Menjadi Buronan Majapahit

386 20 0
                                    


Panji tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, hampir satu bulan dia bersama Ki ajar pamenger.

Beberapa ilmu kesaktian telah dia dapatkan dari pria ini, dan dia harus kembali ke Pasuruan.

" istriku saat ini sedang hamil tua Panji, aku harus kembali ke Pasuruan "

Berpisah dengan Ki ajar pamenger, seperti pukulan telak bagi Panji.

Dirinya merasa bagai buih dilautan yang terombang ambing disapu oleh gelombang.

Kebingungan yang melanda pikirannya, seperti tidak menemukan jawaban, tapi yang ada hanya keraguan dengan berbagai pertimbangan.

Kembali ke Majapahit, dengan segala resiko yang harus dia hadapi, tidak kembali ke kota raja Majapahit, jiwa prajuritnya selalu memanggilnya.

" aku tidak bisa seperti ini, aku harus kembali "

Langkah kaki dengan pemikiran, tentu terasa berat untuk berjalan.

Panji terus berusaha untuk menepis keraguan keraguan tersebut, pemikiran kebaikan kebaikan yang kini dimunculkan di otaknya.

Meski dia juga paham, saat nanti di kota raja cuma ada dua pilihan, dihukum mati, atau dimintai keterangan, namun bisa juga setelah dimintai keterangan, dihukum mati.

" mungkin rakryan Danang wirtana bisa membantuku ?"

Kota raja Majapahit begitu megah dengan tembok tebal yang mengelilinginya, ditambah gapura yang menjulang tinggi.

Langkah kaki Panji penuh kehati-hatian, mencoba sebisa mungkin menyembunyikan wajah, dia sangat takut jika ada orang yang mengenal dirinya.

Panji menghentikan langkah saat matanya menangkap sebuah  tulisan dari daun lontar yang terpampang ditembok rumah warga.

Dia tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya saat itu juga,  tertulis namanya bersama Danu amarta sebagai pembawa lari barang istana.

Belum sempat kakinya berbalik arah, terasa ada besi runcing yang menempel di punggung.

Panji tidak bisa berkata apa apa, cuma pasrah dengan apa yang dia alami saat ini.

" jika ini menjadi takdir kematianku, aku harus siap"

" jalan "

" kemana ? "

" lurus saja "

Ada yang aneh pada orang ini, meski dia sudah menangkap Panji, namun dia berusaha agar orang lain tidak melihatnya.

Kepasrahan Panji berangsur angsur menghilang, saat jalan yang dia lewati bersama orang tersebut menuju rumah rakryan Danang wirtana.

" cepat masuk "

Saat pintu terbuka, dengan cepat tangan kiri orang tersebut mendorong tubuh Panji.

Belum sempat mengeluarkan sepatah katapun, tiba tiba Panji merasakan hantaman yang telak di wajah.

Dia langsung tersungkur, saat mencoba untuk bangkit, kembali pukulan keras menghantam wajahnya.

" kau sembunyikan dimana benda itu ? "

" sungguh, Danu amarta yang mengambilnya "

" kau mengkhianati kepercayaanku "

Kembali pukulan telak harus Panji terima untuk kali ketiga, darah langsung mengucur dari hidungnya.

" Danu amarta yang mengambilnya, dia dibantu orang yang bernama Aryo suto "

Dengan tenang Panji duduk bersila, kedua tangannya mengusap usap hidungnya, mencoba membersihkan darah yang masih mengalir.

" pergilah, jika kau masih ingin menginjakkan kakimu di kota raja ini, cari dan temukan kembali benda itu, dan jangan sekali kali kau menginjakkan kakimu di kota raja ini, sebelum kembali dengan benda itu, sekarang pergilah, sebelum aku berubah pikiran "

Ksatria Majapahit Panji Raka Jaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang