LOS

13 8 1
                                    

"Edo apa kau tak lupa membawa kartu identitasmu ?"

"Tenang saja Ina. Ini kan hari yang lumayan penting, jadi aku tak akan lupa segala hal."

Ina tersenyum. "Ayo kita sudah disuruh kumpul dilapangan tuh."

"Siap!"

Mereka berdua berlari menuju lapangan dimana banyak anak sedang berkumpul. Saling berbincang. Ada banyak anak yang sudah saling mengenal. Dan juga ada beberapa anak yang masih asing dimata mereka. Hari ini adalah LOS hari pertama. Kebetulan sekali Ina dan Edo mendapat gugus yang sama.

"Hei. Kalian kok cuma berdua ? dimana Reihan yang tampan itu ?" Tanya anak gugus sebelah.

Ina menunduk, Edo yang mengetahuinya langsung menjawab. "Oh.. Rei kebetulan tak ingin menlanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama. Dia beda sekolah dengan kita."

"Yah sayang sekali." Anak itu terlihat mencibirkan bibirnya. Setelah itu dia meninggalkan Edo dan Ina.

"Sudahlah jangan bersedih Ina."

Ina tersenyum. "Aku baik-baik saja kok."

Kebetulan kakak PJ gugus Ina dan Edo adalah kak Ben. Jadi mereka tak terlalu susah menyelesaikan LOS kali ini. Kak Ben juga tak mempersulit gugusnya. Setiap kegiatan sudah terorganisasi oleh Osis, tetapi kak Ben tak segan membantu adik gugusnya. Kak Ben benar-benar orang yang baik. Kegiatan LOS berlangsung cepat. Istirahat tiba.

"Reina! Sini!" Teriak seorang anak perempuan yang sangat dikenal Ina.

"Ah! Lily." Ina segera menghampirinya. Dia duduk disebelah temamnnya yang bernama Lily itu.

"Apa kau tak memesan sesuatu ?" Tanya Lily.

"Aku pesan sama denganmu saja."

"Ah.. kau ini selalu saja begitu." Lily tertawa. "Baiklah aku pesan batagor, kau mau kan ?"

"Ya.. tentu saja."

Lily segera memesan makanannya. Lalu duduk kembali di samping Ina.

"Bagaimana keadaanmu ? Kau tak terlihat baik-baik saja." Lily membuka pembicaraan.

Ina tersentak. Apakah sebegitu bodohnya dia sampai tak bisa menyembunyikan kesedihannya. "Ah! Benarkah ? Aku baik-baik saja kok, sungguh." Ina tersenyum lebar.

Lily manggut-manggut. "Hm.. ya ya baguslah kalau kau baik-baik saja."

"Kau sendiri bagaimana ?" Ina balik bertanya.

"Ah! Aku mau memberitahumu kabar yang sangat penting." Kata lily menggebu-gebu.

Ina penasaran, apa yang membuat temannya yang satu itu begitu antusias. "Apa ?"

"Aku sudah jadian."

Mata Ina membelalak. Setahu Ina, teman perempuannya itu cinta mati dengan Rei. "Benarkah ? dengan siapa ?"

"Arka" Kata Lily santai.

"APA?!"

Lily teman sekelas Ina saat masih SMP. Rambutnya selalu dikuncir kuda, memamerkan rambut kecil-kecil yang tertata rapi di dahinya yang tak luas. Senyumnya selalu memunculkan lesung pipi dikedua pipinya yang tirus. Matanya tertutup ketika tertawa membuktikan dia cukup sipit. Hidung tak pesek dan tak mancung, sedang. Ukuran bibirnya beda jauh dengan milik Ina, bibir Lily sangat tipis. Sesuai. Cantik.

Sejak pertama masuk SMP, Lily sudah mengagumi Rei. Dia sempat kesal dengan Ina karena cemburu, sebab Ina selalu berada didekat Rei. Lily akan memusuhi siapapun yang mencoba mendekati Rei, sampai-sampai Lily pernah bermusuhan dengan Ina. Tetapi semua itu dikalahkan oleh eratnya hubungan pertemanan mereka.

"Permisi mbak, ini batagornya."

"Oh iya makasih pak." Lily memberikan salah satu porsi batagor untuk Ina. "Nih"

"K-kok bisa ?" Tanya Ina heran. "Bukankah selama ini kau suka dengan Rei ?"

Lily terdiam sejenak, lalu memakan batagornya. "Ya, itu dulu sih. Aku sadar kalau selama ini rasa cintaku untuk Rei hanya sekadar obsesi."

Ina masih penasaran, batagor di depannya tak kunjung Ia santap. "L-lalu kok bisa dengan Arka ?"

"Ahhh Arka ternyata orangnya asik banget. Akhirnya aku menemukan orang yang benar-benar kucintai dan dia juga mencintaiku dengan tulus"

"Apa.. aku tak salah dengar ?"

"Iya sih, memang di sekolah Arka orangnya pasif banget, anti sosial gitu. Lalu setelah aku banyak ngobrol dengannya, aku jadi tau kalau dia trauma punya teman." Kata Lily sambil terus memakan batagornya. "Awalnya aku juga kaget ketika Arka meminta jadian denganku, bagaimana bisa dia suka dengan seseorang kalau dia trauma punya teman, seperti itu pikirku. Lalu katanya aku sudah menghapus semua trauma itu, aku telah merubahnya. Sekarang dia sudah tak takut punya teman lagi, dan berjanji padaku kalau dia akan mencari teman sebanyak-banyaknya."

Ina tertegun mendengar penjelasan Lily.

"Asal kau tahu Reina, bertemu dengan Arka adalah suatu keajaiban bagiku. Dia telah menyadarkanku bahwa aku tak benar-benar mencintai Rei, dan selamanya aku tak akan bisa mendapatkan Rei. Aku benar-benar bahagia memiliki Arka. Hari terasa begitu membosankan kalau aku tak bertemu dengannya."

Ina menghembuskan nafas, memutar bola matanya. "Mabuk cinta"

"Aku serius bodoh. Aku jamin kau juga pasti akan merasakannya, dan disaat itu aku akan benar-benar meledekmu."

"Aku tak akan membiarkannya."

"Jadi apa yang dikatakan Rei memang benar. Aku memang tak pantas menghakimi seseorang tanpa tahu alasan seseorang melakukan hal tersebut. Ah Rei, bagaimana aku bisa menjalani hidup tanpa nasehat-nasehat darimu?"

Lily menoleh. "Sampai kapan batagor itu menunggumu bengong ? kalau tak mau biar aku saja yang habiskan."

Ina melihat porsi batagornya yang masih penuh, sedangkan milik Lily sudah hampir habis. Dilirik jam tangan miliknya, tinggal lima menit lagi bel tanda istirahat usai akan berbunyi, segera Ia menyantap batagornya.

"Oh iya aku sampai lupa bertanya, dimana Reihan ? kok aku tak melihat batang hidungnya, hanya kau dan Edo yang aku lihat hari ini" Lily mengamati sekitar.

Ina tersentak. "O-oh Rei melanjutkan sekolahnya ditempat lain"

Mata Lily membelalak. "Benarkah ?! dimana ?"

Ina sama sekali tak tahu dimana Rei sekarang, dia bingung apa yang harus dia katakan pada Lily. "Sekolah penerbangan" kata Ina asal.

"Wah hebat sekali, kapan-kapan ajak aku kalau mau mengunjungi Rei"

Ina mengangguk lemah.

***

Update part setiap hari ^^

Jangan lupa kasih vote sama comment yaa Readers

Next part 'Atap Sekolah'

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang