Ina tidak bisa tidur. Setiap malam juga begitu, dia selalu minum obat tidur. Tetapi malam ini dia sengaja tak meminumnya. Dia duduk di dekat jendela kamarnya, menunggu temannya pulang dari lapangan basket. Matanya awas memandangi jalan. Sejak pulang, dia langsung duduk disana. Perasaannya tidak enak, khawatir hal buruk akan terjadi.
Setelah sekitar satu jam menunggu, temannya pun pulang. Dia sedikit lega. Tapi ada yang aneh. Temannya itu masuk rumah tetapi tidak menutup pintu rumahnya, seakan-akan sedang mengambil barang yang tertinggal. Ina terus penasaran, pandangannya awas memperhatikan rumah temannya tersebut.
Tiba-tiba temannya keluar rumah lagi sambil membawa tas ransel besar. Ina terkejut melihat temannya itu. Segera dia berlari keluar kamar, menuruni tangga, membuka pintu rumah, menutup kembali, membuka pagar pelan-pelan dan menutup kembali pelan-pelan juga. Dia berlari sekencang-kencangnya menghentikan temannya itu.
"Rei!" Ina tersengal, memegang tangan temannya yang bernama Rei itu.
"Ternyata kau belum tidur juga, ya" temannya yang bernama Rei itu sama sekali tidak membalikkan badannya.
"Kau mau kemana ? Apa inikah yang kau maksud dengan keputusanmu ? Apa kau sudah benar-benar memikirkannya ?" Ina tersengal-sengal.
"Ya, memang sudah aku pikirkan. Matang-matang. Dan inilah keputusanku" jawab Rei tenang, melepas pegangan tangan Ina lalu melanjutkan berjalan.
Ina berhenti. "Apa yang kau pikirkan ? sampai membuat keputusan seperti ini ? Kumohon ceritakan padaku."
"Apa semuanya harus ku ceritakan padamu!" kata Rei dengan nada tinggi.
Ina tersentak, tertegun. Teman nya yang satu ini memang terkenal dengan sikapnya yang dingin namun tidak pernah mengucapkan kata kasar sekalipun. Tetapi hari ini, sudah dua kali Rei membentaknya.
"Maaf... aku... aku tau kalau kau tidak suka dengan kami. Aku tau kalau kau menganggap kami kekanak-kanakan. Asal kau tau, aku sangat menyayangi kalian. Aku tidak ingin kehilangan kalian. Apa kau lupa bahwa selama ini, sejak kita kecil, kita terus bersama-sama. kalian adalah temanku. Apa kau ingat itu?" Ina menangis, sejak dulu dia paling tidak bisa membendung air matanya.
"Tidak. Sudahlah dari dulu aku dan kalian memang berbeda. Jalan pikir kalian denganku juga berbeda. Aku mempunyai tujuan yang sangat penting dalam hidupku. Dan kali ini aku benar-benar sudah memutuskannya, aku akan pergi." Rei terus berjalan, posisinya semakin jauh dari Ina.
Ina berlari memeluk punggung temannya yang sedang berjalan, menghentikan. Rei terhenti. "Jangan pergi!"
"Kalian tidak tau apa-apa tentangku, dan kalian tak perlu tau." Ucap Rei.
"Aku memang tidak tau. Karena selama ini kau tak pernah cerita apa-apa pada kami. Tolong ceritakan pada kami sekarang, agar kami bisa membantu mencari jalan keluar yang lebih baik daripada ini. Kami kan sahabatmu Rei, tolong jangan ad-"
"Bagiku... kalian bukan siapa-siapa" Rei menlanjutkan berjalan melepas pelukan Ina.
"Tunggu! Tolong jangan pergi, aku akan kesepian jika tidak ada kau. Aku benar-benar mohon, aku tidak ingin kehilanganmu" Tangisan Ina semakin kencang.
Rei berhenti, menoleh dengan tatapan yang mengerikan. "Kau... benar-benar cengeng!"
Ina terkejut, terpaku. Bibirnya terasa kaku. Tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Kata-kata itu memang sangat menyakiti hatinya. Melihat punggung temannya yang semakin jauh dari pandangannya. Itu adalah sesuatu yang paling di takuti Ina. Rei mengabaikannya, menganggapnya tidak penting.
Sebuah taksi datang, berhenti tepat di depan Rei.
"Selamat tinggal" Rei masuk ke dalam taksi. Taksi segera melaju.
"Tunggu! Rei!" Ina berlari, sayang sekali dia tidak bisa mengejar taksi yang membawa Rei. Dia terantuk dan jatuh di aspal. Setelah itu dia tak mengingat apa-apa lagi.
Update part setiap hari SENIN dan KAMIS
Next part 'Bebas'
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Bangau [COMPLETED]
Romancepulanglah... apa kau tak rindu pulang ? apa kau tak rindu kota tempat tinggalmu ? kota yang amat sejuk dan menenangkan. kota yang menyimpan banyak kenangan yang telah kita ukir bersama. kota dimana janji-janji dibuat. kota dimana harapan-harapan dit...