Sudah tiga bulan berlalu. Pertengahan semester. Edo dan Lily berada di kelas yang sama, sedangkan Ina satu kelas dengan Arka. Hubungan mereka berdua memang tak terlalu akrab, namun Arka selalu mengajak Ina mengobrol. Memang benar apa yang dikatakan Lily, Arka sekarang sudah punya banyak teman. Dia sangat pandai bergaul berbeda dengan Ina yang sangat anti dengan hal tersebut.
"Arka"
"Ya ?"
"Tolong jaga Lily"
"Aku akan selalu menjaganya sampai dia bosan"
Edo memututuskan mengikuti program osis lagi. Memang anak itu tak bosan-bosannya terlibat oleh banyak hal melelahkan. Osis selalu membuat Edo super sibuk. Acara ini lah, seminar itu lah, banyak sekali kegian yang harus diadakan. Membuat Ina semakin kesal melihat Edo yang sok sibuk ini itu.
Begitu pun dengan Lily yang sedang kasmaran. Tiap bel istirahat dia selalu mengunjungi kelas Ina. Tak untuk menemui Ina, mengajak Ina ke kantin bareng. Dia selalu menemui Arka, mengobrol dikelas atau pergi ke kantin bersama. Sampai-sampai dia baru saja tahu kalau Ina satu kelas dengan Arka. Kemarin.
"Hai Reina" Lily melambaikan tangan.
"Hah ? siapa ?" Ina menggaruk kepalanya.
Lily tertegun. "A-ada apa dengan nya, Arka ? sejak kapan dia lupa denganku ?"
Arka hanya mengangkat bahu.
Ina menyipitkan matanya. "Kukira kau yang sudah lupa dengan ku"
Lily berlari memeluk Ina. "maaf. Kemarin baru saja Arka memberitahuku kau sekelas dengannya"
Ina tertawa. "Tak apa tak apa, aku tidak mau mengganggu kalian"
"Aku benar-benar minta maaf. Seandainya saja Reihan ada disini, pasti kau tidak akan sendirian."
Ina terdiam. "Aku tidak sendirian kok. Ada Edo, aku akan menemuinya. Sampai nanti."
Ina meninggalkan Lily dan Arka. Dia tahu kalau Edo sudah pasti tak ada di kelas. Kemarin Edo bilang kalau dia juga tak bisa pulang bersama karena ada rapat Osis untuk kegiatan tengah semester. Hal seperti itu sudah wajar bagi Ina. Tak jarang Edo sampai tidur disekolah, membuat Ina khawatir.
Ina melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Menghabiskan waktu istirahat di atap sekolah selalu menjadi andalan Ina sejak dulu. Tak ada siapapun disana, siswa lain lebih memilih pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sudah tak betah keroncongan.
Hembusan angin membelai lembut rambut Ina yang terurai. Awan-awan sudah berwarna kelabu, ada yang pekat ada yang tidak. Ada yang masih membawa sedikit air ada yang sudah tak bisa menghentikan air agar tak jatuh. Musim hujan. Terdapat genangan-genangan air sisa hujan kemarin malam.
Ina berjalan menuju pinggir atap. Tangannya menyentuh pagar besi mengelilingi atap sekolah. Dari sana, dia dapat melihat petak-petak sawah, gedung-gedung kota, barisan perumahan, dia juga dapat melihat stasiun kota. Tempat ia terakhir kali mencari Rei. Tempat dimana ia memutuskan membiarkan Rei pergi. Namun tidak untuk kenangan bersamanya.
Rei, aku merindukanmu
***
"Hei, jangan melamun"
"Ah!" Ina tersentak, menoleh. "Kau mengagetkan ku Rei."
"Sedang apa kau di atap sekolah sendiri begini ? dimana teman mu si Lily dan Edo itu ?"
"Kau juga temanku kan ?"
"Tidak" Jawab Rei singkat.
Ina mendengus. "Bagaimana kau tahu aku ada disini ?"
Rei memalingkan muka. "Kau mudah ditebak"
Ina terdiam, berpikir kalau hal tersebut sangat berbahaya, bagaimana kalau ada orang jahat yang memanfaatkan kelemahannya tersebut. Lalu berbuat macam-macam padanya.
Rei menghembuskan nafas. "Tenang, panggil aku saja jika ada orang jahat yang mencoba mendekatimu"
"Wah! Ini gawat Rei, bagaimana kau tahu apa yang aku pikirkan ? bagaimana jika ada orang lain yang tahu tentang kelemahanku ini. Dasar bodoh." Ina memukul kepalanya sendiri.
"Hanya aku"
"Tidak! Waktu itu Edo juga pernah memergokiku Ina mengingat-ingat. Lily juga, mama juga, bahkan guruku juga per-"
"Sudah cukup!" Rei tampak kesal, dia merogoh saku celananya. "Nih, aku punya susu coklat, kesukaanmu kan ?"
Ina tersenyum lebar. "Makasih Segera Ia menyeruput susu pemberian Rei, kebetulan sekali dia merasa agak lapar."
"Aku bilang juga apa, hanya aku yang tau semua tentangmu."
Ina yang masih minum tersedak. "Tidak! Edo dan mama juga tahu, oh! Mbak Mina! Dia selalu membuatkanku susu coklat setiap pagi, karena dia tau itu kesukaanku."
Kali ini muka Rei terlihat begitu kesal. "Kalau kau terus bicara, aku akan pergi" kata Rei mengancam.
"Jangan, temani aku" Mata Ina mulai menyisir pemandangan dari atap sekolah. "Kau tau Rei, aku sangat suka mengamati pemandangan"
"Aku tau"
"Suara bising kendaraan, suara berbagai macam hewan, suara aliran sungai, membuat ku tenang"
"Aku tau"
"Nah makanya aku sangat suka menyendiri di taman rumah"
"Aku tau"
"Apalagi aku sangat suka jika kau ajak di atas tebing kota itu" kata Ina menggebu-gebu.
"Aku tau"
Angin berhembus tak terlalu kencang memainkan rambut mereka.
"Apalagi hilir angin sepoi ini malah membuatku ingin tidur saja" Ina tertawa.
"Aku tau, berbaringlah" Rei menepuk pahanya.
Ina tertawa. "Kau itu benar-benar membosankan. Selalu saja jawab aku tau mulu" Dia mulai menata posisi tidur di pangkuan Rei.
"Ya memang aku tau semua tentangmu. Aku sudah bilang kan ?"
"Ya ya ya"
Dari tempatnya berbaring, Ina menatap langit yang saat itu begitu cerah. Dia baru menyadari kalau pemandangan langit ternyata seindah ini. Matahari yang bergegas menuju puncaknya bersinar sangat terang sehingga Ina tak mampu menatapnya.
Awan yang seperti gerombolan domba bergerak perlahan akibat tiupan angin. Terdapat beberapa burung yang melintas terlihat senang berterbangan kesana kemari bersama teman-temannya. Langit yang saat itu berwarna biru cerah cocok menjadi background pemandangan nan indah ini.
Pemandangan langit yang sangat indah saat itu ditambah dengan deru angin sepoi-sepoi dan suara-suara bising nan menenangkan mahluk hidup yang diciptakan-Nya membuat Ina tak mampu menahan matanya agar tetap terjaga.
Rei mengusap rambut Ina. "Kalau kau tidur, aku akan melemparmu dari atap ini."
Ina tertawa. "Aku bisa mati tau"
"Aku juga"
Ina tertawa lagi, kali ini lebih kencang. Temannya yang satu itu memang terkenal dengan sikap dinginnya yang menjadi daya tarik para anak perempuan. Tetapi bukan itu yang membuat Ina senang berada didekat Rei, perhatian-perhatian kecil Rei selalau membuat Ina ingin selalu berada disampingnya. Disaat itu, dia masih belum menyadari kalau hanya Rei satu-satunya yang mengerti tentangnya, apa maunya.
"Hangat" batin Ina. Meskipun cahaya matahari saat itu mampu membuat kulit terasa tersengat.
Biarlah atap sekolah menjadi saksi kebersamaan mereka berdua. Biarlah suara-suara bising nan menenangkan menjadi latar musik indah untuk mereka berdua. Dan biarlah semua pemandangan yang begitu indah itu menjadi topik perbincangan seru mereka berdua. Hanya Tuhan yang tau apakah kebersamaan itu akan terus berlanjut seiring berjalannya waktu, atau akan berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan secepatnya.
***
Update part setiap hari ^^
Jangan lupa kasih vote sama comment yaa Readers
Next part 'Liburan'
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Bangau [COMPLETED]
Roman d'amourpulanglah... apa kau tak rindu pulang ? apa kau tak rindu kota tempat tinggalmu ? kota yang amat sejuk dan menenangkan. kota yang menyimpan banyak kenangan yang telah kita ukir bersama. kota dimana janji-janji dibuat. kota dimana harapan-harapan dit...