"Edo ayo pulang."
"Aku masih ingin disini. Kau pulang dulu saja Ina."
Hari ini adalah hari kelulusan kami. Tak terasa masa sma telah berlalu. Banyak hal yang terjadi. Suka maupun duka. Semua terjadi begitu saja. Waktu terus berjalan meski tak sedikit orang ingin menghentikannya. Ataupun mengulang kembali.
Hari ini adalah hari kematian kakek. Kakek meninggal ketika hendak mengantar Edo ke acara kelulusannya. Padahal tiga bulan terakhir kakek diperbolehkan pulang ke rumah. Fisiknya masih terlihat segar seperti dulu. Dia sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Mengurus bisnisnya. Sungguh. Hanya Tuhan yang tau rahasia kematian.
Hari ini adalah hari terburuk bagi Edo. Mungkin terlihat sepele. Namun coba bayangkan saja, bagaimana rasanya ditinggal oleh seseorang yang telah lama bersamamu dan hanya dia yang kau punya selama ini. Kau ditinggal secara tiba-tiba. Di hari yang seharusnya memberi kebahagiaan.
Ina memutuskan tak ikut hadir di acara kelulusan. Dia ingin menemani Edo. Ikut serta dalam proses pemakaman kakek. Seseorang yang selama ini terlihat keren di mata Ina. Entah sedih maupun bahagia, kakek selalu memancarkan senyuman. Tertawa. Sama seperti Edo.
"Edo, sampai kapan kau ingin tetap disini ? Ini sudah hampir dua jam."
"Entahlah. Aku ingin terus bersama kakek."
"Nanti kau bisa masuk angin lo."
"Aku tak peduli." Memang Edo tak mengeluarkan air mata. Namun wajahnya menyiratkan kesedihan yang amat dalam. Bagaimana pun, hanya kakek kerabat Edo.
Ina menghembuskan nafas pelan, matanya menerawang makam kakek. "Seseorang berkata padaku bahwa kepergian seseorang yang kita amat cintai begitu menyakitkan. Namun jika kau menerimanya, ikhlas. Maka kenyataan atas kepergian seseorang itu akan hilang dari pikiranmu. Yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan indah bersamanya."
Edo diam.
"Kau boleh bersedih. Tapi jangan biarkan kesedihan menguasai dirimu. Bukan ini yang kakek inginkan setelah dia meninggalkanmu. Dia akan sedih jika melihatmu seperti ini. Aku yakin, kakek pasti ingin melihatmu bahagia. Melihat tawamu tanpanya. Melihat kau mencapai cita-citamu. Dia pasti lega. Dia pasti bahagia." Ina menatap Edo yang tak bereaksi apapun. "Sekarang ayo kita pulang."
Ina menarik tangan Edo. Tubuh Edo terasa lemas. Ina sedikit tersentak awalnya, namun Edo mau menurut. Mereka berdua pulang. Selama perjalanan, Ina terus menggandengnya. Edo yang terlihat linglung membuat Ina khawatir.
"Edo, kau mau main ke rumahku ?"
"Tidak. Aku ingin pulang."
"Kalau gitu biar aku menemanimu."
"Tidak usah. Aku ingin sendiri."
Ina diam sejenak. "Baiklah. Kau bisa ke rumah ku kapanpun kau mau. Aku akan sering mengunjungimu ."
Edo mengangguk.
Mereka berpisah. Edo masuk ke rumahnya, Ina masih di depan rumah Edo, menatap dengan tatapan was was. Dia tak pernah melihat Edo sesedih ini. Selama ini Edo selalu terlihat senang. Menghibur Ina ketika sedih. Ina berpikir seharusnya dia menghibur Edo. Namun itu bukan keahliannya.
Ina membuatkannya makanan meskipun Ina tau kalau Edo pandai memasak, tetapi hari ini Edo tak mungkin membuat makanan. Apalagi untuk dirinya sendiri. Apalagi dengan keadaan seperti itu.
"Edo aku buatkan nasi goreng untukmu. Tolong buka pintunya Ina mengetuk pintu rumah Edo."
Tak lama kemudian, pintu terbuka. "Silahkan masuk." Edo masih mengenakan baju yang sama, rambutnya berantakan, matanya sembab.
"Apa.. yang kau lakukan setelah pemakaman Edo ?"
"Tidur."
Ina diam sejenak. "Baguslah. Ini makanlah Ina memberikan se porsi nasi goreng. lain kali ganti baju mu terlebih dahulu."
Edo tak merespon, dia menyantap nasi goreng pemberian Ina. Sejak pagi dia belum makan. "Buatan mu ?"
Ina mengangguk. "Mbak Mina sedang pulang kampung. Mama.. juga masih belum pulang." Ina diam. Dia berpikir sebaiknya Edo tak boleh ditinggal sendirian. Bagaimana pun Ina pernah mengalami hal yang sama. "Edo kau boleh tidur di rumahku."
"Baiklah. Aku akan ke rumahmu nanti malam."
Ina tersenyum.
Next part "Kesalahan"
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Bangau [COMPLETED]
Romancepulanglah... apa kau tak rindu pulang ? apa kau tak rindu kota tempat tinggalmu ? kota yang amat sejuk dan menenangkan. kota yang menyimpan banyak kenangan yang telah kita ukir bersama. kota dimana janji-janji dibuat. kota dimana harapan-harapan dit...