Part 20

1.7K 204 25
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

Author: elisharyati

Sorry for typo

____oOo____

Kemudian semuanya pun beranjak untuk pergi meninggalkan ruang tersebut.

"Tunggu!" Namun sebelum benar benar pergi. Dokter yang baru saja keluar dari ruangan glenca, berteriak meminta semua untuk tidak segera pergi.

Semua menolehkan kepalanya kearah dokter tersebut.

"Kenapa dok? Anak saya sadar?" Tanya papa amar.

Dokter menelan ludahnya dengan susah payah. Ia menatap duka kearah papa amar. Kemudian ia hela nafas panjang.

"Maaf, pasien tidak bisa diselamatkan", ucap dokter dengan berat hati.

"Innailahi wainalilahi roji'un", ucap semuanya serentak.

"GLENCAAAA!" Papa amar teriak sekencang mungkin seraya menangis histeris. Mama lia yang juga menangis langsung memeluk papa amar untuk ia tenangkan.

***

Kini, berada di tempat kediaman Orang tua prilly dan juga glenca.
Rencananya jenazah akan di makamkan, di TPU terdekat.
Prilly memutuskan untuk duduk didepan rumah, di teras rumah bersama beberapa warga lain, sembari ia memangku rafif.

"Kasihan ya, matanya susah buat di meremin",

"Iya, melotot terus",

"Kaya berat gitu",

"Iya, kaya belum nerima umurnya sampe sini",

Prilly memperhatikan beberapa ibu ibu yang keluar dari Rumahnya setelah melihat keadaan didalam sana.

Prilly alihkan pandangannya.

"Ya allah, apakah karena aku belum sepenuhnya memaafkan Glenca? Apa karena aku masih gak terima? Apa kah karena aku selalu inget apa yang udah ia lakuin?" Prilly membatin. Mungkin bisa jadi karena itu semua glenca susah untuk memejamkan mata disaat dirinya sudah wafat, saat nyawa dan raganya udah berpisah jauh.

Tak lama kemudian, Aliando keluar dari rumah dan menghampiri prilly.

Prilly melirik kearah aliando yang berhenti didekat prilly. Aliando duduk berlutut didekat prilly dan juga rafif.

"Umi sayang?" Aliando meraih salah satu tangan prilly dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.

Beberapa warga yang diluar, memperhatikan keduanya.

"Ayo masuk?" Ajak aliando.

Prilly menggeleng gelengkan kepalanya.

"Umi disini aja. Umi mual, soalnya kan didalem banyak orang, jadi hawanya ngap aja", jawab prilly sembari melihat kearah lain.

Aliando melempar senyuman.
Ia mengelus ngelus punggung tangan prilly dengan jarinya.

"Abi tau, umi pasti belum sepenuhnya maafkan glenca kan?" Tanya aliando.

"Umi gak tau. Entah kenapa terbayang terus apa yang dia perbuat",

"Ikhlaskan. Katakan pada hati umi, bahwa umi harus ikhlas. Umi harus memaafkan. Didalem, ustadz sekitar sini udah berusaha nutup matanya, tapi susah sekali",

"Iya umi denger dari yang lain",

"Nah, umi gak kasihan? Ayolah.. maafkan setulus tulusnya, sedalam dalamnya",

Prilly terdiam.

"Ayo deh, ikut abi ke dalem. Siapa tau umi jadi tambah mantap untuk memaafkan glenca", ajak aliando.

Ana Uhibbuka  Fillah ( Sesion 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang