Stuck

Leave With No Goodbye

Aku teringat masa-masa di mana aku berpikir kalau suatu hari nanti, Ken akan sadar kalau aku adalah perempuan terbaik buat dirinya.
Karena kupikir...well, aku rasa, sih, dia yang terbaik buat aku selama ini. Salah satu mimpi dalam hidupku adalah...kami bisa betulan jadi soulmate dan happily ever after.

Gak mudah untukku mendapati cinta pertamaku ganti-ganti pacar. Rata-rata cantik, dan physically, gak mirip aku sama sekali. Jauh malah. Ken biasanya pacaran dengan perempuan yang flawless, langsing, tinggi, kinclong dan terawat. Juga sangat feminin. Pramugari, model, dokter kulit, sekretaris, adalah beberapa pekerjaan dari pacar-pacar Ken. Tyas, misalnya, dia tuh selebgram yang kerja di salah satu start-up trendy. Teman nongkrongnya adalah artis sinetron, bintang iklan hingga penyanyi kecengan umat muda Indonesia.

Ya, tapi Ken juga gak jelek-jelek amat sih. Malah banyak yang menganggapnya ganteng-banget. Ia bertubuh ideal, atletis dengan tangan kekar, perut rata dan dada bidang karena rajin olahraga dan mulai ikutan marathon. Ken selalu pakai kemeja rapi plus sepatu kemana-kemana, style-nya maskulin dan classy. Ditambah big puppy-eyes, bibir tipis dan lesung pipi saat tersenyum, he's a perfect mix of hot hunk and cuddly boy.

Tapi aku bisa bilang, aku jatuh cinta padanya jauuuuuuh sebelum dia jadi bachelor of the year macam sekarang. Saat dia masih jadi remaja tanggung yang tinggi kurus baru mulai berotot berkat rajin lari, berambut jigrak super culun, dengan kacamata tebal dan kecintaan luar biasa pada dinosaurus yang bikin dia dipanggil Mr. Fossil...
I was so in love with him back then.
Masa SMA adalah waktu di mana Ken belum semenarik sekarang, yet I am so head over heels for him.
Ken untukku...
Lebih dari sekedar tampilannya yang gorgeous, suaranya yang membius dan senyumnya yang bikin ketagihan. Aku jatuh cinta pada mimpi-mimpinya yang sederhana, caranya melihat dari sisi yang berbeda, pemikirannya yang kadang super-cynical dan dark tapi seringkali bego juga, selera humornya yang witty, kejahilannya yang absurd, hingga sikap protektifnya yang egois.

Dia adalah sahabatku yang mau cuti kerja saat aku wisuda (dia lulus duluan ofc), menemaniku ke dokter kala aku sakit, gak pernah lupa ulangtahunku, menyisihkan waktu untuk ketemu meski kerjaan numpuk dan pacarnya banyak mau...

Perlahan aku memahami maksud Ken kemarin.
Ken sebagai kekasih, sepertinya gak bakalan seru. Berdasarkan pengakuan (curhatan) pacar-pacarnya padaku, Ken termasuk cowok yang cuek, kurang perhatian, jarang ngobrol, sering dikomplain posesif, dominan, dan susah ditebak. Walau dia ganteng, Ken hampir selalu diputusin pacar-pacarnya. Dan dia hanya sedih beberapa hari sebelum dapat gebetan baru lagi. Kan sebel ya.

Aku mendapati kalau jauh di dalam hati, dia benar: aku ingin bersama Ken sebagai sahabatku yang kukenal luar dalam. Dan dia pun jelas-jelas begitu.
Ken hanya jadi cowok manis, perhatian, penyabar dan penyayang padaku. Karena aku sahabatnya. Karena persahabatan kami lebih dari sekedar falling in and out of love. Karena kesetiaan kami sama-sama sudah teruji.

It's time to accept our friendship, and move on from my so-called-feelings.