, so he has to prove it!" Mama Brie mengangkat bahu dengan wajah sok innocent.
Sam menarikku ke ruang tengah, "Gak papa ya siang ini kita di rumah aja? Aku mau masak untuk nanti malam, buat reading clubnya Mama. Tapi sore nanti kita bisa ke beach club dan dinner di luar..."
"Pakai motor sama Mama aja yuk, Maddy, jalan-jalan keliling Ubud. Museum, monkey forest, pasar..." tau-tau Mama Brie muncul dari dapur.
"Mama! Dia kan mau temenin aku...", protes Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
RomanceFriendzoned kelamaan oleh tetangga masa kecilnya, Ken, sejak mulai remaja sampai jadi pekerja, akhirnya Madda memutuskan untuk move on dan punya pacar betulan. Gebetan terbaru Madda, seperti yang banyak orang impikan: koki yang ganteng, baik, dan ro...