BINTANG JATUH

77 49 21
                                    

Halo Readers !!

INFO TERBARU

'Update part setiap hari senin sama kamis ya...'


***

Di langit, bulan yang sedikit demi sedikit bergeser, memancarkan pantulan cahaya sang surya. Bintang-bintang berkerlap-kerlip. Suara jangkrik dan kodok terdengar jelas. Meski begitu, malam ini terasa amat sunyi, hening. Hingga suara aliran air pun nyaris tak terdengar. Hanya terdengar suara rumput yang menari-nari terkena hembusan angin terdengar seperti memuji Sang Penciptanya. Tentram.

Tiga orang anak berbaring di atas rumput belakang lapangan basket, dekat sungai kecil yang airnya masih bersih dan jernih sehingga ikan-ikan kecil pun terlihat jelas. Mereka menatap langit yang begitu indah pada malam ini, karena kebetulan bulan yang sedikit lagi akan sempurna bulat menjadi daya tarik tersendiri. Amat indah. Mereka pergi kesana untuk merenung, melihat dan bersyukur betapa indahnya ciptaan Tuhan.

Sejak dulu, setiap hari mereka selalu datang ke tempat itu, sesibuk apapun mereka. Bercerita apapun yang ingin diceritakan. Entah apa yang mereka pikirkan sekarang, tidak seperti biasa, mereka selalu berisik mengobrol diselingi dengan tawa renyah mereka. Namun hari ini berbeda, tiada percakapan ataupun tawa. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Tiba-tiba terlihat satu cahaya yang amat terang. Semakin lama cahaya itu semakin terang dan semakin besar tapi dengan jarak yang amat jauh, melintas di depan mata mereka. Bintang jatuh. Segera mereka menggenggamkan tangan mereka di depan dada sambil memejamkan mata.

......

"Hei, apa yang kalian inginkan ?" salah satu anak lelaki di sebelah kanan bertanya pada dua temannya.

"kepo" Anak perempuan yang berada ditengah-tengah mereka melirik sinis pada teman lelakinya disebelah kanan.

"Aku kan cuma tanya" Anak lelaki sebelah kanan mendengus.

Keheningan melanda lagi. Semua tenggelam lagi dalam pikiran masing-masing. Entah apa yang mereka pikirkan kali ini. Mungkin saja mereka sedang memikirkan tentang keinginan yang mereka buat ketika bintang jatuh barusan, mereka berfikir apakah keinginan itu dapat terkabul atau tidak. Berpikir dengan keraguan masing-masing.

"Teman-teman." tiba-tiba anak perempuan memecahkan keheningan.

"Apa?" anak lelaki di sebelah kanannya menoleh heran. "Hm?" anak lelaki lain yang di sebelah kirinya masih asik memandang langit.

"Kira-kira apa tujuan kalian selanjutnya ?"

Anak lelaki di sebelah kanan bengong bingung dengan maksud temannya. "Maksudnya ?"

"Maksudku, kalian ingin jadi apa ?" Anak perempuan itu menoleh pada kedua teman lelakinya.

"Ya kalau aku sih sudah pasti jelas, cita-citaku adalah menjadi seorang pemimpin, yahh pemimpin Negara juga boleh sih." Anak lelaki sebelah kanan membanggakan diri.

Anak perempuan itu menyipitkan matanya pada teman lelakinya di sebelah kanan. "Sesuai dugaan. Kalau kau, Rei ?"

Anak lelaki di sebelah kiri yang dipanggil Rei itu diam sejenak. "Lihat saja apa yang terjadi besok."

"Bukan kah kau dulu pernah bilang ingin jadi pilot ? Karena bisa melihat pemandangan yang indah dari atas. Kau memang cocok jadi pilot, Rei."

Rei menoleh. "Tapi itu dulu, Ina. Rei kembali menatap langit. Manusia memang sejak awal hanya bisa berencana tanpa mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Ingin jadi ini, ingin jadi itu. Tapi tidak memikirkan kesulitan proses saat mencapai cita-cita itu. Padahal sebaiknya kita harus mempersiapkan diri, memikirkan segala resiko yang akan terjadi dan cara mengatasinya. Agar cita-cita itu tercapai dengan sempurna sesuai keinginan kita."

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang