ANAK ANGKAT

10 8 7
                                    

"Kemudian saat itu paman mu merasa amat menyesal. Depresi. Dia membenci dirinya sendiri. Berbulan-bulan mengurung dirinya sendiri di kamar. Lalu istri pamanmu menyadarkan suaminya. Memberitahunya apa yang sebaiknya dia lakukan untuk menebus dosanya. Dia meminta agar anak ayahmu yaitu kau menjadi anak angkat mereka. Mendengar saran dari istrinya, paman mu langsung mengunjungimu. Dia berbohong mengaku sebagai paman kandungmu agar kemungkinan kau mau ikut dengannya sedikit lebih besar."

"Apa kau tau dimana kau dulu tinggal bersama orang tua mu ?"

"Tidak. Aku tak ingat."

"Benarkah ? Padahal saat itu bukankah kau sudah tingkat sekolah dasar ?"

"Iya benar. Tapi aku sama sekali tak memikirkannya. Dan aku juga tak ingin tau. Yang ada di kepalaku hanyalah aku ingin menghabiskan waktu ku lebih banyak dengan orang tuaku."

Nenek menutup mulutnya. Saat ini tangisannya benar-benar pecah. "Nenek benar-benar minta maaf Nak. Ini semua salah nenek. Harusnya jika nenek tak kalap waktu itu maka orang tua mu tak berakhir tragis seperti ini."

"Paman selalu bilang padaku Jangan menyesali kesalahan yang sudah kau buat. Akan lebih baik jika kau menemukan solusi memperbaiki kesalahanmu itu"

Nenek mengangguk. "Baiklah. Kejadian kebakaran hebat itu berlokasi di ibukota. Di kota ini. Kota dimana kau lahir. Kota dimana banyak menyimpan seluruh kenangan tragis maupun kenangan menyenangkan sebelum tragedi itu dimulai."

Rei diam. Tertegun. Dia sama sekali tak tau mengenai fakta ini.

"Paman mu dan istrimya memutuskan membawamu ke kota lain. Agar kau bisa hidup lebih tenang. Mereka berpikir, masih belum waktunya mengungkap semua kebenaran padamu. Pamanmu menitipkan rumahnya disini pada nenek. Rumah ini. Adalah rumah asli pamanmu. Dia berkata kalau dia akan sering mengunjungi nenek dan suatu saat dia pasti akan kembali lagi ke rumah ini bersama mu. Dia ingin menghabiskan sisa hidupnya disini bersama mu. Dirumah ini."

"Lalu ? Mengapa paman malah meninggalkan ku sendirian di kota itu ? Tanpa pesan apapun."

"Rasa bersalah benar-benar menghantuinya. Dia bilang setiap kali melihat wajah mu ada perasaan tenang namun takut. Dia berpikir kau akan membencinya jika kau tau kebenarannya. Dia takut kehilanganmu Rei."

"Oleh karena itu, nenek disini ingin mengabulkan keinginan paman. Tinggallah disini. Ini rumah mu, seluruh harta pamanmu telah diwariskan kepadamu Rei. Nenek hanya memegang amanah untuk menjaga rumah ini sampai saat kau kembali disini. Jadi sekarang tugas nenek sudah selesai. Nenek harus pergi." Nenek beranjak berdiri, mengambil tas yang telah dia siapkan di kamarnya sejak sebelum upacara pemakaman paman.

"Tetaplah disini Nek. Jangan tinggalkan aku sendiri lagi. Aku memutuskan mulai saat ini nenek pemilik rumah ini juga."

"Barusan kau memanggilku nenek Rei ?"

Rei mengangguk.

Nenek memeluk Rei. "Ini pertama kalinya ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan itu. Nenek sangat senang. Terima kasih."

Rei balas memeluk. "Bagaimanapun kalau nenek tidak ada, mungkin aku tak akan pernah bertemu paman. Paman selalu mengajarkanku kalau aku harus mengambil sisi baik dari setiap kejadian. Baik itu kejadian menyenangkan maupun menyakitkan. Aku sudah menerimanya. Semuanya. Aku sudah ikhlas dengan kematian orang tua ku dan paman sejak nenek mengatakan kalau nenek juga kehilangan segalanya. Kita sama. Aku akan tinggal disini bersama nenek."

Air mata nenek tumpah, dia tak bisa membendungnya lagi. "Terima kasih Nak. Kau memang anak ayahmu dan juga paman mu. Kau sama seperti mereka. Hatimu tulus. Nenek berjanji akan menemanimu di rumah ini hingga akhir hidup nenek."

Halo Readers !!!

Gimana ? Udah puas belum sama part Rei nya ?

Udah pada kangen Ina sama Edo ?

Tenang aja

next part mereka bakal muncul lagi kok hehe^^

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang