BANGAU PUTIH

10 11 2
                                    

Liburan di pulau sebrang memang sangat menyenangkan. Pulau kecil tersebut memang sengaja dibuat hanya untuk wisata. Mulai dari wisata air, hutan, religi, dan lain-lain semua disajikan pulau tersebut. Banyak turis yang sering berkunjung di pulau itu setiap bulan maupun setiap harinya. Maka tak heran jika pendapatan pulau itu setiap tahunnya mencapai ratusan miliyar.

Lily meminta agar semua wisata bisa dinikmati, yang lain hanya bisa mengangguk setuju. Ina yang paling tau pulau tersebut menjadi pemandu selama perjalanan. Arka dan Edo hanya bertugas menyetir mobil dan menjaga para perempuan selama liburan.

Tak terasa sudah memasuki hari keempat. Besok mereka harus pulang. Di hari terakhir ini, mereka memutuskan menghabiskan sisa waktu dengan menikmati wisata air. Mulai dari berselancar, menyelam, dan berbagai wahana air yang disajikan di pantai dekat resort mereka. Jadi khusus hari ini, Edo dan Arka sama sekali tak mengendarai mobil. Hitung-hitung istirahat untuk besok, mereka harus mengendarai mobil kurang lebih delapan jam.

Seusai membersihkan diri, Ina memutuskan pergi ke pinggir pantai menikmati keindahan senja. Tubuh nya terasa pegal-pegal setelah empat hari penuh dia habiskan berkeliling di pulau ini. Selama di pulau ini, Ina sama sekali tak menemukan sampah berserakan. Benar-benar bersih. Suara ombak laut yang terdengar sayup-sayup memberikan suasana tenang.

Pemandangan senja sore itu sungguh indah. Campuran warna oranye, jingga, serta merah muda berpadu dengan komposisi yang sesuai. Ditambah awan yang berada di sekitarnya serta matahari yang sedikit mengintip mampu membuat semua orang terpesona. Burung-burung berterbangan di langit, buru-buru hendak pulang ke sangkar, rumahnya.

Tiba-tiba mata Ina terpaku pada sesuatu yang bergerak mengitari langit senja. Sesuatu berwarna putih bersih mengepakkan sayapnya secara gemulai. Indah. Seekor burung bangau putih yang terbang diantara burung-burung lain telah menarik perhatian Ina. Tanpa ia sadari, kenangan masa lalu datang begitu saja dalam benak Ina. Tanpa permisi.

***

"Kau mau ikut aku tidak ?"

"Kemana ?"

"Melihat senja"

"Ajak Edo juga ?"

"Aku hanya mengajakmu. Kalau tak mau ya sudah, aku berangkat sendiri"

Ina tersenyum. "Baiklah, baiklah. Ayo"

Mereka berjalan sekitar lima belas menit untuk sampai di pantai. Letak resort mereka memang tidak berada di dekat pantai karena sudah penuh. Full booking. Dalam perjalanan, mereka sudah bisa melihat keindahan langit senja. Mereka melihat banyak turis yang datang ke pantai dengan tujuan yang sama. Mereka duduk diatas pasir pantai yang berwarna putih kecoklatan, mengantar sang surya pergi bersembunyi di balik gelapnya malam.

"Kau tadi sudah makan kan ?"

"Sudah kok" Ina mengamati pemandangan senja. "Kau suka senja ?"

"Iya, tapi tak terlalu. Aku suka senja karena senja mengantar pulang."

"Maksudnya ?"

"Misalnya senja mengantar matahari untuk kembali bersembunyi. Lalu senja juga mengantar orang-orang pulang seusai kerja. Dan kau lihat, burung-burung yang berterbangan itu ?" Rei menunjuk burung-burung yang terbang tak teratur di langit.

"Iya aku lihat. Mereka semua sedang mencari jalan pulang ke sangkar masing-masing kan ?"

Rei tersenyum menangguk. "Hei, kau lihat tidak salah satu burung yang ukurannya lebih besar dari burung lain dan bulunya berwarna putih ?"

Ina menatap langit menyelidik, mengikuti arah jari Rei menunjuk. "Burung bangau ?"

Rei menangguk lagi. "Kau tau lagu burung bangau terbang ke kandang setahun sekali, menemui cintanya lagi ?"

Ina menyipitkan mata. "Itu lagu sudah lama sekali Rei. Seleramu norak juga ya"

Rei tertawa. "Aku sangat menyukai lagu itu"

"Kenapa ?"

"Liriknya indah"

Ina mengangguk. "Iya memang indah sih"

Mereka terdiam, terpesona oleh pemandangan di depan mata mereka. Burung-burung yang terbang kesana kemari mengantar sang mentari yang sebentar lagi akan bersembunyi. Seakan-akan mengucapan selamat tinggal dan berharap hari esok akan lebih indah dari hari ini.

"Bahkan bangau pun memiliki tempat tujuan untuk pulang"

Ina menoleh pada Rei, heran. Mengapa temannya tiba-tiba berbicara seperti itu. "Kau juga punya tempat tujuan untuk pulang Rei"

Rei balik menatap Ina, tanpa berkata-kata.

Seakan tau apa yang dimaksud tatapan temannya itu, "Iya." Ina mengalihkan pandangan. "Kami adalah tempat mu untuk pulang. Kami akan selalu ada kapanpun kau datang."

Rei tersentak, tak dapat berkomentar atas argumen Ina.

"Kau tau, di Eropa orang-orang mempercayai bangau sebagai lambang kesuburan. Kesuburan disini artinya pertambahan penduduk." Kata Ina.

"Di Jepang juga dilambangkan dengan simbol kesetiaan, kemujuran, dan panjang umur" Tambah Rei.

"Aku ingat Rei" Kata Ina menggebu-gebu. "Katanya jika kita melipat origami berjumlah seribu maka permohonan kita akan terkabul."

"Lalu ?"

"Ayo kita buat." Kata Ina memohon.

"Tidak." Seribu itu kan banyak sekali. "Kita bisa mati membuat sebanyak itu"

Ina mencibirkan bibirnya. "Mustahil"

"Lihat, mataharinya sebentar lagi akan hilang sempurna. Apa kau masih akan terus bicara ?"

Wajah Ina terlilipat. Sebal. Ia mengalihkan pandangan ke arah depan. Benar. Maraharinya sebentar lagi akan benar-benar hilang. Pergi. Digantikan oleh gelapnya malam.

"Indah bukan ?"

Ina mengangguk dengan tampang yang masih sebal. Rei yang tertawa melihatnya, membuat Ina menoleh menatap Rei.

hangat

Ina tak tau entah mengapa hanya dengan menatap Rei terasa begitu hangat. Kehangatan yang menenangkan dan meyayat hati. Kehangatan yang mampu mengobati segala luka hati. Ia meminta maaf pada sang mentari karena tak dapat melihat detik-detik terakhirnya. Sungguh. Ina tak mampu mengalihkan pandangan dari wajah hangat Rei.

Sang mentari sudah hilang sepenuhnya digantikan dengan bulan. Namun masih terlihat ada sisa-sisa cahaya indah yang dipantulkan. Para turis yang tadi memenuhi pinggir pantai jumlahnya berkurang sedikit demi sedikit. Mereka pergi ke resort masing-masing untuk istirahat. Burung-burung yang tadinya memenuhi langit lambat laun hilang. Pergi ke sangkar masing-masing. Begitupun dengan seekor bangau yang tadi terbang gemulai membuat terpesona mata melihat sudah tak nampak.

Bangau, sampaikan pesanku untuknya "segeralah pulang"

Jangan lupa kasih Vote sama comment ya readers ^^

Next part 'Pacar'

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang