IBUKOTA

14 12 1
                                    

Mereka bertiga memutuskan pergi ke alun-alun kota karena disana pasti ada jajanan. Memang saat siang tak sebanyak penjual makanan saat malam. Tetapi itu cukup buat mereka bertiga menghabiskan waktu jalan-jalan. Jajanan di alun-alun kota dijamin bakal memuaskan.

Alun-alun kota memang tak seluas alun-alun di ibukota. Tetapi alun-alun kota ini tingkat kebersihannya tak perlu diragukan. Terdapat lapangan hijau luas diantara pepohonan yang mengelilinginya. Setiap radius tiga meter, terdapat tong sampah berwarna hijau dan coklat. Hijau untuk sampah kering, coklat untuk sampah basah.

Biasanya kalau akhir pekan, selalu ada pasar malam. Mereka bertiga dulu sering pergi kesana menikmati banyak permainan, tetapi sekarang mereka malu sendiri mengingat usia mereka yang sudah tahun depan akan menjadi siswa SMA.

Sesampainya disana, mereka mendapati penjual gula-gula dan penjual soto. "Kita makan soto ?"

Ina dan Edo mengangguk.

Mereka menghabiskan soto mereka ditemani hilir angin yang terasa sejuk meski cuaca sedang panas-panasnya. Entah karena mereka makan di bawah pohon rindang atau karena mereka bisa menikmati waktu mengobrol tentang ini itu diselingi tawa renyah mereka.

Selesai makan, Rei membayar soto mereka. "Kalian tunggu disini sebentar." Rei berjalan meninggalkan Ina dan Edo.

"Eh Edo, mumpung tidak ada Rei, apa saja yang kau dengar tadi ?"

"Tidak banyak, Rei juga belum tau dimana paman nya sekarang. Tetapi Rei mungkin senang karena teman pamannya akan menghubungi Rei kalau dia mendapat informasi tentang paman Rei. "

Ina manggut-manggut. "Oh begitu. Kira-kira dimana ya paman Rei sekarang ? Rei pasti sangat kepikiran."

Edo tak berkomentar, ia sibuk dengan ponselnya sejak selesai makan tadi.

Rei datang dengan membawa gula-gula di tangannya. "kau suka ini kan ?" Rei menyodorkan gula-gulanya ke Ina, duduk disampingnya.

Ina tersenyum lebar, temannya yang satu itu selalu saja mengejutkan Ina dengan tingkah tak terduganya. "Makasih"

"Aku ?" Edo menjulurkan tangannya ke Rei dengan tatapan masih fokus pada ponselnya.

Rei mengerutkan alisnya. "Apaan ? uangku cuma cukup untuk beli satu."

Edo menatap Rei sebal. "Kau ini niat traktir atau tidak sih. Kenapa hanya Ina yang dibelikan ? Aku mana ?"

Ina yang melihat pertengkaran mereka menghembuskan nafas panjang. Kedua temannya itu sering bertengkar karena hal-hal sepele. "Sudah cukup. Biar aku bagi gula-gulanya."

"Itu hanya buat kau, Ina." Rei terlihat kesal.

"Ya karena gula-gula ini sudah jadi milikku, aku boleh lakuin apapun terhadap gula-gulanya." Ina memberi segenggam gula-gula pada Edo, kemudian Rei. "Nih Rei, kamu juga harus makan."

Rei berdiri, membuang muka. "Aku tak suka."

"Hah ? sejak kapan ?" Ina bingung.

"Kau makan saja dengan Edo. Sebaiknya kita segera pulang, sudah mulai sore."

"O-oke" jawab Ina yang masih berpikir sejak kapan temannya itu tak suka gula-gula. Padahal ketika dulu pergi ke pasar malam, mereka bertiga selalu beli dan makan bersama.

Sesampainya dirumah, Rei mendapat pesan dari Pak Deni

Nak, saya baru saja bertanya pada ketua. Katanya paman kamu tidak diminta berugas dimanapun. Hanya saja paman kamu sendiri yang diminta tugaskan di luar kota. Akhirnya ketua memutuskan menugaskan paman kamu di Ibukota.

***

Suara bising para penumpang tak membuat pudar lamunan Rei. Rei masih dengan asik menatap jendela kereta tanpa sekalipun menatap para penumpang, tanpa ingin tahu apa yang sedang terjadi sampai-sampai kereta sangat ramai.

Kenapa ? kenapa paman meninggalkanku sendirian ? padahal paman dulu berjanji akan selalu menemaniku. Maaf aku terkesan bersikap kekanak-kanakan. Hal apa yang tak kuketahui sampai-sampai membuat paman pergi dariku ?apa aku berbuat salah ?atau karena paman merasa bersalah terhadapku karena paman telah melakukan suatu hal ? aku ingin tahu, paman.

***

Update part setiap hari ^^

Jangan lupa kasih vote sama comment yaa Readers

Next part 'LOS'

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang