"Alasan aku suka masak itu karenaaaaa... Aku sering banget ngerasa kesepian. Ayah ibuku kerja. Tapi kalau aku bilang, 'Aku mau masak nih!', biasanya mereka pada pulang cepat. Makan sama-sama. Good food brings people together. Sejak SMP, akhirnya aku serius belajar masak dan...sekarang aku di sini deh!"
Aku mendengarkan Sam bercerita sementara ia dengan cekatan menyiapkan sambal matah favoritnya untuk ayam goreng. Tentu saja aku cuma bisa mengagumi gerakannya. Makanan paling lumayan yang bisa kubuat tanpa ada instan-instan apapunnya cuma sop ayam doang.
"Oh my God. Ini enak sih. Coba sini. Kepedesan gak buat kamu?" Ia mencicipi kuah kangkung dari wajan yang lain, lalu menyuapiku.
"Enak!" jawabku semangat.
"Right???!" Ia melompat-lompat gembira.
"Now you're being arrogant!" Aku melempar serbet ke arah Sam.
"Nooo. I always appreciate good food, siapapun yang masak, aku pasti gembira kalau makan makanan enak."***
Aku terbangun dengan cahaya membanjiri seluruh kamar. Gara-gara semalam sempat tidur di kamar Binda, aku lupa tutup gorden kamarku dan terpaksa bangun pagi.
Dari luar kamarku, sayup-sayup terdengar musik oldies yang jadi kebiasaan pagi Tisa, juga percakapan heboh Glo dan Binda... Jadi aku memutuskan cuci muka, keluar kamar...
Dan mendapati Sam berada di tengah-tengah teman-teman serumahku.
"Merry morning! Rise and shine!" Ia menyapa riang, membuatku terpaku.
"Kamu gak kerja..."
Sam mengenakan seragam katering, terlihat ganteng dan all refreshed. Sosok Sam yang kelihatan capek, seakan gak tersisa sama sekali. Ia berdiri di tengah ruang makan tanpa kelihatan asing. So natural.
"Sudah selesai. Sini sini, duduk, aku buat sarapan..." Sam menjawab. Baru kulihat Sam membawa penggorengan di sebelah tangan, sedang memindahkan pancake ke piring di atas meja.
"Dia datang bawa makanan jadi gue gak bisa gak masukin dia," sambung Glo dengan mulut penuh.
"Gue gak tau lo jadi produser buat acaranya Sam," kali ini Binda yang berkomentar, "Gue follower lho, Sam, sejak masih puluhan..."
Oke. Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku mendengar Binda kelihatan flirty."Thankyouuu Bindaaa... Please eat more pancake!!" Sam memindahkan pancake ke piring Binda.
Tisa yang duduk di ujung meja tersenyum lebar. Sepiring makanan di depannya. Aku duduk di sampingnya.
"Gue baru bangun juga. Jangan tanya gue..." ucapnya kalem.Sam balik ke dapur demi mendengar bunyi berdenting yang gak pernah kudengar sebelumnya. Wait. Jadi selama ini kita punya oven?
"Dia bikin lasagna lhoooooo!!" Glory bersemangat banget sama makanan, bertepuk tangan gembira.
"What happened with no-boys-allowed?" tanyaku akhirnya. Well, sebetulnya teman-temanku kadang bawa pacar-pacar mereka bertamu sih. Tapi ya cuma di ruang tengah doang. Atau di teras duduk-duduk. Gak ada yang masuk ke dapur kecuali tukang gas dan tukang galon.
"He's not a boy, please. He's Sam!" Binda keliatan banget starstruck. "Gue kok gak tau sih dia host buat program baru lo? Gue pikir lo bakalan dapat program dialog politik ultra boring seperti biasanya..."
Aku mengangkat bahu.
Masih bingung juga. Semalam Sam pergi tanpa banyak bicara setelah aku meracau soal 'mau-dibawa-kemana-hubungan-kita' macam penyanyi Melayu. Dan aku pikir dia bakalan pergi, lalu kita cuma bakalan ketemu secara profesional di studio buat syuting..."Oke ini masih panas, girls..." Sam muncul bersama seloyang lasagna dengan asap mengepul. Ia menaruh alas panas di atas dan menyimpan loyang di atasnya dengan cekatan.
"Minta tipsnya dong, Sam. Gue kalau buat kok kering terus ya?" Binda berdecak kagum. Lasagna paling cantik yang pernah tampil di dapur kami.
"Oh iya banget! Dulu aku juga sering banget bikin lasagna trus kering. Jadi sekarang, kalau abis masak pasta, jangan disaring. Mending dijajar-jajarin aja di tempat datar. Trus, si loyang ini kasih saus dulu di dasar, jadi bukan pastanya langsung. Dan, harus ditutup..."
Sam terus berceloteh sementara Binda menyimak serius.Glo dan Tisa menyendoki makanan tanpa peduli. Sementara aku masih bengong.
***
Setengah jam kemudian, setelah semua orang kenyang dan masuk kamar masing-masing, barulah aku dan Sam duduk berdua di kursi makan.
"I thought I scare you," kataku langsung.
Ia tersenyum, "You did."
"The scary part is still on," tambahku.
"I know. Tapi semalam aku mikir-mikir... Ada yang lebih bikin aku takut daripada ditanya soal kejelasan status."
"Oh ya?"
"Aku lebih takut saat lihat rekaman live kamu kemarin," jawabnya sambil nyengir.
Ah dasar. Aku melempar tisu ke arahnya. Ia tertawa, renyah dan manis. Lalu duduk di sampingku.
Aku mendadak insecure, sadar belum mandi, masih muka beler dan rambut uwel-uwel sementara Sam di sampingku tampak segar dan charming dan wangi kayumanis seperti biasanya."No. Seriously. It scared me more, knowing that I could lose you in a snap..." ia berkata, wajahnya terlihat serius, "Because deep down, I kindaaaa...really want you in my life."
Aku gak bisa menyembunyikan wajah girangku. Aku yakin banget sih, pipiku merah banget sekarang, kombinasi malu dan super happy dan excited...
"Kita baru ketemu berapa lama sih? Sebulan? Dua bulan?" Ia bertanya.
"Empat kali. Termasuk kerja," jawabku cepat.
"Empat kali! Tapi chemistry-nya oke banget kan ya?"
Aku mengangguk setuju."Semalam kamu bilang soal terms and condition apply. What's on your mind? Aku belum bener-bener dengar maunya kamu gimana..."
"Mmm... Sederhana aja sih. Aku gak mau hanya jadi teman. All or nothing. Kalau memang sudah usaha, tapi gak cocok, lalu end up berteman gak papa juga...tapi niat awalnya tuh ketauan jelas aja..."
"It's obvious, isn't it?" Sam mengerutkan kening.
"Mmm... I have a very bad case about keeping things casual."
Case: Ken. Casual: e.s. highschool. Casualty: my feelings and hopes and dreams.Sam mengangguk-angguk. "Since we're on this scary topic, I gotta tell you something as well..."
Ia menarik nafas panjang, "Aku tadinya gak berniat untuk pacaran sama kamu.""Seriously?"
"Umurku sudah 33 tahun sekarang. Dan aku memang sudah gak lagi cari pacar, tapi tentu akan nyeremin banget kan kalau aku approach cewek sambil bilang gitu ya..."
"Not really," well, at least for me.
"Aku sudah pernah coba berkali-kali sebelum ini. Kupikir cocok saat ngobrol, lalu aku bilang, 'Hey, gimana kalau kita serius? Aku mau ketemu ibu kamu!' Lalu mereka mendadak hilang. Susah ketemu lagi. Over before it begins."
"Creepy banget sih kalau baru cocok ngobrol trus diajakin gitu, Sam!!" Aku menepuk pundaknya.
"I know! Aku baru ngeh pas kemaren malam. Whoa. Pantesan pada kabur..."
Kami berpandangan, tersenyum satu sama lain.
"Jadi aku ke sini, untuk bikin kamu freak out juga. Ayo, kita punya goals buat gak cuma iseng aja, kita kenalan lebih lanjut sambil berproses untuk sama-sama selamanya. We'll get to know each other better than anyone else did. It will be awesome."
Sam menggenggam tanganku.Mungkin gini ya rasanya jadi Disney Princess ketemu Prince Charming? Excited, ultra-happy dan ngerasa mendadak pengen nyanyi lagu roman.
Memandang Sam dan mata cokelatnya... Who could be stupid enough to say no?
"Oke," jawabku sambil meremas tangan Sam dan mengangguk. "I like you. And us. I'm in!"
Sam memelukku erat-erat. Sementara sebagian diriku panik karena aku mengiyakan buat berhubungan super serius sama cowok yang baru kukenal sebentar...sebagian besarnya menyadari hal paling penting: This is better than getting stuck in the middle of friendship-relationship zone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
RomansFriendzoned kelamaan oleh tetangga masa kecilnya, Ken, sejak mulai remaja sampai jadi pekerja, akhirnya Madda memutuskan untuk move on dan punya pacar betulan. Gebetan terbaru Madda, seperti yang banyak orang impikan: koki yang ganteng, baik, dan ro...