Part 6

2.1K 150 12
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca 💖💙

Happy Reading ~

Sorry for typo



____oOo____



"Maaf abi". Rafif menangis karena merasa bersalah.

Aliando berusaha bangkit dari posisi berbaringnya. Prilly membantu aliando untuk bangun dan duduk.

"Lho kok anak abi malah nangis? Sini sini sayang". Aliando mengangkat tubuh rafif dan ia pangku, lalu ia hapus airmata rafif.

"Hikss... maafin apip ya abi",

"Iya ah, gak apa apa", sahut aliando.

Satu Plester nampak hampir copot.
Prilly pun dengan hati hati menempelkan plester itu agar kapas tersebut dapat kembali menutup luka aliando.

"Bahkan aku gak tau dia baik baik aja atau engga. Aku hanya memikirkan perasaan aku, tanpa memikirkan apa yang terjadi sama suamiku sendiri.
Harusnya aku tanyakan keadaan dia begitu tau apa yang dilakukan. Bukan malah...." prilly membatin lirih.

"Aku ada perban". ucap prilly seusai menempelkan kembali plester tersebut

"Jangan sayang, lepas aja. Biar cepet kering", pinta aliando.

"Jangan, nanti takut kena debu, kena apa", tolak prilly.

"Cieee khawatir sama aku". goda aliando seraya tersenyum.

Prilly menatap wajah itu dengan tatapan yang sendu.

"Aku bersumpah pada diriku sendiri ali.
Ini yang terakhir kalinya aku gak percaya sama kamu. Meskipun aku gak bisa berjanji untuk gak cemburu sama kamu, tapi aku pastikan bahwa aku tetap percaya sama kamu", batin prilly.

Setetes cairan bening berhasil jatuh dari sudut mata prilly.

"Lho, kok bidadari dan pangerannya abi malah nangis semua gini?"

Prilly tertertawa kecil seraya mengusap airmatanya.

Tangan aliando terangkat untuk menghapus airmata prilly.

Kemudian prilly langsung menyandarkan tubuhnya ke tubuh aliando.

Aliando memeluk anak dan istrinya itu.

Pandangan aliando berpaling pada layar kaca televisi yang menayangkan berita bencana alam yang terjadi Dikota palu dan sekitarnya.
Menyaksikan video demi video yang direkam oleh warga dan ditayangkan pada berita tersebut, membuat hati yang menyaksikan berita ini merasa ter iris.

"Astagfirullah",

Prilly dan rafif melepaskan pelukan lalu melihat ke arah televisi.

"Apip takut",

Aliando kembali memeluk sang anak untuk menenangkannya.

"Ya allah". Wajah prilly mulai meringis. Ia meneteskan airmatanya. Prilly menutup mulutnya, berniat untuk menahan isak tangisnya.

'Hikss' namun ia tak berhasil. Karena segala rasa sesak menyerang dadanya.

Aliando melirik kearah sang istri yang saat ini duduk disampingnya.
Prilly menangis tak kuasa melihat kejadian tersebut.

Salah satu Tangan aliando bergerak merangkul istrinya itu dan mengusap ngusap bahunya dengan tenang.

"Kita harus kesana li !" Pinta prilly.

"Nanti yaa.. kalau ada kesempatan.
Dan kalau kondisinya memungkinkan", jawab aliando.

"Abi, itu tenapa ? Tenapa ail laut kedalatan, tenapa allah bitin meleta ketatutan? Tasihan meleta hiksss". Tangisan juga terdengar dari rafif.

Ana Uhibbuka  Fillah ( Sesion 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang