Di hari Minggu siang, mendadak ada undangan makan bareng sekeluarga di rumah sebelah. Rumahnya Ken.
Ken tinggal TEPAT di sebelah rumahku. Faktor utama yang bikin gagal move on banget sejak jaman abege. Ibunya Ken adalah tumpangan ke sekolah, yang lalu diwariskan pada Ken saat ia punya SIM. Mereka selalu melibatkan aku di semua event, mulai ulangtahun, lebaran hingga liburan keluarga. Apalagi sekolah (kecuali SMP) kami bareng terus. Komplit lah.
Ibu-nya Ken kupanggil Ibu, ayahnya Ken pun kupanggil Ayah...bahkan di dalam hati, mereka adalah orangtuaku juga. Gak jarang Ibu atau Mami bergantian mengambil raport kami kala yang lain berhalangan.
Singkatnya sih, segitu deketnya lho.
"Bangun woi. Aku mau ke rumah nanti siang!" aku menelpon Ken sembari sikat gigi.
"Hmmm...", hanya dijawab gumaman dari ujung telepon. Aku tau pasti Ken masih di kasurnya, dengan mata terpejam dan rambut berantakan.
"Dadah!"
"Yooo..."Keluarga Ken punya pengumuman penting. Kutebak, isinya akan terkait dengan pertunangan atau rencana pernikahan. Well. Aku juga punya pengumumanku sendiri untuk mereka. Sam.
***
Sam menarik nafas dalam-dalam dan memandangku gugup. Jam 11 siang, kami duduk di mobil di parkiran rumahku.
"You looked nice. No worries." Aku meyakinkan. Sam rapi sekali hari ini, dengan kemeja dan cargo pants dan potongan rambut terbarunya yang lebih pendek tapi tetap messy dan..bikin dia terlihat lebih muda.
"Aku mau ketemu Mami-Papi kamu, wajar lah aku worry... I gotta impress them!"
So wrong. It's my possesive bff you gotta impress, babe.
Aku tau banget Mami Papiku sih gak perlu dibikin kagum, mereka udah bersyukur banget kali, akhirnya anak perempuannya bawa pacar.Ihihihi. Aku punya pacar. Yeay.
"Sam, seriusan, gak perlu kuatir. Mami Papi aku orangnya super santai. They'll love you instantly...", aku mencoba menenangkan. Sam menghela nafas dalam-dalam.
"Oke. Oke. Dan tetangga kamu ini, yang kamu bilang kayak saudara..."
"Oh kamu sudah ketemu sama anaknya di undangan Frans," jawabku cepat.
"Tyas?"
"Pacarnya Tyas." Gak bisa dipungkiri kalau sebetulnya aku sedikit terganggu dengan kenyataan kalau Sam ingat sama Tyas. But then again,...who doesn't?
"Okay. Let's do this."
***
Sesuai prediksi, orangtuaku gembira karena akhirnya aku punya pacar. Mereka bahkan menyambut Sam dengan sedikit lebay, tapi semuanya oke.
Tengah hari, kami berempat mengetuk pintu rumah sebelah. Dan sesuai dugaan, Ibu dan Ayah juga super excited dengan Sam.
"Akhirnya!" Ibu menepukkan kedua tangannya penuh keceriaan. Ekspresi yang jarang kutemui, soalnya beliau ini adalah perempuan paling kalem dalam hidupku.
"Madda ternyata laku juga, yee... Hampir gue konsultasi sama biro jodoh tau gak sih...", tambah Mami. Berbeda 180° sama si Ibu, mami kandungku ini tipikal makmak super rame.
Aku memandangi Sam yang lagi ngobrol seru bersama bapak-bapak di ruang tengah. Sam kelihatan lebih charming dari biasanya.
Ken lagi pergi jemput Tyas. Dan sesungguhnya aku nervous parah bayangin Ken ketemu Sam (lagi). Pertemuan terakhir, aku diinterogasi abisssss sama Ken. Saat itu emang gak ada apa-apa juga kan. Kita baru kenal, punya kerjaan bareng...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
RomanceFriendzoned kelamaan oleh tetangga masa kecilnya, Ken, sejak mulai remaja sampai jadi pekerja, akhirnya Madda memutuskan untuk move on dan punya pacar betulan. Gebetan terbaru Madda, seperti yang banyak orang impikan: koki yang ganteng, baik, dan ro...