"Ina mengapa kau menangis ?"
Tangisan Ina semakin kencang.
"Baiklah ayo ikut aku."
Ina diam. Tangisannya berhenti sejenak. "Kemana Rei ?"
Tak ada jawaban dari Rei. Dia menggandeng tangan Ina. Mengajaknya keluar.
Di jalan Ina malu jika menangis. Jadi ia menahannya. Sebenarnya dia sebal pada Rei yang tiba-tiba mengajaknya keluar. Padahal dia masih belum puas menangis. Rei berhenti di depan mini market yang letaknya tak jauh dari rumah mereka.
Tunggu disini sebentar
Ina menurut.
Tak lama kemudian, Rei keluar dari mini market membawa sebungkus coklat batang. "Nih makanlah. Kau suka kan ?"
Ina kegirangan. Dia langsung mengambil coklat itu. "Makasih. Padahal dirumah ada banyak Rei. kau tak perlu repot membelikanku."
"Anggap saja hari ini aku sedang baik hati."
Ina tak sebegitu menghiraukan. Dia membuka bungkus, lalu memakan coklatnya. Benar. Coklat dapat membuat mood jadi lebih baik.
Rei mengusap air mata Ina yang masih tersisa di ujung matanya. "Kau itu bikin malu saja. Nanti orang-orang mengira aku yang membuatmu menangis."
"Maaf." Ina masih asik memakan coklat.
"Lanjutin nanti lagi saja Ina."
"Kenapa ?"
"Sekarang ikut aku."
"Kemana ?"
"Aku ingin menunjukkan suatu tempat padamu."
Ina sedikit bingung. Namun melihat ekspresi Rei yang seakan berkata buruan jangan banyak bicara membuatnya segera menutup bungkus coklat lalu berjalan menyusul Rei.
Mereka berjalan lebih lama. Sepertinya letak tempat yang ingin Rei tunjukkan pada Ina jauh dari rumah mereka. Rei memlilih jalan tembus. Di jalan, Ina hanya melihat petak-petak sawah yang padinya menguning. Siap untuk dipanen. Para petani terlihat bersiap-siap. Di sudut sawah, terdapat rumah dari bambu yang berukuran sedang. Lumbung. Dimana petani menyimpan hasil panennya.
Hari sudah semakin sore. Jalan yang mereka lewati ternyata semakin menanjak namun tidak terlalu curam. Pohon yang tak lebat berada di kanan kiri mereka. Mereka melewati jalan setapak yang sudah dibangun aspal. Tak lebar dan tak sempit. Rei masih terus berjalan di depan. Tiba-tiba kaki Ina tersandung.
"Aduh." Ina jatuh terduduk.
Rei menoleh. "Perhatikan langkahmu. Sebentar lagi kita sampai." Ayo Rei mengulurkan tangan.
Ina menerima uluran tangan Rei. Berdiri. Mereka melanjutkan berjalan. Rei masih tetap berada di depan sambil menggandeng tangan Ina.
"Rei, kenapa kau tak mengajak Edo juga ?"
Rei diam sejenak. "Kebetulan aku tadi hanya menemukanmu."
Ina manggut-manggut.
"Nah kita sudah sampai."
Mata Ina menerawang ke depan. Cahaya matahari senja menyilaukan matanya. Hembusan angin begitu kencang. Membuat tali rambut Ina lepas. Rambutnya pun terurai.
Ina baru menyadari kalau mereka berada di atas tebing. Tebing kota yang biasanya hanya bisa ia lihat sepulang sekolah. Dia tertegun melihat pemandangan amat menakjubkan. Pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kenampakan kotanya dan senja yang menghiasi. Sang mentari masih utuh. Waktunya untuk tenggelam masih agak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Bangau [COMPLETED]
Romancepulanglah... apa kau tak rindu pulang ? apa kau tak rindu kota tempat tinggalmu ? kota yang amat sejuk dan menenangkan. kota yang menyimpan banyak kenangan yang telah kita ukir bersama. kota dimana janji-janji dibuat. kota dimana harapan-harapan dit...