Madda : The Morning

13.2K 1.5K 15
                                    

"Okeeee...", Sam membawa piring berisi berbagai jenis makanan. Kami duduk di salah satu tenda yang dalam beberapa jam lagi pasti akan dipenuhi banyak tamu undangan dan keluarga.

"I got you udang asam manis, ayam sambal matah, capcay, dendeng balado...", ia menunjuk semua jenis makanan di atas piring. Aku gak memperhatikan, karena lebih memilih memandanginya dalam seragam kerja: rapi, bersemangat dan super cute.

"Makan!" Sam mengangkat sendoknya, menyuapkan makanan padaku. Memandangiku mengunyah dengan serius, sebelum bertanya, "Gimana?"

"It's super tasty, baby, no worries..." jawabku, menelan dan menganggukkan kepala.

"Really?" Ia menyipitkan mata.

"Banget!", aku mengambil sendok dari tangannya dan menyendok makanan sendiri.

Sam akhirnya tersenyum memandangku.
Kami duduk memandangi kebun asri yang disulap jadi venue pernikahan privat yang manis. Sebuah meja panjang ditempatkan di bawah pohon besar, sedang dilapisi taplak berwarna putih oleh tim dekorasi. Kursi-kursi sedang ditaruh di sekeliling meja. Bunga-bunga baru datang, juga piring dan cutleries.

"36 orang. A reallllly small wedding!" Aku menggelengkan kepala.

Kami hampir menghabiskan isi piring saat sosok tinggi besar Ken tergopoh-gopoh muncul di ujung kebun.

"Anjrit, Somad!" Ken berseru saat melihatku, setengah berlari menghampiri kami. Saat mendekat, baru kulihat dia masih pakai celana olahraga dan kaos tidur.

"Kamu dicariin orang sehotel!" Ia mengumumkan saat berdiri di hadapanku dan Sam, terengah-engah.

Sam menarik kursi dan membantu Ken duduk di sebelahku, memberi minum dengan santai.

"Semua kan pada sarapan...aku juga boleh sarapan dong," jawabku sambil makan.

"Ya tapi kamu kan harusnya diam di kamar aja sarapannya, gak usah keluar-keluar segalaaaaa. Barusan Mami kamu histeris, dikiranya kamu kabur. Belum si tukang make-up sama tukang rambut, pada kasih-kasih cerita aneh ama si Ibu. Chaos banget!"

I know. Makanya aku ke sini, tau banget kalau Sam pasti lagi testing makanan sambil menikmati kedamaian sebelum acara dimulai.

"Aku gak punya alasan buat kabur. Dan kamu juga tau aku di mana," jawabku, mengangkat bahu.

Ken memandang Sam, "Udah gue bilang kan, dia itu kalau lagi egois bisa semena-mena banget?"

Sam tertawa, mengelus pipiku. "Jangan bikin orang tambah panik, sana ikut Ken..."

"I'll see you soon, then." Piringku juga sudah bersih, haha.

Aku jalan menggandeng Ken yang mukanya masih sebel. Dia menerima telpon...entah dari Mami atau Ibu. Suaranya kenceng banget. Pertanyaannya jelas: Madda di mana?!
"Udah ketemu. Lagi geratakin makanan!" jawab Ken sebelum menutup telpon judes.

"Ish, geratakin. Emang tikus...", komentarku.

"Cuma kamu doang kayaknya calon pengantin perempuan yang bangun tidur refleknya nyari makan, mana pake makan katering kawinan segala...", Ken masih ngomel, "Pantes banget jodohnya tukang masak!"

"Looks fade. Hunger doesn't. Marry a chef!" jawabku.

"Blah blah blah. Ayo ah, cepetan jalannyaaaa!" Ken menarik lenganku.

Aku memandang kebun yang masih dipercantik itu sekali lagi. My dream wedding: super private ceremony, good food, good friends and family members. Under the big tree and blue sky...

Sam melambaikan tangan dari tenda.
And the perfect guy to start my new chapter of life.

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang