Sam : The End of This Story

27.7K 1.8K 172
                                    

We don't marry someone we can live with. We marry the one we can't live without. I've heard that once and never thought it happens to me.

Banyak yang tanya, kenapa Madda?
Well, I wish you could see her now. My beautiful, beautiful wife, finally.

Dia sedang menikmati ngobrol-ngobrol seru dengan teman kost-nya yang baik-baik. She's surrounded by good people, because she's a very good person. Apa adanya, gak berusaha jadi orang lain, dan...super chill. No drama.

Madda menangkap lirikanku yang berada jauh di seberangnya, dan melempar senyum yang masih membuatku berdebar. Aku melihat jam tanganku sekilas. Baru jam 20. Masih sejam lagi sampai aku bisa berduaan saja sama Madda. Damn.

"Sammy!"
Here comes the hurriKen. Sejak pagi, dia jadi pusat perhatian sepupu-sepupu perempuanku. Karena, memang gampang banget bersimpati pada Ken. Dia juga mirip Madda: apa adanya, dengan emosi yang terlihat jelas, gak bisa sembunyiin apa-apa, dan berpikiran sederhana.

"Kenny!" Aku melambaikan tangan. Ia menghampiriku dan mengeluarkan ponselnya. Empat sepupuku berpose untuk dia di layar.

"Oke. Jadi gue bingung. Ini sodara lo, namanya siapa aja, ya..."
Aku gak bisa menahan tawa, dan mengabsen keempatnya...yang memang mirip-mirip banget.

"Gue diajakin nonton ama mereka abis party. Is that okay with you?" Ia bertanya.
"Go!" Aku menjawab cepat. Aku gak kepengen mesti kongkow sama Ken dulu setelah resepsi selesai.

"Selamat ya, Sam. And also...for being very cool about me...", Ken menepuk pundakku, "You've made and will make Madda very happy."
Aku merangkul Ken, "Back at you, man."

"I'll miss you two," ujar Ken.
"I'll miss you too." Aku menjawab jujur.
Setelahnya kami sama terdiam. Awkward juga bilang I-miss-you-I-miss-you ama laki gini.

Selama empat bulan terakhir, kami bertiga mengurus hari pernikahan ini. Dia bantu banyak banget, mengingat aku sudah kerja di Singapore dan cuma bisa balik sebulan dua kali. Sepanjang waktu itu, aku akhirnya mengakui kalau Madda dan Ken...memang punya hubungan yang erat. And I don't want to take it away from them. Luckily, they let me join the fun. And I enjoy it, surprisingly.

Ken akhirnya menepuk punggungku lalu berjalan pergi menuju meja sepupu-sepupuku berkumpul.

Habis honeymoon, aku dan Madda akan pindah ke flat-ku di Singapore. Madda dapat kerjaan baru di news radio di sana, jadi kami gausah jauh-jauhan lagi. Ken berencana ambil S2 di Aussie, masih nunggu pengumuman tes masuk. Ada kelegaan yang sedikit bikin guilty: Ken gak bakalan dekat-dekat kami untuk sementara.

Aku menghampiri Madda dan menyapa semua orang.
"Hai, istri. Hai orang-orang," sapaku, merangkul Madda.
"Kita lagi nebak-nebak kalian mau honeymoon di mana...", Binda berkata, "Dan istri lo ini gak tau kalian mau ke mana."

Madda memandangku dengan wajah super menggemaskannya yang bikin aku pengen bawa dia kabur secepatnya dari sini. Ciumin dia di mobil, nyetir sampe Ritz Carlton dan mandi...berdua..
Damn.

"Rahasia, dong. But I bet you'll love it."
We're going to Song Saa. It's a private island. Dan katanya sih, gak bakalan ada sinyal telpon di sana. Which is good.

Ken menghampiri kami saat Madda dan teman-temannya menebak-nebak lokasi honeymoon.
"BFFs! Gue izin cabs duluan..."
"What? Why?" Madda.
"Aku mau nonton ama sepupu-sepupunya Sam...", aku mendengar Ken berbisik pada Madda. My bride automatically frowns.
"Bye. I get to go with pretty girls. And you're stuck with this guy...", Ken menunjukku sambil melambaikan tangan.

"True. I'm stuck with you now," Madda berkata sambil memandangku.
"No, Mam. We're commited to each other," jawabku, menangkupkan kedua tanganku di pipinya, "...happily."

Madda tampak tertegun sejenak sebelum akhirnya mengangguk, "Commited," ia berkata pelan dan mengecup pipiku cepat.

"Whoa, whoaaa..."
"Cihiiiiw..."
"Ciyeeee..."
Massa di hadapan kami langsung bereaksi.

"Kalau kita pergi dari sini sekarang," Madda berbisik, "I'll let you had a glimpse of what I bought with the Victoria's Secret vouchers you gave me..."

Okay. So now I have a mixed-feelings I can't explain. Excitement, surprised, agony... Aku bahkan gak bisa tersenyum balik pada Madda. Dia melirikku, senyumannya super flirty.

Man.
"Guys, gue pinjem istri gue keliling ke sodara dulu. Enjoy the party, ya." Nyaris buru-buru, aku pamitan pada teman-teman Madda. Aku bahkan gak dengar jawaban mereka.

"Is it okay for you to be the bride who went MIA on her wedding day?", aku menarik Madda melintasi venue resepsi. Tujuanku jelas. Menuju parkiran.

"It's only 30 minutes left anyway."
I love that she kept counting as I did.

"I like that answer, Mrs. M..."
Kami saling berpandangan sambil tersenyum lebar.

It's going to be awesome.

THE END

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang