PERTAMA

11 10 1
                                    

Matahari kembali menampakkan diri dari ufuk timur. Cahayanya yang mampu menembus lebatnya kabut bersinar terang. Ayam pun mulai berkokok sejak cahaya pertama sang mentari muncul. Seakan-akan berbicara Bangunlah wahai mahluk hidup ciptaan Tuhan, semoga Tuhan memberimu restu untuk hari ini

Mereka ber empat sudah bangun sejak tadi. Bersiap-siap. Mengemasi barang bawaan masing-masing. Memanaskan mesin mobil. Menyiapkan makanan untuk sarapan dan membuat bekal untuk perjalanan panjang nanti. Seusai sarapan bersama, mereka mendatangi penjaga resort. Pamit untuk pulang dan berterima kasih atas resort nya yang sangat nyaman.

"Kalian sudah siap ?" Kata Edo yang mendapat shift pertama menyetir.

"Sudah Pak. Pak nanti kalau menyetir jangan ngebut-ngebut ya. Nanti kami tak akan bayar Bapak." Ejek Lily.

Edo mengerutkan alisnya. "Kalau begitu Anda turun saja disini Bu. Cari tumpangan lain atau kalau tak dapat ya tidak usah pulang saja. Biar jadi gelandangan disini."

Ina dan Arka tak sanggup menahan tawa. Tawa mereka pecah membuat Lily kesal. "Cih. Awas saja kau Edo."

Edo tersenyum puas.

Selama perjalanan pulang, Ina sering mencuri memandangi Edo. Menurutnya sekarang Edo sudah tak semenakutkan kemarin. Edo kembali seperti Edo yang dulu, menyebalkan. Itu membuat Ina senang. Tak jarang Edo juga mengejek Ina selama perjalanan sehingga membuat Ina ingin sekali memukul kepalanya. Tapi tak bisa. Ina selalu teringat pernyataan perasaan Edo kemarin, membuatnya sungkan.

Delapan jam perjalanan pun terlewatkan dengan rekor tidur paling lama masih dipegang oleh Lily. Mereka sampai di rumah Ina pukul enam petang. Arka dan Lily langsung pamit untuk pulang. Sebelum itu, mereka harus menemui mama Ina untuk berterima kasih. Tetapi mama Ina tak ada dirumah.

"Kalian langsung pulang saja. Biar nanti aku sampaikan pada mama."

"Baiklah. Kami pulang dulu." Kata Arka.

"Dah Reina, dah Edo. Selamat bersenang-senang." Lily melambaikan tangan dengan senyum jahil.

Edo yang tak mengerti apa maksudnya hanya mengernyitkan dahi. Sedangkan Ina wajahnya sudah tampak seperti kepiting rebus.

"Kau sudah coba menghubungi mama mu ?"

"H-hah ? Ina terlihat salah tingkah. S-sudah t-tapi tak diangkat. Mungkin besok mama akan datang."

Edo menghembuskan nafas pelan. "Mbak Mina juga sedang pulang kampung." Edo diam sejenak. "Kalau begitu aku tidur dirumahmu ya."

"APA?!" Ina terkejut, wajahnya semakin memerah. "J-jangan!"

"Kenapa ? lagian dulu aku juga sering tidur dirumahmu." Edo tak mendengarkan perkataan Ina. Dia hendak membawa barang-barangnya masuk ke dalam rumah Ina.

"Jangan! Pokoknya Jangan! Kau jangan khawatirkan aku. Aku janji kalau ada apa-apa aku akan langsung telpon kau."

Edo yang mulai mengerti mengapa Ina melarangnya hanya bisa menghela nafas. "Baiklah baiklah. Oke aku pulang dulu. Aku akan menelponmu setiap jam untuk memastikan kau baik-baik saja."

Edo melangkah keluar rumah Ina. Pulang menuju rumahnya. Tiba-tiba Ina berlari megang tangan Edo, menahannya. Edo menghentikan langkahnya, menoleh menatap Ina yang sedang menunduk menyembunyikan wajah merah padamnya.

"A-aku m-mau jadi pacar Edo."

Edo yang sangat senang langsung memeluk Ina. Terlihat senyum bahagia terlukis di wajahnya. "Aku bilang jangan terburu-buru. Kau sudah memikirkan dengan matang ?"

Ina mengangguk mantap.

"Syukurlah. Terima kasih Ina." Edo semakin mengeratkan pelukannya membuat Ina tak bisa bernafas.

"E-edo aku tak bisa bernafas."

"Eh ?" segera Edo melepas pelukannya. "Maaf!"

Ina tak berani menatap Edo. "T-tolong temani aku sampai pukul sembilan saja."

Edo tersenyum. "Dengan senag hati, tuan putri."

Hari ini Edo dan Ina sudah resmi berpacaran. Semoga kebahagiaan selalu mengelilingi mereka berdua. Begitu pula dengan sahabat mereka. Semoga kebahagiaan juga senantiasa mengelilingi Rei. Tak ada seorang pun yang tau dimana Rei berada sekarang. Bahkan tak ada yang tau bahwa dia pergi membawa banyak luka.

Haii ketemu lagi nih

makasih banget udah baca sampai sini ^^

Vomment nya jangan lupa ^^

Next part bagiannya Rei nih, sapa yang udah kangen hayo

hihi

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang