TIARA

3 5 1
                                    

"Edo, apa nanti akan ada banyak orang ?"

"Tentu saja." Jawab Edo enteng.

"Duh" Ina mengeluh, cemas. "Kalau gitu aku tak jadi ikut deh."

"Tidak bisa. Kau terlanjur bilang ikut. Kalau kau ngotot tak mau ikut, aku akan mengikat dan menggendong mu masuk ke dalam bis."

Ina menyengir. "Coba saja kalau bisa."

"Ayo lah Ina. Bukankah ini pertama kalinya kau bolos sekolah ? Kau sangat ingin kan ?"

"I-iya sih tapi"

"Kau bisa jalan-jalan diluar saat acara berlangsung. Tapi jangan lupa kabari aku dimanapun kau berada. Oke ?"

Ina tampak senang. "Benarkah ? Oke kalau begitu."

"Sekarang cepat siap-siaplah. Satu jam lagi bisnya akan datang."

"Siap"

Edo resmi menjadi ketua Osis sejak enam bulan yang lalu. Lagi. Saat ini mereka akan menghadiri acara pertemuan para ketua Osis dari seluruh kota. Perjalan dari kota Edo menuju tempat pertemuan lumayan jauh. Setiap kota disediakan bis khusus milik pemerintah untuk mengantar jemput.

Kesibukan Edo mengalahkan segalanya. Namun Ina masih jadi prioritas. Mereka membuat dua kesepakatan penting, yang pertama yaitu sesibuk apapun Edo, dia tak boleh mematikan ponselnya, harus memberi Ina kabar kapanpun. Yang kedua Ina tak boleh marah jika Edo ada urusan mendadak, karena itu juga penting bagi Edo. Mereka berdua sepakat. Urusan ini beres.

Yang tidak beres hanyalah hubungan mereka. Mereka sudah satu tahun berpacaran. Tak ada yang berubah dari mereka. Tak ada kemajuan sedikit pun. Tak ada bedanya ketika menjadi sahabat atau pacar. Edo yang hobi mengejek Ina, sekarang malah bertambah tingkat hobinya. Sedangkan Ina selalu marah ketika di ejek oleh Edo. Lily hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat gaya berpacaran mereka.

"Arka, lihat mereka tuh."

"Edo sama Reina ?"

Lily mengangguk. "Sama sekali tak romantis."

"Romantis kok. Bukankah kau sendiri yang bilang kalau setiap orang punya gaya berpacaran masing-masing ?"

Lily menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya sih. Tapi aku geregetan sendiri lihat mereka."

Arka tertawa melihat tingkah pacarnya.

***

Di dalam bis yang fasilitasnya sangat memadai, menunjang kenyamanan selama perjalanan. Disediakan kamar mandi kecil, meja makanan, televisi, bangku yang luas, ac disetiap bangku penumpang, serta guide yang ramah. Terdapat banyak ketua Osis dari sekolah lain bersama satu temannya. Mereka semua sudah mengenal Edo. Tak diragukan lagi, Edo sangat populer. Ina sebal mengakuinya.

"Edo apakah masih lama ? Ini sudah hampir satu hari kita habiskan di dalam bis. Tanya Ina yang sudah terlihat tak betah. Bosan."

"Tidak. Pemerintah sudah menyediakan jalur khusus untuk bis ini agar sampai disana lebih cepat. Kurang lebih lima jam lagi kita akan sampai."

"Itu masih lama Edo." Ina menghela nafas, mengeluh.

Edo bingung melihat Ina yang semakin cemberut. "Baiklah, apa yang harus aku lakukan agar kau tak bosan ?"

"bilang ke sopir supaya lebih cepat nyetirnya. Aku akan pingsan jika terus mencium aroma keringat orang-orang di dalam bis ini."

Edo tertawa kencang. "Nanti malah kau yang akan diusir dari bis ini."

Ina mencibirkan bibirnya.

"Lebih baik kau tidur saja." Edo menepuk pundaknya.

Ina pun menurut, ia menyandarkan kepalanya di bahu Edo. Karena memang tak ada solusi lain untuk hal ini.

Lima jam pun dihabiskan Ina untuk tidur, sedangkan Edo masih asik berbicara dengan temannya. Bahas ini itu. anehnya, teman Edo tak merasa capek meladeni Edo yang terus berbicara. Malahan temannya itu terlihat senang. Membuat Ina makin sebal. Mereka menuju hotel dimana pertemuan akan diadakan besok.

Sesampainya di hotel, Ina dibuat kagum oleh kemegahan hotel tersebut. Benar-benar seperti istana. Lampu besar yang tersusun dari kristal dipasang pada loby. Hotelnya sangat luas. Dengan dminasi warna emas, mulai dari kramik, sofa, bahkan seragam petugas hotel juga berwarna emas. Gemerlap.

Petugas hotel segera membagi kamar. Makan malam akan diantar ke kamar masing-masing. Kamarnya tak terlalu besar dan tak kecil juga. Sedang. Tetapi tak meninggalkan kesan emasnya. Seluruh perabotan pun berwarna emas. Ina kebagian satu kamar dengan ketua Osis dari sekolah sebelah. Setelah makan malam, mereka mengobrol bersama.

"Namaku Tiara, salam kenal Reina."

"Oh iya salam kenal juga. Mohon bantuannya selama disini."

Tiara mengangguk, menyalakan televisi. "Omong-omong sudah berapa lama kalian berpacaran ?"

Ina mengingat-ingat kejadian di pantai saat Edo mengajaknya berpacaran, membuat wajahnya memerah. "Entahlah aku lupa"

"Wah bagaimana bisa kau melupakan tanggal jadianmu ? Kalau tidak salah sekitar satu tahun lebih sebulan sejak kalian jadian."

Ina melotot, kagum. "Bagaimana kau bisa tau ?"

"Tentu saja, kabar kalian berpacaran sudah menyebar kemana-mana. Apakah Edo juga lupa tanggal jadian kalian ?"

Ina sekarang baru mengakui kalau Edo benar-benar populer. "Edo selalu mengajakku berkencan setiap tanggal jadian kita."

"Benar juga. Dia tipikal orang yang seperti itu. Apakah kau tidak kesal dengan kesibukannya dengan Osis ?"

"Tidak. Kami sudah membuat kesepakatan mengenai hal itu."

Tiara tersenyum lebar. "Menyenangkan ya jadi pacarnya."

"E-eh semoga saja."

Tiara yang mendengar jawaban Ina langsung tertawa. "Edo yang kukenal adalah orang yang baik. Dia selalu membuat orang tertawa. Iya sih Edo juga sangat menyebalkan. Dia sering membuat orang lain jengkel. Tapi memang begitu cara dia berteman. Tiara diam sejenak. Dan.. itu adalah daya tariknya."

"Kau tau banyak tentangnya ya. Aku sendiri tak tau kalau Edo seperti itu."

"Tentu saja" Tiara mematikan televisi. "Tentu saja aku tau. Karena aku menyukainya lebih dari apapun."

Wah gimana nih ?

Ada orang ketiga hehe...

Next Part "Pertemuan"

1000 Bangau [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang