Rainbow After The Storm

15K 2K 39
                                    

Aku menghabiskan beberapa hari pertama sejak memutuskan move on dari Ken sebagai zombie-kantor. Saking lamanya di kantor aku sampai disuruh pulang sama pemred. Padahal kantorku adalah newsroom yang hampir selalu hiruk-pikuk 24 jam. Puncaknya adalah di hari aku bersiap presentasi untuk promosi, mendadak aku dipanggil atasan langsungku.

"Good news. And i-don't-know-if-it's-good-or-bad-news!" Mas Okky berseru saat aku masuk ruangannya.

"Shoot me."
Aku duduk di kursi depan mejanya, gak punya energi buat sok-sok penasaran. Untuk hari presentasi penting aja aku ngerasa gak semangat nyisir rambut, apalagi buat tebak-tebakan.

"Good news: lo gak usah presentasi hari ini. HR sudah approved kenaikan jabatan lo untuk jadi produser. Dan gaji plus tunjangan jabatan lo akan naik per tanggal 25 besok. Tunggu telpon aja untuk tandatangan kontrak. Lo juga akan officially punya meja kerja... Jangan lupa untuk foto ID Card terbaru. Congratulations."

Hey, that's good news! "Tapi?" Katanya barusan ada yang lain?

"Tapi....", Mas Okky menyilangkan tangannya di depan dada, "Lo dipindah ke magazine. Mereka butuh produser untuk program terbaru, judulnya Simmering Sam."

"Hah?? Seriusan namanya itu?"
Nama program yang aneh.

"Selain syuting untuk season pertama, lo juga akan bantu buat untuk Youtube channel-nya. Semacam behind the scene gitu lah. Si Sam yang jadi chef sekaligus presenter program ini rupanya sangat terkenal di sosmed tapi gue juga gak tau sih... Nanti lo akan di-brief langsung sama EP si Mbak Nina. Meanwhile, we're gonna missing you here in the newsroom, semoga gak lama-lama."

Newsroom adalah tempatku kerja selama 3 tahun terakhir. Dari aku magang sampai sekarang. Normalnya sih aku mestinya sedih. Tapi aku sudah kebas gara-gara Ken jadi aku hanya mengangkat bahu, "Gak papa kali Mas. Nanti pasti juga diswitch lagi ke newsroom..."

Mas Okky tampak shock mendengar tanggapanku (karena tau segimana aku into it di news) tapi melanjutkan briefnya, dan kemudian memanggil Mbak Nina. Magazine Manager yang masih muda dan konon berhasil nambah banyak rating di program-program non-berita karena ide kerennya. Selama ini aku cm tau doang gak pernah ngobrol. Dan ternyata dia keren beneran. Gak hanya dari tampilannya yang berambut perak dan biru, tapi juga dari energi meluap-luap dan positivity yang terpancar dari dirinya.

"Kebetulan banget. Sam lagi disini, lagi meeting sama wardrobe! Dia ada jadwal meeting ama gue bentar lagi. Lo langsung ikut aja!" Mbak Nina mengajakku.

Aku melirik Mas Okky, yang langsung menganggukkan kepala, "She's your new boss. Selamat ya Madda. Semoga makin sukses!"

Semua bersalaman. Dan aku mendapati diriku mengikuti Mbak Nina menuju sayap lain gedung. Divisi wardrobe yang mengambil satu lantai penuh berisi banyak banget pakaian dari mulai untuk acara variety show sampai untuk news anchor, dari kaos kiloan sampai Armani, semuanya ada. Di satu bagian, terlihat berantakan parah kayak gudang Tanah Abang, di bagian lain mirip etalase Chanel. Aku dan Mbak Nina jalan ke bagian terakhir dong ya.

Dari jauh, aku bisa melihat beberapa orang sedang terlibat pembicaraan serius.

"Jadi Sam ini orangnya asal banget kalau soal penampilan. Tapi! He's really hot dan kayaknya memang cuma perlu diarahin aja sih. Gue kemarin berniat untuk bikin dia keliatan lebih decent gitu ya, sesuai dengan kemampuannya dia. I mean, dia sering menang di kompetisi internasional, pernah magang buat Gordon Ramsey, kerja buat resto Michelin dan banyak lagi tapi bentuknya kayak bocah pantai dekil gitu lho..." Mbak Nina nge-brief sepanjang kita jalan.

"Dan...ada rumor kalau lo baru aja putus cinta..." Mbak Nina mendadak menghentikan langkahku. Ia memandangku, yang langsung gugup mendadak. Meminta jawaban sambil menaikkan alisnya.

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang